Lumajang, – Di kaki megah Gunung Semeru, dalam sejuknya hawa pagi Lumajang, suara kidung suci menggema dari Pura Mandara Giri Semeru Agung. Asap dupa mengepul pelan, menyatu dengan kabut tipis yang turun menyelimuti pelataran pura. Di tengah suasana sakral itu, ratusan umat Hindu duduk bersila, mengatupkan tangan dalam hening sembah bhakti.
Pemandangan yang sarat makna ini bukan hanya menggambarkan ritus keagamaan, melainkan juga menjadi bukti bahwa tradisi adalah jembatan yang tak pernah lekang oleh waktu.
Sebuah jembatan yang pada hari itu, Kamis, 17 Juli 2025, kembali ditapaki oleh rombongan Pemerintah Kabupaten Bangli dalam pelaksanaan Bhakti Penganyar, sebuah persembahan bakti yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Dipimpin langsung oleh Bupati Bangli, Sang Nyoman Sedana Arta, didampingi Ny. Sariasih Sedana Arta, rombongan yang terdiri dari Wakil Bupati I Wayan Diar, Sekda Bangli, serta sejumlah kepala OPD, hadir tak sekadar menjalankan ritual.
Mereka membawa serta pesan spiritual dan budaya dari Pulau Dewata, mempererat jalinan antar umat Hindu Bali dan Jawa Timur.
“Bhakti Penganyar ini bukan hanya bentuk sraddha bakti kita kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, tetapi juga upaya menjaga hubungan harmonis antara masyarakat Hindu Bali dan saudara kita di Jawa Timur,” kata Sedana Arta, Jumat (18/7/25).
Upacara dimulai dengan persembahyangan bersama, dipimpin oleh para pemangku yang mengenakan pakaian serba putih. Umat membawa banten pejati, bunga, serta canang sari simbol doa dan pengabdian. Dalam keteduhan suasana, terdengar mantra-mantra yang dilantunkan pelan, menembus ruang kesadaran mereka yang hadir.
Dalam momen tersebut, Pemkab Bangli juga menyerahkan punia atau donasi untuk mendukung rangkaian piodalan (hari suci) di pura, sebagai bentuk dukungan nyata untuk keberlanjutan kegiatan spiritual di sana.
“Ini bukan hanya kegiatan seremoni. Ini adalah napas dari tradisi kita, kekuatan spiritual yang menyatukan dua pulau, dua budaya, dan satu keyakinan,” ungkapnya.
Berdiri di lereng timur Gunung Semeru, Pura Mandara Giri Semeru Agung memiliki kedudukan istimewa. Tidak hanya sebagai tempat suci, pura ini menjadi penghubung spiritual antara Bali dan tanah Jawa.
Didirikan oleh umat Hindu Bali yang bermigrasi ke Jawa, pura ini menjadi paku energi spiritual, tempat umat menghaturkan bhakti kepada Sang Hyang Widhi yang bersemayam di Mahameru.
Nama Mandhara Giri sendiri berasal dari cerita Mandara Giri dalam epos Mahabharata, saat para dewa memutar gunung untuk mencari tirta amerta atau air kehidupan. Kini, pura itu menjadi tempat untuk memperbaharui kekuatan batin dan mempererat tali kebudayaan.
“Setiap kali kami datang ke sini, ada getaran yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Ini seperti pulang ke rumah, meski kami berada di tanah yang berbeda,” kata Ny. Suciati Diar, istri Wakil Bupati Bangli. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra