Lumajang, – Sebanyak 341 warga masih bertahan di posko pengungsian pasca erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada 19 November lalu. Para pengungsi tersebar di dua posko, yakni SDN Supiturang 04 dan SMPN 2 Pronojiwo.
Di posko SDN Supiturang 04, Desa Supiturang, terdapat 150 pengungsi, terdiri dari 72 laki-laki dan 82 perempuan. Mereka berasal dari dua dusun, Dusun Sumbersari dan Dusun Gumukmas, Kecamatan Pronojiwo.
“Jumlah pengungsi di SDN Supiturang 04 ada 150 orang yang berasal dari Dusun Sumbersari dan Gumukmas Desa Supiturang,” ujar Lutfi salah satu Koordinator Posko Pengungsian SDN Supiturang 04, Rabu (26/11/2025).
Salah satu pengungsi, Sumiati mengaku, rumahnya hancur diterjang lava Semeru. Ia tidak sempat menyelamatkan harta bendanya, namun bersyukur masih selamat bersama suami dan cucunya.
“Kondisi rumah habis ya waktu itu Gunung Semeru keluar lavanya sampai terus saya lari gak bawa apa-apa cuma orang saja,” kata Sumiati.
Berdasarkan data BPBD Kabupaten Lumajang, erupsi Semeru mengakibatkan 232 rumah warga mengalami kerusakan, termasuk satu sekolah dasar, SDN Supiturang 02. Pemerintah daerah bersama relawan terus menyalurkan bantuan darurat dan melakukan evakuasi untuk memastikan keselamatan warga terdampak.
Diberitakan sebelumnya, aktivitas erupsi Gunung Semeru yang masih berlangsung menyebabkan abu vulkanik kembali terbawa angin dan hujan ke sejumlah wilayah di sekitarnya. Kondisi ini meningkatkan risiko gangguan kesehatan bagi warga, terutama yang berada di zona terdampak langsung.
Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kabupaten Lumajang, dr. Rosyidah menjelaskan, partikel abu vulkanik dapat masuk ke saluran pernapasan dan menimbulkan masalah serius bila tidak dicegah.
“Penggunaan masker secara rutin saat berada di zona terdampak dapat meminimalkan risiko gangguan kesehatan akibat partikel abu vulkanik dan mencegah ISPA,” katanya, Selasa (25/11/2025).
Menurutnya, abu yang terbawa angin berpotensi memicu Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), terutama pada anak-anak, lansia, dan penderita penyakit pernapasan kronis.
Angin kencang dan hujan turut memperluas area paparan, membuat warga yang berada di luar zona inti tetap berisiko.
Selain penggunaan masker, ia meminta warga untuk menjaga jarak dari jalur awan panas, serta menghindari aktivitas di daerah aliran sungai yang dapat menjadi jalur luncuran material vulkanik.
“Serta segera melapor ke fasilitas kesehatan jika mengalami batuk, sesak napas, atau gejala ISPA lainnya,” jelasnya. (*)













