Lumajang, – Fenomena kemarau basah yang tengah melanda sebagian wilayah Jawa Timur memunculkan potensi bencana baru di Kabupaten Lumajang.
Meski secara kalender masih dalam musim kemarau, tingginya intensitas hujan justru meningkatkan risiko banjir lahar dingin di kawasan sekitar Gunung Semeru.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang mencatat, terdapat enam kecamatan yang masuk dalam zona rawan terdampak, yaitu Pronojiwo, Candipuro, Pasirian, Tempeh, Tempursari, dan satu wilayah tambahan yang dekat dengan daerah aliran sungai (DAS) Gunung Semeru.
“Fenomena kemarau basah ini cukup berbahaya karena curah hujan meningkat secara tidak normal di tengah musim kering. Ketika hujan turun di kawasan lereng Semeru, maka risiko banjir lahar dingin sangat tinggi,” kata Kabid Kedaruratan dan Rehabilitasi BPBD Lumajang, Yudhi Cahyono, Rabu (17/9/25).
Menurut Yudhi, banjir lahar dingin dapat terjadi sewaktu-waktu, terutama jika hujan mengguyur wilayah hulu. Material vulkanik dari letusan Semeru sebelumnya yang tertinggal di lereng gunung dapat terbawa air dan mengalir deras ke permukiman melalui sungai-sungai.
Adapun jalur sungai yang dinyatakan berisiko tinggi adalah Curah Kobokan, Sungai Glidik, Sungai Regoyo, Sungai Besuk Sat, dan Sungai Rejali.
“Kondisi geografis seperti kemiringan lereng dan panjang aliran sungai memperbesar peluang material lahar dingin mencapai permukiman warga,” tambahnya.
Sebagai upaya antisipasi, BPBD telah menempatkan relawan dan tim pemantau di titik-titik rawan untuk melakukan pengawasan lapangan dan memberikan laporan berkala. Masyarakat juga diminta untuk aktif memantau informasi peringatan dini dari petugas.
“Keselamatan masyarakat adalah prioritas. Kami minta warga untuk tidak beraktivitas di sekitar aliran sungai saat hujan, dan segera mengungsi jika menerima peringatan,” tegas Yudhi. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra