Probolinggo,- SDN Warujinggo 2 di Desa Warujinggo, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo, sudah dua tahun ini gagal mendapatkan siswa baru. Segala upaya telah dilakukan agar calon siswa tertarik, namun upaya itu gagal.
Lembaga pendidikan plat merah di Dusun Triwung ini, sejak tahun ajaran 2023 – 2024 hingga 2024 – 2025, tidak mendapatkan satu siswa pun yang mendaftar sebagai peserta didik.
Sebelum pelaksanaan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun ajaran 2024 – 2025, pihak sekolah melalui guru telah melakukan sosialisasi ke masyarakat sekitar. Bahkan jemput bola ke rumah-rumah dan taman kanak-kanak terdekat dari sekolah.
“Kami pihak sekolah juga telah memberi iming-iming seragam gratis jika ada siswa baru yang mendaftar. Namun hingga proses pembelajaran dimulai, tidak satu pun siswa yang mendaftar,” kata Kepala Warujinggo 2, Indrati Susilo, Rabu (16/7/25).
Tidak adanya siswa baru yang tertarik mengenyam pendidikan di sekolah tersebut, membuat pihak sekolah melakukan analisa dan penelitian. Hasilnya, beberapa faktor disinyalir jadi pemicu sekolah gagal mendapatkan anak didik baru.
Faktor pertama karena mindset masyarakat yang menginginkan anaknya belajar di lembaga pendidikan yang menyajikan materi pembelajaran lengkap, yakni ilmu umum dan keagamaan. Faktor kedua, SDN Warujinggo 2 dikelilingi Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Faktor lain, jarak SDN Warujinggo 2 dengan Kota Probolinggo dekat. Alhasil, banyak siswa yang berdomisili di Desa Warujinggo menyekolahkan anaknya di sejumlah SDN wilayah Kota Probolinggo.
“Menurut informasi yang saya terima, karena saya baru hampir 2 tahun menjabat kepala sekolah, kondisi ini sudah terjadi sejak tahun 2012, dibarengi dengan jumlah siswa yang sedikit,” ujarnya.
Hingga saat ini, SDN Warujinggo 2 hanya memiliki 15 siswa belajar di beberapa tingkatan kelas. Kelas 3 dengan 6 siswa, kelas 4 memiliki 5 siswa dan kelas 6 terdapat 4 siswa.
“Dengan hanya ada 3 tingkatan kelas yang terisi murid, ada 3 kelas yang tidak ada muridnya yakni kelas 1, kelas 2, dan kelas 5. Karena hanya ada 3 kelas, maka hanya ada 4 guru ditambah 1 satu kepala sekolah,” imbuh Indrati. (*)
Editor: Mohammad S
Publisher: Keyra