Menu

Mode Gelap
KAI Daop 9 Jember Tawarkan Sensasi Nikmati Keindahan Alam Diatas Kereta Didampingi Gus Haris, Gubernur Khofifah resmikan SMKN Sukapura di Probolinggo Pelaku Tabrak Lari Pelajar SMK di Pasuruan Ditangkap, Mengaku Takut Dimassa Haru Mardijah, Nenek Berusia 104 Tahun di Jember yang Bakal Naik Haji Kankemenag Kota Probolinggo Bakal Berangkatkan 213 Jamaah Calon Haji, Dilepas Tanggal 26 Mei Jadi Tuan Rumah Pesta Miras yang Tewaskan 2 Orang, Kades Temenggungan Ngaku Tidak Tahu

Ekonomi · 8 Jan 2020 10:24 WIB

Hujan, Produksi Cabai Tak Maksimal


					Hujan, Produksi Cabai Tak Maksimal Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Kendati harga cabai rawit terus naik, namun hal ini tak begitu nyaman dirasakan petani cabai Probolinggo. Sebab, efek musim hujan cabai rawit yang dipanen kurang begitu maksimal.

Sampai saat ini, harga cabai rawit tembus Rp40 ribu per kilogram. Sebelumnya hanya Rp24 ribu per kilogram.

Seperti yang dituturkan Abdul Basit, petani Desa Tarokan, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo.

Ia mengaku bisa panen sebanyak 1,5 kuintal cabai rawit meski kualitasnya kurang bagus. Efek hujan dan gangguan lainnnya menyebabkan kondisi cabai rawit tak sempurna.

“Dengan seringnya turun hujan terus-menerus, maka hama dan penyakit tanaman cabai akan meningkat. Seperti serangan lalat buah yang mengakibatkan buah cabai membusuk, penyakit antraknosa (petani menyebut penyakit cacar) cepat perkembangannya di musim hujan. Juga penyakit busuk batang dan daun (phitopthora infestans), penyakit yang menjadi momok petani cabeai” jelasnya, Rabu (8/1).

Oleh karena itu dengan banyaknya hama dan penyakit, produksi cabainya menurun. Akibatnya berimbas pada harga cabai yang juga naik.

“Harga cabai rawit naik bisa disebabkan karena tanaman cabsi banyak yang kena penyakit sehingga produksi menurun. Saya yakin ini juga terjadi di daerah lain,” tambahnya.

Namun dengan kondisi itu, pihaknya masih bersyukur sebab masih mendapat untung. Ia berharap harga cabai masih tetap stabil seperti sekarang.

Hasil panennya, ia jual ke tengkulak. Sebab ia merasa melalui tengkulak cabainya diambil dengan harga cukup tinggi. (*)


Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Rizal Wahyudi


Artikel ini telah dibaca 15 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

KAI Daop 9 Jember Tawarkan Sensasi Nikmati Keindahan Alam Diatas Kereta

3 Mei 2025 - 18:48 WIB

Haru Mardijah, Nenek Berusia 104 Tahun di Jember yang Bakal Naik Haji

3 Mei 2025 - 09:49 WIB

Kankemenag Kota Probolinggo Bakal Berangkatkan 213 Jamaah Calon Haji, Dilepas Tanggal 26 Mei

2 Mei 2025 - 22:20 WIB

Singa Betina TWSL Kota Probolinggo Bunting, Kandang Mulai Disterilkan

2 Mei 2025 - 18:33 WIB

Kuota Haji Lumajang 2025 Menurun

1 Mei 2025 - 17:10 WIB

Mengenal Mini Boat Racing, Lomba Perahu Mini Khas Desa Banjarsari Probolinggo

28 April 2025 - 20:59 WIB

Mengenal Lebih Dekat Sejarah Kereta Api di Lumajang, dari Masa Kolonial hingga Sekarang

26 April 2025 - 18:23 WIB

Kisah Yulianto, Petani Lumajang yang Berani Ambil Risiko

25 April 2025 - 13:32 WIB

Pemkot Probolinggo Mulai Persiapkan Koperasi Merah Putih, Optimis Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

22 April 2025 - 17:03 WIB

Trending di Ekonomi