Menu

Mode Gelap
FKDT Lumajang dan Pemkab Bersinergi Wujudkan Pendidikan Keagamaan Terlibat Pengeroyokan di Jalur Pantura, Dua Pemuda Diringkus Polisi Bunda Indah Gerakkan Penanganan Darurat Kerusakan Talud di Candipuro untuk Lindungi 82 KK Transformasi Digital Pelayanan Haji: 721 Jemaah Lumajang Berangkat, 113 Menunggu Dokumen Syarikah Ironi Oknum Satpol PP Lumajang, Penegak Perda yang Diduga Dalangi Penganiayaan Libur Waisak, 10 Ribu Penumpang Sesaki KAI wilayah Daop 9 Jember

Ekonomi · 16 Mei 2019 05:50 WIB

Kaligrafi Serbuk Kayu Laris Manis Saat Ramadan


					Kaligrafi Serbuk Kayu Laris Manis Saat Ramadan Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Bulan Ramadan membawa berkah bagi Kholili, warga Desa Jati Urip, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo. Betapa tidak, produk kaligrafi dari limbah serbuk kayu buatannya laris manis diburu konsumen.

Kholili menuturkan, pada awal ramadan saja omset produk kaligrafi yang ia beri label ‘Seni Kaligrafi Sunan Kalijaga’ mencapai kisaran Rp. 8 juta. Rata-rata konsumen memesan kaligrafi yang berukuran besar.

“Biasanya setiap bulan ramadan meningkat pesanannya, untuk ramadan tahun ini sudah mulai ada (peningkatan). Ini saya garap pesanan dari Madura,” kata Kholili, Kamis (16/5/2019).

Salah satu seni kaligrafi berbahan serbuk kayu yang dibuat Kholili. (Foto : Kholili for P7.com).

Untuk memoles serbuk kayu menjadi produk seni kaligrafi, diawali dengan menggambar motif kaligrafi diatas kertas. Langkah selanjutnya, motif kertas dilubangi dan ditempelkan ke styrofoam. Jenis gabus ini lalu dilubangi mengikuti desain kertas.

Pola dari styrofoam kemudian diisi dengan adonan serbuk kayu yang dicampur lem. Tahap selanjutnya, cetakan serbuk kayu yang masih basah dikeringkan. Proses ini memakan waktu sekitar 7 hari, bergantung kadar panas matahari.

“Untuk serbuk kayu, mudah didapat di pusat gergajian kayu. Nah, yang sulit ini kalau cuaca tak mendukung, misalkan mendung atau hujan. Jadi kaligrafi tidak kering-kering,” terang Kholili.

Kaligrafi buatan Kholili yang laris manis diburu konsumen saat bulan ramadan. (Foto : Kholili for P7.com).

Kholili tak sendirian ‘menyulap’ serbuk kayu. Ia dibantu istri dan dua orang kerabatnya untuk mengolah serbuk kayu menjadi kaligrafi bernilai seni tinggi. “Aktifitas utama saya ngajar, baru pulang dari sekolah atau saat libur saya garap kaligrafi,” tuturnya.

Kaligrafi produk Kholili ramah lingkungan karena tanpa pewarna sintetis. Warna yang tereksplor berasal dari warna alami kayu, sehingga kesan mewah dan antik berbaur dalam kalam ilahi yang tergurat.

“Karena alami, jadi banyak yang suka. Harganya paling murah Rp 150 ribu dan paling mahal Rp 5 juta, tergantung ukuran dan tingkat kerumitan,” tutur pria yang menjadi tenaga pendidik di SMKN I kotaanyar ini.

Sejak dirintis hingga kini, Kholili lebih banyak memasarkan produk secara online. Sebagian kecil dipasarkan melalui pameran dan transaksi langsung. “Penjualan manual lama lakunya, kalau online cepat, bisa tembus ke Jawa Barat dan Bali,” tandas Kholili. (*)

 

Penulis : Mohamad Rochim
Editor : Efendi Muhammad

Artikel ini telah dibaca 249 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Batu Badar Besi Semeru, Ikon Langka dari Lumajang

11 Mei 2025 - 10:26 WIB

Bupati Gus Haris Dorong K-Sarbumusi jadi Katalisator Kesejahteraan Buruh dan Pertumbuhan Industri di Probolinggo

9 Mei 2025 - 17:07 WIB

Pertumbuhan Ekonomi di Jember Relatif Sehat, PHK Massal Berkurang

8 Mei 2025 - 23:01 WIB

Pemkab Jember Bakal Buka Ribuan Lapangan Kerja Baru lewat Pasar Digital

8 Mei 2025 - 20:04 WIB

Sebulan Jelang Idul Adha, Harga Sapi Mulai Meroket

7 Mei 2025 - 21:25 WIB

Serapan Gabah Bulog Jember Capai 100 Persen, Tertinggi di Jawa Timur

4 Mei 2025 - 21:22 WIB

Kisah Yulianto, Petani Lumajang yang Berani Ambil Risiko

25 April 2025 - 13:32 WIB

Pemkot Probolinggo Mulai Persiapkan Koperasi Merah Putih, Optimis Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

22 April 2025 - 17:03 WIB

Program Koperasi Makro Desa Dipenuhi Ketidakpastian, Diskopum Jember Tunggu Arahan

12 April 2025 - 17:57 WIB

Trending di Ekonomi