Probolinggo,- Kecelakaan maut yang menewaskan delapan orang penumpang bus di jalur wisata Bromo Probolinggo, menjadi perhatian serius berbagai pihak. Selain penambahan rambu lalu lintas, jalur penyelamat juga akan diusulkan di sekitar lokasi tersebut.
Hal itu disampaikan Kepala Balai Pengelolaan Transportasi Darat (BPTD) Kelas II Jawa Timur, Bambang Hermanto. Ia menjelaskan bahwa secara kelayakan dan lebar jalan sudah sesuai standar.
Hanya saja terdapat persoalan pada kondisi turunan dan tanjakan. Oleh karena, jalur wisata internasional itu masih perlu tambahan perbaikan.
“Upaya kami antara lain dengan menambah rambu-rambu, khususnya tanda turunan dan tanjakan. Kemudian guardrail atau pagar pengaman jalan juga akan kami pasang kembali,” ujar Bambang, Selasa (16/9/25).
Bambang menambahkan, meskipun kecelakaan kendaraan akibat rem blong jarang terjadi di kawasan Gunung Bromo, namun keberadaan jalur penyelamat tetap penting dibuat.
Nantinya jika ada kendaraan yang tidak bisa menyelamatkan, maka ada jalan yang akan menyelamatkan lewat jalur penyelamat sehingga kecelakaan tidak berakibat fatal.
“Karena idealnya jalur penyelamat di jalur Bromo ini penting dan perlu, maka akan kita upayakan. Jika ada kejadian kendaraan rem blong saat di jalan turunan maka bisa menggunakan jalur tersebut,” imbuh Bambang.
Seperti diketahui, bus pariwisata dengan 52 penumpang dari RS Bina Sehat Jember, kecelakaan di jalur Bromo, tepatnya di Jalan Raya Sukapura, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Minggu siang (14/9/25).
Awalnya, bus pariwisata bernomor polisi P 7221 UG, yang disopiri Albahri (59) warga Desa Gladak Pakem, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember, melaju dari arah Bromo, sekitar pukul 12.14 WIB.
Sesampainya di lokasi kejadian, bus melaju tidak terkendali dan menabrak pembatas jalan. Musibah ini menyebabkan 8 penumpang tewas dan sejumlah orang lainnya luka-luka. (*)
Editor : Mohammad S
Publisher : Keyra