Menu

Mode Gelap
Dampak Kelangkaan BBM, Pemkab Jember Terapkan Belajar dan Kerja dari Rumah Ancam Naikkan Tarif, Ojol Lumajang Merasa Tak Punya Pilihan di Tengah Kelangkaan BBM Dampak Kelangkaan BBM Jember Meluas ke Lumajang, Antrean Kendaraan Mengular Bupati Pasuruan Terbitkan Aturan Baru Penggunaan Sound System untuk Karnaval Ada Fenomena Embun Upas di Bromo, TNBTS Waspadai Potensi Kebakaran Hutan Pemkab Jember Kekurangan SDM, Target Peningkatan Populasi Sapi Terancam Gagal

Ekonomi · 2 Jul 2019 10:06 WIB

Cuaca Ekstrem, Petani Garam Gunakan ‘Katup Gadis’


					Cuaca Ekstrem, Petani Garam Gunakan ‘Katup Gadis’ Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Menghadapi cuaca ekstrem musim kemarau, para petani di Kabupaten Probolinggo menempuh berbagai cara agar produksi garam tetap maksimal. Salah satunya, dengan menggunakan sistem ‘Katup Gadis’ di areal tambak garam.

Ketua Kelompok Petambak Garam Kalibuntu Sejahtera Suparyono menjelaskan, sistem Katup Gadis diterapkan untuk melindungi kristalisasi air laut menjadi garam dari hujan dan paparan embun. Sebab jika terkena hujan atau embun, kristal garam kembali cair.

“Kita pakai sistem Katup Gadis, jadi ada buka tutup lahan tambak garam dilapisi dengan terpal bagian bawahnya, diatasnya juga diberi terpal penutup yang bisa dibuka-tutup,” kata Suparyono, Selasa (2/7/2019).

Sistem ‘Katup Gadis’ yang diterapkan petani garam menyiasati dampak anomali cuaca. (Foto : Moh. Ahsan Faradies)

Suparyono menambahkan, saat terik matahari terpal bagian atas yang ditopang bambu dibuka. Saat matahari mulai terbenam, terpal ditutup kembali. “Kalau musim kemarau, tujuannya agar tambak tidak terpapar embun,” tutur dia.

Menurut Suparyono, dalam sebidang tambak berukuran 4X30 meter, ia menghabiskan biaya sekitar Rp. 2,5 juta. Namun akunya, tambahan biaya itu tak seberapa jika dibandingkan dengan peningkatan hasil panen garam.

“Musim hujan kemarin, dari 4 bidang tambak dengan sistem Katup Gadis, bisa panen 68 ton. Sekarang meski musim hujan, tapi kan cuaca ekstrem saat malam hari, embunnya tebal, kalau tidak pakai sistem ini hasil panen rendah,” jelasnya.

Masih menurut Suparyono, Katup Gadis ini dirintis sejak 2016 yang dikenal melalui sejumlah pelatihan. Setahun berikutnya, mulai dilakukan uji coba dan hasilnya cukup bagus. Atas dasar itu, petani berangsur menggunakan Katup Gadis untuk menyiasati pengaruh anomali cuaca.

“Sistem ini sangat bermanfaat bagi petani. Alhamdulillah harga garam juga stabil saat ini, kisaran Rp 650 per kilogram,” tandas Suparyono. (*)

 

Penulis : Moh. Ahsan Faradies
Editor : Efendi Muhammad

Artikel ini telah dibaca 15 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Cuaca Laut Buruk, Harga Ikan di TPI Mayangan Probolinggo Melambung

25 Juli 2025 - 15:25 WIB

Budidaya Ayam Petelur dan Burung Puyuh Jadi Pendongkrak Ekonomi Desa di Lumajang

25 Juli 2025 - 13:45 WIB

Petani Semangka di Ambulu Jember Keluhkan Minimnya Pendampingan, Jamur Jadi Ancaman Utama

24 Juli 2025 - 19:37 WIB

Serapan Gabah Bulog Jember Turun Usai Panen Raya, Fokus ke Panen Gaduh

24 Juli 2025 - 19:10 WIB

Pemerintah Pusat Nilai Jatim Layak Jadi Role Model Penanggulangan Bencana

24 Juli 2025 - 15:18 WIB

Berkah Piodalan, Omzet UMKM dan Home Stay di Senduro Puluhan Juta

23 Juli 2025 - 16:31 WIB

Dorong UMKM Probolinggo Naik Kelas, Gus Hilman Ajak BRIN Berikan Bimtek

17 Juli 2025 - 17:12 WIB

Genjot Produksi Susu, Kementan Tebar 1.080 Sapi Perah Bunting ke 5 Wilayah di Jatim

15 Juli 2025 - 19:20 WIB

Piodalan di Pura Mandhara Giri Semeru Agung Gerakkan Ekonomi Warga Senduro

13 Juli 2025 - 14:49 WIB

Trending di Ekonomi