Menu

Mode Gelap
Bakal Ada ‘The Seven Lakes Festival’ di Probolinggo, 7 Hari Menikmati Eksotika Lereng Argopuro Anggaran Dikepras Rp270 M, Bupati Optimis Pembangunan di Jember Tetap Berlanjut Bapemperda DPRD Lumajang Tetapkan 9 Raperda Masuk Prioritas 2026 Baru Bebas, Dua Residivis Curanmor di Pasuruan Kembali Ditangkap Meresahkan! Debt Collector Rampas Motor Warga di Kraksaan Gunakan Pisau Dana Pusat Dipangkas, Ketua DPRD: Pemkab Jember Harus Efisien dan Kreatif

Budaya · 30 Jun 2018 08:10 WIB

Warga Lereng Gunung Bromo Gelar Yadnya Kasada 1939 Saka


					Warga Lereng Gunung Bromo Gelar Yadnya Kasada 1939 Saka Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Ribuan warga Suku Tengger di lereng Gunung Bromo, menggelar upacara Yadnya Kasada tahun 1939 Saka, Sabtu (30/6/2018) dinihari. Dalam ritual tahunan ini, warga melarung aneka hasil bumi dan sesajen ke dalam kawah Gunung Bromo.

Prosesi Yadnya Kasada dimulai di Pure Agung Luhur Poten di kaki Gunung Bromo, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, pukul 03.00 WIB. Warga dari empat kabupaten, yakni Kabupaten probolinggo, Pasuruan, Malang dan Lumajang membawa aneka hasil bumi dan sesajen ke dalam pure menggunakan ongkek.

Ongkek adalah keranjang bambu yang didesain khusus oleh warga Suku Tengger sebagai pikulan bahan sesajen. Di dalam pure, berkumpul 47 dukun pandita perwakilan dari 36 desa di kawasan lereng Gunung Bromo.

Yadnya Kasada merupakan penghormatan warga terhadap leluhur mereka, pasangan suami istri (Pasutri) Roro Anteng dan Joko Seger yang mengorbankan anaknya yang ke-25, Raden Kusuma untuk dilarung ke dalam kawah Gunung Bromo. Raden Kusuma dikorbankan untuk menepati janji pasutri keturunan Kerajaan Majapahit itu kepada Sang Hyang Widhi.

“Ini bentuk penghargaan kami kepada leluhur, jadi setiap tahun kkami sedekah hasil bumi dan sesajen ke dalalam kawah. Yadnya Kasada digelar setiap tanggal 14 pada bulan kasada, tidak bisa digantti atau dirubah meski Gunung Bromo erupsi,” kata tokoh adat SukuTengger, Supoyo.

Usai upacara di pure, puluhan ongkek dibawa warga menuju kawah Gunung Bromo. Cuaca ekstrem berkabut dibawah suhu 5 derajat selsius serta naik turunnya medan, tak menyurutkan warga untuk melakukan larung sesaji. “Apapun keadaanya, harus kita jalani,” imbuh Supoyo.

Menariknya, aneka hasil bumi dan sesajen yang dibuang kedalam kawah justru menjadi rebutan warga. Bahkan banyak warga dari luar kawasan Bromo sengaja naik ke puncak kawah sejak malan hari sebelumnya, menunggu sedekah bumi itu dilarung warga.

“Kalau dapet, sesajinya buat dimakan, sayur sama buah-buahan bisa dijual mas. Tahun kemarin saya mengumpulkan Rp 80 ribu, kalau sekarang belum dihitung,” aku Sutikno (40), salah seorang perebut sesaji asal Desa Curahsawo, Kecamatan Lumbang. (*)

 

 

Penulis : Rahmad Soleh

Editor : Efendi Muhamad

Artikel ini telah dibaca 34 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Job Market Fair di Lumajang Buka 1.522 Lowongan Kerja

8 Oktober 2025 - 13:22 WIB

Festival Kue Bulan di TITD Pay Lien San, Tradisi Tionghoa yang Terus Dilestarikan

7 Oktober 2025 - 17:21 WIB

Raup Untung Rp8 Juta Sekali Panen, Petani Semangka di Lumajang Sukses Budidayakan Semangka Inul

7 Oktober 2025 - 15:44 WIB

Bupati Lumajang dan TNI Serahkan Bantuan Kepada Mbok Imuk Warga Kecamatan Guculialit

6 Oktober 2025 - 13:13 WIB

Pemuda Lumajang Ubah Limbah Makanan MBG Jadi Eco Enzyme, Pupuk, dan Pakan Magot

5 Oktober 2025 - 15:10 WIB

Gerakan Sosial, NU Santuni Anak Penderita Sindromproteus di Besuk Probolinggo

5 Oktober 2025 - 14:42 WIB

Pemdes Tempeh Tengah Ajak Warga Bantu Santri Keracunan HCL

5 Oktober 2025 - 13:47 WIB

Haru dan Bahagia! Kala Bupati Gus Haris Santuni Lansia Sebatang Kara di Kraksaan

3 Oktober 2025 - 19:07 WIB

Babinsa Lumajang Patungan Perbaiki Rumah Nenek Miskin yang Tinggal di Kandang Sapi

3 Oktober 2025 - 13:38 WIB

Trending di Sosial