PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Seorang seniman lukis di kota Probolinggo, terobsesi menekuni seni lukis pirografi. Yakni lukisan yang dibuat dengan cara membakar permukaan bidang kayu sehingga terbentuk gambar artistik. Melalui tangan dinginnya yang melahirkan seni tinggi, karyanya patut dipamerkan di even nasional.

Ditemui digerai lukisnya Jalan Pandjaitan, Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Kanigaran, Agustinus Eko Nurwidianto (45) tengah membuat lukisan kayu bakar 3 dimensi.

“Sudah beberapa bulan ini saya beralih dari seni lukis kanvas ke pirografi. Alasannya saya lebih suka natural dengan warna kayu yang kehitaman,” kata pria yang akrab disapa Eko ini.

Agustinus Eko Nurwidianto (45) sedang membuat lukisan dengan teknik Pirografi berbahan kayu limbah. (rs)

Menurutnya, produk seni lukis pirografi memiliki nilai estetika yang tinggi. Berbeda dengan kanvas yang penuh warna-warni. Lukisannya selain 3 dimensi, teksturnya timbul dan lebih nyata.

“Membuat lukisan pirografi ada tingkat kesulitan yang tidak banyak seniman bisa buat. Saya butuh proses cukup lama untuk bisa seperti ini namun tergantung tingkat ukuran dan desainnya,” ucap pria berdomisli di Jalan Nusa Indah Mayangan.I

Advertisement

a sendiri membuat beberapa lukisan kayu bakar 3 dimensi ini merupakan inovasi pada pirografi pada umumnya. Ia kembangkan teknik pirofrafi 3 dimensi yang nantinya menjadi ciri khas di Kota Probolinggo.

Hasilnya, meski terkesan sederhana karya lukis pirografi memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Beberapa karyanya yang terlihat seperti budaya Sapi Brujul, Sepasang Burung Merpati, Candi Borobudur maupun Pemandangan Alam.

“Saya biasa memasarkan produk seni pirografi melalui media sosial dengan harga bervariasi. Contoh Lukisan Kayu Sapi Brujul berharga 1,5-sampai 2 juta. Ada yang pesan paling jauh dari Kalimantan termasuk instansi untuk oleh-oleh tamu dari Jepang,” ucap mantan manajer BJBR ini.

Salah satu karya lukis Agustinus Eko Nurwidianto dengan teknik Pirografi. (rs)

Eko menjelaskan, untuk membuat seni lukis pirografi dibutuhkan keahlian khusus serta ketelatenan.Bahan yang digunakan biasanya adalah perangkat pirograf atau mesin solder , mesin menghalus kayu, gergaji berbagai ukuran, serta bahan baku utama sebagai media lukis bakar.

Tak lupa beberapa jenis kayu seperti, jati, pinus, kayu lapis (triplek) dan serbuk kayu. Uniknya beberapa bahan tersebut berasa dari limbah pabrik yang tak terpakai.

“Untuk bahan kayu saya lebih memilih menggunakan jenis kayu pinus, yang memiliki tekstur lunak, memiliki serat kayu yang khas, serta mudah dihaluskan. Namun ada kayu jati juga untuk model tertentu,” tuturnya.

Proses pembuatan karya lukis pirografi dimulai dengan memotong kayu sesuai ukuran dan bentuk yang diinginkan, lalu dihaluskan menggunakan mesin dan dilanjutkan dengan membuat sketsa sesuai konsep gambar yang dikehendaki.

“Tahapan ini (membuat sketsa) yang paling sulit karena membutuhkan keahlian dan nilai dalam berkesenian. Jika sketsa jadi, tahap akhir adalah membuat gambar permanen dengan menggoreskan solder atau besi bersuhu (panas) tinggi sehingga timbul efek hitam pada bidang kayu,” ucapnya.

Ke depan, ia berharap hasil karyanya bisa mengikuti even nasional yang nantinya juga bisa membawa nama Kota Probolibggo dari sisi artististik . Termasuk para pemuda yang ikut menggeluti lukisan kayu bakar atau pirografi ini. (*)

 

Penulis: Rahmad Soleh

Editor: Ikhsan Mahmudi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *