Menu

Mode Gelap
Triathlon Sumbang 2 Medali Emas untuk Kontingen Kota Probolinggo di Porprov Jatim 2025 Baru Lima Gudang yang Siap Tampung Tembakau Petani, Pemkab Probolinggo Siapkan Sidak Rapat Paripurna DPRD Lumajang Bahas Raperda RPJMD dan Perubahan APBD 2025 Tanpa Riuh, Pemuda asal Tambakrejo Probolinggo Juarai Asian Muaythai Championship 2025 di Vietnam Pemilu Nasional dan Pilkada Dipisah, Tantangan Baru bagi Partai Politik Tersangka TKI Ilegal Akui Dapat Untung Rp2 Juta per Korban

Budaya · 30 Jun 2018 08:10 WIB

Warga Lereng Gunung Bromo Gelar Yadnya Kasada 1939 Saka


					Warga Lereng Gunung Bromo Gelar Yadnya Kasada 1939 Saka Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Ribuan warga Suku Tengger di lereng Gunung Bromo, menggelar upacara Yadnya Kasada tahun 1939 Saka, Sabtu (30/6/2018) dinihari. Dalam ritual tahunan ini, warga melarung aneka hasil bumi dan sesajen ke dalam kawah Gunung Bromo.

Prosesi Yadnya Kasada dimulai di Pure Agung Luhur Poten di kaki Gunung Bromo, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, pukul 03.00 WIB. Warga dari empat kabupaten, yakni Kabupaten probolinggo, Pasuruan, Malang dan Lumajang membawa aneka hasil bumi dan sesajen ke dalam pure menggunakan ongkek.

Ongkek adalah keranjang bambu yang didesain khusus oleh warga Suku Tengger sebagai pikulan bahan sesajen. Di dalam pure, berkumpul 47 dukun pandita perwakilan dari 36 desa di kawasan lereng Gunung Bromo.

Yadnya Kasada merupakan penghormatan warga terhadap leluhur mereka, pasangan suami istri (Pasutri) Roro Anteng dan Joko Seger yang mengorbankan anaknya yang ke-25, Raden Kusuma untuk dilarung ke dalam kawah Gunung Bromo. Raden Kusuma dikorbankan untuk menepati janji pasutri keturunan Kerajaan Majapahit itu kepada Sang Hyang Widhi.

“Ini bentuk penghargaan kami kepada leluhur, jadi setiap tahun kkami sedekah hasil bumi dan sesajen ke dalalam kawah. Yadnya Kasada digelar setiap tanggal 14 pada bulan kasada, tidak bisa digantti atau dirubah meski Gunung Bromo erupsi,” kata tokoh adat SukuTengger, Supoyo.

Usai upacara di pure, puluhan ongkek dibawa warga menuju kawah Gunung Bromo. Cuaca ekstrem berkabut dibawah suhu 5 derajat selsius serta naik turunnya medan, tak menyurutkan warga untuk melakukan larung sesaji. “Apapun keadaanya, harus kita jalani,” imbuh Supoyo.

Menariknya, aneka hasil bumi dan sesajen yang dibuang kedalam kawah justru menjadi rebutan warga. Bahkan banyak warga dari luar kawasan Bromo sengaja naik ke puncak kawah sejak malan hari sebelumnya, menunggu sedekah bumi itu dilarung warga.

“Kalau dapet, sesajinya buat dimakan, sayur sama buah-buahan bisa dijual mas. Tahun kemarin saya mengumpulkan Rp 80 ribu, kalau sekarang belum dihitung,” aku Sutikno (40), salah seorang perebut sesaji asal Desa Curahsawo, Kecamatan Lumbang. (*)

 

 

Penulis : Rahmad Soleh

Editor : Efendi Muhamad

Artikel ini telah dibaca 27 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Baru Lima Gudang yang Siap Tampung Tembakau Petani, Pemkab Probolinggo Siapkan Sidak

30 Juni 2025 - 19:50 WIB

Target Luas Tanam Tembakau di Probolinggo Naik, Diprediksi Tembus 17 Ribu Ton

29 Juni 2025 - 17:19 WIB

Eks Gedung Banger Telecenter Bakal jadi Kantor Bersama FKUB, MUI dan BAZNAS Kota Probolinggo

28 Juni 2025 - 17:49 WIB

Gus Fawait Blusukan di Kecamatan Silo, Janji Perjuangkan Pupuk untuk Petani Kopi

28 Juni 2025 - 16:39 WIB

Alun-alun Bakal Dipercantik, Pemkot Probolinggo Segera Relokasi PKL

27 Juni 2025 - 20:47 WIB

Jolen Simbol Kerukunan dan Warisan Budaya Desa Senduro

27 Juni 2025 - 19:02 WIB

Pemuda Desa Patemon Probolinggo Dikabarkan Meninggal Usai Tenggak Miras Oplosan, Benarkah?

27 Juni 2025 - 18:05 WIB

Para Difabel di Kota Probolinggo Digerojok Bantuan Puluhan Juta, Dini Rahmania Beri Pesan Begini

27 Juni 2025 - 14:25 WIB

Grebeg Suro, Warga Lumajang di Lereng Semeru Berebut Gunungan Hasil Bumi

27 Juni 2025 - 13:26 WIB

Trending di Budaya