Lumajang, – Upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan melalui Program Keluarga Harapan (PKH) membuahkan hasil positif di Kabupaten Lumajang.
Sepanjang tahun 2024, sebanyak 266 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) berhasil lulus dari status penerima bantuan atau graduasi, menandakan bahwa mereka telah mandiri secara ekonomi dan tidak lagi bergantung pada subsidi pemerintah.
Keberhasilan ini mendapat apresiasi langsung dari Bupati Lumajang, Indah Amperawati, yang menyebut capaian tersebut sebagai bukti konkret bahwa pemberdayaan ekonomi benar-benar bekerja, bukan sekadar wacana.
“Ini adalah bukti nyata bahwa bantuan sosial bukan untuk membuat masyarakat bergantung, tapi untuk menjadi jembatan menuju kemandirian. Sebagian besar keluarga yang graduasi mengaku bisa mandiri karena sudah mulai berusaha sendiri,” tegas Indah, Kamis (2/10/25).
Proses graduasi PKH bukan hanya pencabutan bantuan, melainkan bagian dari strategi transisi menuju kemandirian ekonomi. Banyak dari keluarga yang telah lulus PKH kini menjalankan usaha kecil seperti warung, kerajinan tangan, peternakan, hingga usaha pertanian mandiri.
Program ini dikombinasikan dengan PSSE (Program Pemberdayaan Sosial Ekonomi), yang memberikan bantuan modal awal sebesar Rp5 juta kepada keluarga yang dinilai siap. Bantuan ini digunakan untuk memulai usaha produktif yang berkelanjutan.
“Pemerintah tidak hanya memberikan bantuan, tapi juga pelatihan, pendampingan, dan modal usaha. Kami ingin mereka naik kelas, bukan terus bergantung,” lanjut Bupati Indah.
Koordinator PKH Kabupaten Lumajang, Akbar Al-Amin mengonfirmasi, bahwa jumlah penerima PKH mengalami penurunan karena proses graduasi berjalan setiap tahun.
“Tahun lalu, ada 266 KPM yang dinyatakan mandiri. Saat ini total penerima PKH di Lumajang tinggal 36.881 keluarga,” ujarnya.
Meski begitu, Akbar menekankan bahwa penurunan ini merupakan indikator keberhasilan, bukan pengurangan bantuan. Keluarga yang masih tercatat sebagai penerima akan terus mendapatkan pendampingan intensif, baik dalam bentuk pelatihan kewirausahaan, pembinaan usaha, maupun dukungan psikososial.
“Graduasi bukan akhir, tapi awal dari kemandirian. Kami ingin keluarga-keluarga ini menjadi contoh bagi komunitasnya,” tegas Akbar. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra