PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Setelah tiga bulan berlalu, proses hukum runtuhnya girder fly-over tol Paspro di Desa Cukur Gondang, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan mulai menemukan titik terang. Hanya saja, tim penyidik dari Polda Jawa Timur maupun tim khusus dari Kemen PUPR, belum mengumumkan hasil penyelidikannya.

Kasi Administrasi Kontrak PT. Waskita Karya, Agus Muslim sebagai pelaksana proyek memastikan jika kasus hukum proyek nasional yang terjadi pada Minggu (29/11/2017) itu sudah tuntas. Hanya saja, pihaknya masih menunggu rilis resmi dari pihak kepolisian dan Kemen PUPR.

“Sudah tahap final, kurang lebih dalam bulan ini sudah ada keterangan resmi dari kepolisian. Namun hasilnya seperti apa, belum kami ketahui karena itu bukan ranah kami,” papar Agus Muslim, kepada wartawan Senin (13/2/2018).

Hasil penyelidikan polisi, diharapkan menutup kasus hukum tersebut lantaran pihak keluarga korban sudah tidak mengajukan tuntutan hukum. Hal ini dibuktikan dengan adanya penandatanganan surat pernyataan oleh keluarga korban di kantor PT. Waskita Karya, jalan raya Bromo Kota Probolinggo.

Kepala Seksi Administrasi Kontrak PT Waskita Karya, Agus Muslim saat gelar press release, Senin (12/2/2018).

“Sudah tidak ada tuntunan, karena ini memang musibah yang tidak kita kehendaki. Kami juga bertanggungjawab dengan memberikan santunan, baik kepada keluarga Pak Heri Sunandar, pak Sugiono dan pak Nurdin ” imbuh Agus.

Santunan yang diberikan kepada korban meninggal, Heri Sunandar berupa uang Rp. 50 juta dan asuransi BPJS Ketenagakerjaan senilai Rp 223 juta. Selain itu, PT. Waskita Karya memberikan asuransi pendidikan untuk Zahra Nur Aini, anak Heri, hingga ke jenjang perguruan tinggi.

Sedangkan untuk Sugiono dan Nurdin, selain mendapatkan perawatan hingga sembuh, mereka juga menerima santunan masing-masing Rp. 20 juta. Selain itu, keduanya diberi kesempatan untuk bekerja lagi di proyek yang dikelola oleh PT. Waskita Karya.

Istri almarhum Heri Sunandar, Ani Puspita Sari mengaku bersyukur atas santunan tersebut. Santunan itu akan ia gunakan untuk melanjutkan hidup bersama anaknya di Sumedang, Jawa Barat. “Saya mau jualan rokok, buka warung kecil-kecilan nanti,” ujarnya sumringah. (em/arf).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *