Menu

Mode Gelap
Portal Jalan Tambakrejo–Lumbang Ditata Ulang, Mobil Damkar Jadi Tolak Ukur Di Kota Probolinggo, Bayi Perempuan Ditemukan di Teras Rumah, Dilengkapi Surat Wasiat Stok BBM di Jember Kini Normal, Mobilitas Masyarakat Kembali Lancar Pemkot Probolinggo Batalkan Rencana Bangun SMPN di Wilayah Barat, Disdikbud Beberkan Alasan Mengenal Roisatul Muttaqin Alalloh, Dara Cantik asal Jorongan Probolinggo yang Wakili Indonesia di 3 Negara Bupati Tersentuh Nasib Lansia Tinggal di Rumah Tidak Layak di Kunir

Kesehatan · 11 Agu 2017 12:11 WIB

Transeksual Pemicu Dominan Penularan HIV-Aids Di Kota Probolinggo


					Diskusi sinergitas antar Stake Holder di lingkup Pemkot Probolinggo, Jumat (11/8/2017). Perbesar

Diskusi sinergitas antar Stake Holder di lingkup Pemkot Probolinggo, Jumat (11/8/2017).

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Tren penyebaran virus HIV-Aids di Kota Probolinggo terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data dari Komisi Penanggulangan Aids (KPA) setempat, jumlah penderita HIV-Aids dari tahun 2012 hingga 2016 adalah 235 orang.

Dari jumlah itu, sebanyak 152 orang berjenis kelamin laki-laki dan 83 orang lain merupakan pengidap perempuan, dengan korban meninggal sebanyak 46 orang. Penyebaran paling masif diakibatkan oleh prilaku transeksual, yang menyumbangkan 80% penderita.

“Penularan tertinggi disebabkan oleh transeksual yang mencapai 80%, selanjutnya dari hubungan vertikal yakni ibu ke anak, melalui air susu ibu (ASI) yang mencapai 10%,” ujar  Badrut Tamam, Pengela Program (PP) KPA saat menjadi pemateri diskusi sinergitas antar Stake Holder di lingkup Pemerintah Kota (Pemkot) Probolinggo, Jumat (11/8/2017).

Selain dua faktor itu, lanjut Badrut, penyebaran HIV-Aids  juga melalui kontak darah, dengan media pemakaian jarum suntik bergantian, tatto, tindik serta transfusi darah, dengan pengaruh mencapai 10%. Dalam kurun waktu 4 tahun itu, kenaikan penderita HIV-Aids sebesar 30% per tahun.

“Tren kenaikannya sebesar 30% tiap tahun, untuk tahun 2017 ini prediksi kami lebih meningkat dari rataan tahun sebelumnya,” ujar pria asal Banyuanyar Kabupaten Probolinggo ini.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan (P2P) Dinas Kesehatan Kota Probolingggo , Yusni Ningsih menambahkan, warga yang dominan tertular penyakit ini berada diusia produktif antara 25 hingga 40 tahun. Bukannya diayomi, oleh masyarakat mereka justru dikucilkan.

“Penderita ini semakin terpuruk karena penilaian negatif oleh masyarakat. Padahal sebenarnya, mereka butuh dukungan moril, untuk bangkit dan produktif menafkahi keluarganya,” ujar  Yusni seusai acara yang berlangsung di Aula Dinkes Probolinggo itu. (guf/ela).

 

Artikel ini telah dibaca 14 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Capaian Cek Kesehatan Gratis Lumajang Baru 12,7 Persen, Tantangan Edukasi Masih Besar

27 Juli 2025 - 11:24 WIB

Gandeng UJ, Pemkab Lumajang Operasi Gratis Bibir Sumbing

13 Juli 2025 - 16:27 WIB

Canangkan Zero Kusta, Pemkab Probolinggo Gandeng Organisasi Pemerhati Kusta Internasional

9 Juli 2025 - 19:37 WIB

Kasus Kusta Indonesia Masuk 3 Besar Dunia, The Nippon Foundation Turun Tangan

9 Juli 2025 - 19:09 WIB

Dokter Muter: Harapan Baru Warga Terpencil Dusun Bakah Lumajang

3 Juli 2025 - 18:28 WIB

Ancaman di Balik Genangan Air: Leptospirosis Mengintai Warga Lumajang

2 Juli 2025 - 16:04 WIB

Kesiapan Maksimal Lumajang Jaga Kesehatan Masyarakat di Tengah Tren Positif Covid-19 Nasional

16 Juni 2025 - 10:58 WIB

Covid-19 Kembali Mengintai, Dinkes Jember Minta Warga Tidak Panik

12 Juni 2025 - 18:01 WIB

Tiga Tahun Mangkrak, Klinik NU Jember Akhirnya Resmi Dibuka

5 Juni 2025 - 18:15 WIB

Trending di Kesehatan