Lumajang, – Masyarakat Desa Kandangan, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, kembali menggelar tradisi sedekah bumi sebagai bentuk syukur atas hasil panen dan berkah kehidupan.
Tradisi yang digelar setahun sekali ini berlangsung meriah di Situs Selogending, dengan melibatkan seluruh warga dari delapan RW.
Kegiatan ini telah menjadi warisan budaya yang dijaga secara turun-temurun. Bukan sekadar ritual adat, Sedekah bumi juga menjadi ajang mempererat persatuan dan kekompakan warga.
Dalam pelaksanaannya, warga membawa jolen wadah berisi tumpeng, hasil bumi, dan sesaji yang kemudian diarak secara bersama-sama menuju Situs Selogending yang berada di Desa Kandangan.
“Ini memang adat selamatan desa yang sudah turun-temurun. Konsepnya adalah kerukunan, semua umat bergabung dan saling mendoakan di Situs Selogending,” kata Jumanang, Kepala Desa Kandangan, Senin (28/7/25).
Sebanyak delapan jolen mewakili delapan RW turut diarak warga. Setiap jolen dihias dengan beragam hasil bumi dan ornamen khas, yang menunjukkan kreativitas dan kekompakan masyarakat dalam menyemarakkan tradisi leluhur.
Warga pun menyambut kegiatan ini dengan antusias. Banyak yang datang bersama keluarga sejak pagi untuk mengikuti prosesi hingga berebut isi jolen, yang dipercaya membawa berkah. Selain tumpeng, warga juga berebut sayuran, buah-buahan, bahkan lauk-pauk yang tersaji di dalam jolen.
“Kami senang bisa ikut tradisi ini. Selain mengenang budaya nenek moyang, acara ini juga jadi tempat berkumpul, ketemu saudara dan tetangga yang jarang ketemu,” kata Fatma, warga setempat.
Meski diwarnai semangat berebut isi jolen, suasana tetap berlangsung hangat dan penuh kegembiraan. Tradisi sedekah bumi ini menjadi bukti bahwa nilai gotong royong dan kebersamaan masih mengakar kuat di tengah masyarakat pedesaan Jawa.
Dengan tetap dijaganya tradisi seperti ini, masyarakat berharap hasil pertanian melimpah, desa dijauhkan dari bencana, serta generasi muda bisa terus mewarisi nilai-nilai luhur budaya lokal.
“Semoga acara ini, menjadi titik awal keberkahan bagi desa kami. Dan semoga guyub rukun tetap terjaga hingga anak dan cucu kita,” kata Nur Hayati, warga lainnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra