Lumajang, – Danau Ranu Pani yang terletak di Desa Ranu Pani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, kini hanya memiliki luas badan air sekitar 3,4 hektar.
Padahal, pada tahun 2004, luas danau ini tercatat masih mencapai 5,9 hektar. Artinya, danau alami yang berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) ini telah kehilangan hampir separuh volume airnya dalam dua dekade terakhir.
Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS, Septi Eka Wardhani, menjelaskan bahwa proses pendangkalan Danau Ranu Pani terus berlangsung sejak 2004 dan semakin cepat dalam sembilan tahun terakhir.
“Pada 2004 luas badan air di Ranu Pani sekitar 5,9 hektar, tahun 2016 menyusut menjadi 4,7 hektar, dan pada 2025 ini tinggal 3,4 hektar,” ungkap Septi, Jumat (10/10/25).
Ia menambahkan, pada periode 2004–2016, penyusutan luasan danau mencapai 1,2 hektar. Namun, pada periode 2016–2025, penyusutan meningkat menjadi 1,3 hektar. Ini menunjukkan laju pendangkalan yang makin cepat dalam waktu yang lebih singkat.
Menurut Septi, penyebab utama penyempitan badan air ini adalah sedimentasi yang berasal dari erosi lahan pertanian di sekitar danau. Curah hujan tinggi mempercepat pengikisan tanah yang kemudian mengalir ke danau dan mengendap di dasar danau.
“Fenomena ini merupakan hasil akumulatif dari sedimentasi yang bersumber dari erosi lahan pertanian warga. Ini bukan semata gejala alam, tapi juga dampak interaksi negatif antara manusia dengan ekosistem yang rapuh,” tegasnya.
Untuk diketahui, Danau Ranu Pani merupakan salah satu danau alami tertinggi di Jawa Timur dan menjadi titik awal jalur pendakian Gunung Semeru. Selain nilai ekologisnya, danau ini juga memiliki fungsi penting dalam menunjang wisata alam dan ekowisata di kawasan tersebut. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra