PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Menjadi wanita Pekerja Seks Komersial (PSK) tak semuanya karena kebutuhan ekonomi. Namun, prahara rumah tangga juga bisa menjadi faktor kuat yang mendorong perempuan menjadi pemuas laki-laki hidung belang.
Seperti yang diceritakan oleh TM (23) warga Desa Wedusan, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo. TM ‘curhat’ seusai terjaring razia Satuan Polisi (Satpol) Pamong Praja (PP) Situbondo, di Desa Klatakan, Kecamatan Gundil. Oleh petugas, ia lalu dilimpahkan ke Satpol PP Kabupaten Probolinggo.
Wanita dengan satu anak ini mengaku, ia terpaksa menjalani hidup sebagai Wanita Tuna Susila (WTS) setelah sakit hati atas perlakuan mantan suaminya. Menurut TM, ia frustrasi dengan ulah suaminya lalu memutuskan bercerai dan terjun ke dunia prostitusi.
“Cerainya tahun 2005 silam, setelah mantan suami saya selingkuh dengan keponakan saya. Sebelum bercerai, saya juga tersiksa karena sering dipukuli,” curhatnya saat ditemui di Kantor Satpol PP Kabupaten Probolinggo, Jum’at (30/11/2018).
Wanita berbadan subur ini menambahkan, selama 6 bulan menjadi PSK, ia mematok tarif untuk para tamunya sebesar Rp. 100 ribu setiap kali main. Namun jika sistem ‘booking’ hingga menginap, tarifnya naik menjadi Rp. 350 ribu.
“Jika sepi, sehari saya melayani 5 orang, tapi itu jarang selama saya bekerja seperti ini. Yang sering itu, saya melayani 10 sampai 15 tamu selama 1×24 alias sehari semalam,” akunya.
Ditanya tips agar ia mampu melayani tamu yang mencapai belasan itu, TM mengatakan bahwa ia terlebih dahulu minum jamu sebelum memuaskan nafsu bejat lelaki hidung belang. Hal itu semata-mata agar ia mampu meraup uang sebanyak-banyaknya.
“Memang sudah ada jamu khusus yang sudah saya siapkan sebelum ‘main’. Biasanya saya minum satu hingga dua kali jamu dalam sehari semalam,” tuturnya.
Terpisah, Koordinator Lapangan (Korlap) Tim Reaksi Cepat (TRC) Satpol PP Nurul Arifin mengatakan, pasca menerima TM dari Satpol PP Situbondo, pihaknya langsung mendata dan membina TM. Selanjutnya, petugas memanggil keluarga TM agar wanita muda itu dijemput.
“Kami panggil keluarganya, supaya dijemput dan dibawa pulang. Sebelumnya, ia sudah dibina oleh anggota Satpol PP Situbondo, terus kami data dan bina lagi. Semoga ia tidak lagi terjun ke dunia prostitusi,” tandas Nurul. (*)
Penulis : Moh Ahsan Faradies
Editor : Efendi Muhammad
Tinggalkan Balasan