Lumajang, – Di tengah tantangan mahalnya harga pupuk kimia dan dampaknya terhadap kesuburan tanah, sekelompok petani dari Dusun Joho, Desa Pasirian, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang menghadirkan solusi sederhana. Namun pupuk organik berbasis mikroorganisme lokal (MOL), tanah bambu, molase, dan dekomposer alami.
Inovasi ini lahir dari Kelompok Petani Inovatif (KOPI), yang secara konsisten mengembangkan formulasi pupuk organik dengan memanfaatkan potensi bahan lokal dan ilmu terapan berbasis pengalaman lapangan.
Racikan ini mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50%, sekaligus menjaga struktur tanah, meningkatkan daya serap air, dan memelihara keragaman hayati mikroorganisme dalam tanah.
Dalam kunjungannya, Bupati Lumajang, Indah Amperawati, mengatakan, penggunaan pupuk organik memang harus dilakukan secara bertahap dan seimbang dengan pupuk kimia.
“Namun, jika dijalankan dengan benar, tanah menjadi lebih subur dan produk pangan lebih sehat. Ini adalah langkah strategis dalam membangun pertanian berkelanjutan,” katanya, Minggu (28/9/25).
Bupati menyampaikan, akan terus menjadi fasilitator dan pendukung inovasi petani demi kesejahteraan bersama.
“Pertanian yang sehat adalah fondasi bagi masyarakat yang sejahtera. Pemerintah hadir untuk memastikan setiap inovasi membawa manfaat nyata,” katanya.
Ketua KOPI, Asmui menjelaskan, pupuk organik yang dibuatnya telah diujicobakan pada berbagai komoditas, termasuk melon.
Hasilnya bukan hanya tanaman yang lebih sehat, tetapi juga kualitas panen meningkat secara signifikan.
Bupati Indah bahkan mencicipi sendiri melon hasil tanam KOPI dan mengaku terkesan.
“Melon ini manis dan enak. Ini bukti bahwa pertanian ramah lingkungan bisa menghasilkan produk berkualitas tinggi. Namun tentu dibutuhkan ketelatenan, kesabaran, dan inovasi yang berkelanjutan,” ujarnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra