PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Dalam beberapa hari terakhir ini, udara di Jawa Timur termasuk Probolinggo terasa lebih dingin daripada biasanya. Hal tersebut dikarenakan terjadinya Monsoon Dingin Australia yang berlangsung dari bulan Juni hingga puncak musim kemarau September nanti.
Namun di balik dinginnya Monsoon, ada kewaspadaan yakni kekeringan khususnya di Kabupaten Probolinggo. Fenomena ini diketahui setelah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo melakukan analisa dan riset.
Benua Australia saat ini berada dalam periode musim dingin. Tekanan udara di wilayah Australia cukup tinggi, sehingga terbentuk antisiklon di daerah tersebut serta massa udara yang bersifat dingin dan kering.
Hari ini, suhu udara di Probolinggo dan sekitarnya diperkirakan rata-rata 22° – 28° Celcius. Hal tersebut menunjukkan bahwa udara sedikit lebih dingin dari biasanya yang bisa mencapai suhu 34° Celcius. Monsoon Dingin Australia sendiri berlangsung hingga bulan September.
“Ada pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia dan rendah di Asia, sehingga menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia dengan membawa massa udara dingin dan kering tersebut ke Asia melewati Indonesia yang kemudian dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia,” ucap Kepala BPBD kabupaten Probolinggo, Anggit Hermanuadi, Kamis (20/6/2019).
Namun menurut Anggit, kondisi itu tak secara signifikan berdampak pada masyarakat. Hanya saja kesehatan yang perlu dijaga misal dengan menggunakan jaket pada siang maupun malam hari.
“Yang lebih diwaspadai monsoon ini kan terjadi kemaraunya. Jangan asal bakar sampah. Termasuk kekeringan yang kita waspadai. Sebab di Probolinggo ada potensi kekeringan,” imbuh Anggit.
Ada 5 kecamatan yang paling berpotensi kekeringan yakni Leces, Tegalsiwalan, Wonomerto, Lumbang dan Kuripan. Sementara beberapa desa lain berpotensi termasuk di Kecamatan Tiris dan Sumber.
Pihaknya pun melakukan antisipasi di antaranya menyiapkan lima tanki yang siap untuk mendroping air. Salah satunya disiagakan di Kecamatan Tiris karena akses lokasi yang sulit. “Namun sejauh ini masih belum ada permintaan,” ujarnya. (*)
Penulis : Rahmad Soleh
Editor : Ikhsan Mahmudi
Tinggalkan Balasan