Menu

Mode Gelap
Kolaborasi Warga – Pemerintah di Candipuro, Perbaiki Tiga Jalan Desa Pemotongan Hewan Kurban di Probolinggo Libatkan 243 Desa, Tahun Depan Target Sapu Bersih Dari Rp1 Juta ke Rp92 Juta, Pengelolaan Tumpak Sewu Baru Beres Setelah Bupati Lumajang Turun Tangan Pasca Yadnya Kasada, Polres Probolinggo Kerahkan Personel Bersih-bersih Bromo Segoro Topeng Kaliwungu 2025: Sinergi Budaya dan Ekonomi Kreatif Lumajang Siap Mengguncang Dunia Verifikasi Siswa Rampung, Sekolah Rakyat Kabupaten Pasuruan Siap Dimulai

Gaya Hidup · 15 Sep 2018 15:40 WIB

Nelayan Mayangan Gelar Larung Sesaji Bumi


					Nelayan Mayangan Gelar Larung Sesaji Bumi Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Pirukunan Purwo Ayu Mardi Utomo (PAMU), menyelenggarakan larung sesaji bumi di kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai Indonesia (PPPI), Mayangan, Kota Probolinggo, Sabtu (15/9/2018). Ritual ini untuk memperingati 1 Suro 1952.

Diawali sejumlah reyog Ponorogo, sesaji bumi lebih dulu dikirab di kawasan PPPI. Sesaji terdiri antara lain, kepala sapi, sayur mayur, buah-buahan, tebu, burung merpati, ayam, hingga pakaian anak-anak yang diruwat.

Ketua PAMU Probolinggo, Bambang Supriyono Suronoto (72) kemudian memimpin ritual larung sesaji bumi. Mbah Guco, panggilan akrab Bambang Supriyono Suronoto, kemudian memimpin doa dengan bahasa Arab (secara Islam) diakhiri doa berbahasa Jawa.

Inti doa Mbah Guco, meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa agar masyarakat Probolinggo selamat termasuk warga nelayan. “Semoga warga Probolinggo, kota dan kabupaten senantiasa selamat, banyak rezekinya,” tandasnya.

Warga Mayangan gelar ritual sebelum melarung sesaji ke tengah laut. (im)

Usai didoakan, sesaji yang diangkut dalam gethek (perahu dari bambu, red) ditarik ke tengah laut dengan kapal. Sesampai di laut lepas, sesaji bumi kemudian dilepas atau yang dikenal dengan sebutan larung.

Sayangnya, even yang diharapkan menjadi destinasi wisata oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Probolinggo justru masih sepi pengunjung. Hanya terlihat sekitar 100 warga di lokasi, itupun sudah termasuk panitia, jajaran Pemkot dan Muspika Mayangan.

Suasana kian lengang karena Walikota Probolinggo Rukmini dan Sekdakot Bambang Agus Suwignyo tidak datang. Padahal ritual ini merupakan tradisi tahunan yang tahun lalu terpaksa ditiadakan karena minimnya pasokan dana.

“Mohon maaf, Ibu Walikota dan Bapak Sekdakot tidak bisa datang, sehingga saya yang mewakili Pemkot Probolinggo,” demkian penjelasan darii Sukam, Asisten Pemkot Probolinggo. (*)

 

Penulis : Ikhsan Mahmudi
Editor : Efendi Muhammad

Artikel ini telah dibaca 53 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Pemotongan Hewan Kurban di Probolinggo Libatkan 243 Desa, Tahun Depan Target Sapu Bersih

15 Juni 2025 - 16:29 WIB

Gunung Raung Erupsi, KAI Jember Pastikan Perjalanan Kereta Api Tetap Aman

13 Juni 2025 - 18:46 WIB

Kembangkan Potensi Daerah, PWI Probolinggo Raya Suguhkan Program ‘KOPI PAIT’

12 Juni 2025 - 18:54 WIB

Selisih Dua Hari, Jamaah Aboge di Leces Shalat Idul Adha Hari Ini

8 Juni 2025 - 12:13 WIB

Libur Idul Adha, 29.733 Penumpang Naik Kereta Api di Daop 9 Jember

7 Juni 2025 - 15:49 WIB

Idul Adha, Perajin Pisau Potong di Kota Probolinggo Banjir Pesanan

5 Juni 2025 - 18:40 WIB

Bakal Dipotong, Ratusan Hewan Kurban di Probolinggo Diperiksa Kesehatannya

4 Juni 2025 - 18:04 WIB

H-2 Idul Adha, RPH Kota Probolinggo Terima 18 Pesanan Pemotongan Sapi

4 Juni 2025 - 17:18 WIB

KH. Nizar Irsyad Tutup Usia, Guru Besar UINSA Didapuk Nakhodai MUI Kota Probolinggo

3 Juni 2025 - 21:04 WIB

Trending di Regional