Menu

Mode Gelap
Bus yang Kecelakaan di Jalur Bromo Ternyata Membawa Rombongan Nakes RS Bina Sehat Jember Lansia di Pasuruan Dianiaya Menantu, Korban Alami Luka Serius Bus Pariwisata Kecelakaan di Jalur Bromo, 6 Penumpang Tewas Lumajang Kawal Percepatan PPPK ke Jakarta, Ribuan Honorer Dapat Kepastian AWS dan ARG, Dua Alat Pemantau Cuaca Andalan Baru BPBD Lumajang Meriahnya Pembukaan MTQ XXXI Jatim di Jember, Diwarnai Pertunjukan Drone dan Tari Taksu Ilahi

Lingkungan · 13 Jun 2025 19:16 WIB

Lahan Pertanian di Lereng Bromo Jarang Tersentuh Pupuk Subsidi, Pemkab Probolinggo Cari Solusi


					BERTANI: Warga lereng Bromo sedang menggemburkan tanah sebelum ditanami sayuran. (foto: istimewa). Perbesar

BERTANI: Warga lereng Bromo sedang menggemburkan tanah sebelum ditanami sayuran. (foto: istimewa).

Probolinggo,- Ketidakmerataan distribusi pupuk menjadi masalah serius bagi petani di kawasan lereng Bromo, tepatnya wilayah Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.

Kepala Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Sunaryono mengatakan para petani Tengger menghindari penggunaan pestisida dan fungisida secara berlebihan.

Tujuannya, agar kesuburan tanah terjaga dan fauna tanah tidak mati. Pola tanam ini sudah berlangsung turun temurun.

“Pola tanam ini kami lakukan agar anak cucu kami dapat menikmati tanah yang diwariskan leluhur,” kata Sunaryono, Jum’at (13/6/25).

Namun, pola tanam ala Suku Tengger ini justru menemui kendala, yakni ketersediaan pupuk bersubsidi yang distribusinya terbatas dan harga jual lumayan tinggi.

“Untuk keterbatasan pasokan pupuk sudah saya sampaikan ke Bupati Probolinggo. Semoga ada kebijakan sehingga pupuk subsidi dapat dirasakan secara merata oleh petani,” imbuhnya.

Bupati Probolinggo, Gus dr. Muhammad Haris menyebut, pupuk subsidi dialokasikan untuk komoditi tertentu, seperti padi dan jagung. Sedangkan komoditi khas daerah pegunungan, tidak dapat mendapatkan pupuk subsidi.

“Jadi kami akan mencari solusi dan berupaya agar petani warga pegunungan mendapat pupuk subsidi secara merata. Seperti tanaman tembakau yang akhirnya mendapat pupuk subsidi melalui dana DBCHT,” kata Gus Haris.

Sekedar informasi, Harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi di Probolinggo, seperti di wilayah Jawa Timur lainnya, ditetapkan oleh pemerintah.  Untuk pupuk Urea, HET-nya adalah Rp 2.250 per kilogram. Untuk pupuk NPK, HET-nya Rp 2.300 per kilogram.

Adapun HET pupuk bersubsidi yang berlaku di Indonesia, yakni Pupuk Urea: Rp 2.250 per kilogram; Pupuk NPK: Rp 2.300 per kilogram; Pupuk NPK untuk kakao: Rp 3.300 per kilogram; dan Pupuk Organik: Rp 800 per kilogram.

Perlu diingat bahwa harga yang dijual di lapangan bisa saja lebih tinggi dari HET, terutama jika penjual adalah kios nakal yang menjual pupuk bersubsidi di atas harga yang seharusnya. (*)


Editor : Mohammad S

Publisher : Keyra


Artikel ini telah dibaca 38 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Mekarnya Tabebuya di Embong Kembar, Ketika Lumajang Menyulap Diri Jadi Negeri Sakura

12 September 2025 - 13:06 WIB

Longsor Tutup Jalur Lumajang-Malang, Sistem Buka-Tutup Diberlakukan

10 September 2025 - 11:42 WIB

Perkuat Jalur Gumitir, Pemasangan Beronjong di Tikungan Khokap Dikebut

27 Agustus 2025 - 03:35 WIB

Cuaca Ekstrem, BPBD Lumajang Ingatkan Hindari Kawasan Rawan Longsor dan Banjir

21 Agustus 2025 - 20:20 WIB

TRC dan Loader Dikerahkan, BPBD Lumajang Buka Akses Jalan Tertimbun Longsor

20 Agustus 2025 - 14:16 WIB

Jelang Perayaan HUT Kemerdekaan RI, Warga Protes Kerusakan Hutan di Kawasan Proyek Tol Probowangi

16 Agustus 2025 - 19:55 WIB

Ingat! Mulai 10 Agustus 2025, Pasar Minggu Kota Probolinggo Pindah ke Jalan Suroyo

8 Agustus 2025 - 19:52 WIB

Portal Jalan Tambakrejo–Lumbang Ditata Ulang, Mobil Damkar Jadi Tolak Ukur

2 Agustus 2025 - 18:04 WIB

Jalur Lumajang-Malang via Piket Nol Tertutup Longsor di Enam Titik

31 Juli 2025 - 19:36 WIB

Trending di Lingkungan