JEMBER-PANTURA7.com, Difteri yang dinilai sudah menghantui Indonesia, membuat United Nations Children’s Fund (Unicef) perwakilan Pulau Jawa ekstra waspada. Sebab, tahun 2017 lalu hampir kasus difteri di Indonesia, dengan rata-rata 4,6% berujung kematian.

Hal ini tersebut terungkap setelah Perwakilan Unicef untuk Wilayah Pulau Jawa bersama awak media se tapal Kuda, menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Hotel Aston, Jember, Selasa (25/9/2018).

Kepala Perwakilan Unicef untuk Wilayah Pulau Jawa, Arie Lukmantara mengatakan, sejak tahun 2017 terdapat 954 kasus difteri di Indonesia. Kasus itu menyebar di 170 kabupaten. Dari jumlah itu, sebanyak 44 orang diantaranya meninggal dunia.

“Sebagian masyarakat, banyak yang mencibir imunisasi yang diselenggarakan oleh Pemerintah daerah setempat, padahal itu salah satu cara agar terhindar dari difteri,” kata Arie kepada peserta FGD.

Untuk mengurangi jumlah masyarakat yang terkena difteri, Arie berharap para awak media, ikut andil dan menjadi bagian dalam menyadarkan masyarakat akan bahayanya difteri. Andil media bisa berupa informasi mengenai bahaya dan dampak difteri.

Advertisement

“Salah satunya dengan menyebarluaskan pengetahuan, serta manfaat imunisasi yang bisa menjadi pencegah terjangkitnya difteri dan penyakit berbahaya lainnya,” harap Arie.

Sementara, Abdul Haris, dosen UIN Jember yang hadir dalam kegiatan tersebut menuturkan bahwa dalam Islam, semua hal bisa dibuat lebih ringan. Masyarakat bisa menggunakan cara apapun untuk mencegah penyakit berbahaya, sekalipun menggunakan benda najis.

“Jadi masyarakat tidak perlu khawatir, selama itu digunakan demi kemaslahatan. Apapun menjadi boleh, sekalipun itu barang haram, asalkan itu sifatnya mendesak,” tutur akademisi yang juga Dekan Fakultas Usuluddin UIN Jember ini.

Ia juga menyayangkan beredarnya isu-isu di masyarakat bahwa obat untuk imunisasi difteri bersumber dari bahan najis. “Obat imunisasi, selama masih bisa menggunakan bahan yang suci, maka tidak akan menggunakan bahan najis. Jadi masyarakat tak perlu khawatir,” tutupnya. (*)

 

 

Penulis : Moh Ahsan Faradies

Editor : Efendi Muhammad

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *