Menu

Mode Gelap
Perkuat Program Gizi Santri Lewat MBG, PBNU Resmikan 42 SPPG di Jember Polantas Kejar Terduga Pelaku Curanmor, Diamankan Setelah Motor Ditabrak Musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk, Pesantren di Jember Gelar Tahlil dan Istighosah Wali Kota Probolinggo Mutasi Pejabat, Empat Kepala Dinas Terpental Toko Emas di Pasirian Lumajang Dibobol Dua Wanita, Kalung 15 Gram Raib Pemkab Lumajang Tanggung Biaya Pengobatan Santri Korban Keracunan Asam Klorida

Budaya · 13 Mei 2025 08:54 WIB

Pradaksina, Ritual Puncak Perayaan Waisak di Klenteng Tri Dharma Sumber Naga Probolinggo


					SAKRAL: Ritual Pradaksina atau mengelilingi klenteng oleh umat Budha Klenteng Tri Dharma Sumber Naga menjadi puncak ritual Waisak di Kota Probolinggo. (foto: Hafiz Rozani).
Perbesar

SAKRAL: Ritual Pradaksina atau mengelilingi klenteng oleh umat Budha Klenteng Tri Dharma Sumber Naga menjadi puncak ritual Waisak di Kota Probolinggo. (foto: Hafiz Rozani).

Probolinggo,- Setelah prosesi memandikan Rupang Budha Kecil, umat Budha di Klenteng Tri Dharma Sumber Naga, pada Senin malam (12/5/25), umat melaksanakan peribadatan Hari Raya Waisak.

Salah satu prosesi peribadatan Waisak yakni Pradaksina atau mengelilingi klenteng sebanyak 3 kali, yang merupakan puncak ritual.

Perayaan Hari Raya Waisak yang dilaksanakan di Klenteng Tri Dharma Sumber Naga ini diikuti oleh sekitar 100 jemaat umat Budha. Perayaan diawali dengan sembahyang bersama yang dilaksanakan pada pukul 19.00 WIB.

Kemudian, tepat pukul 20.15 WIB prosesi dilanjutkan dengan ritual Pradaksina, atau mengelilingi klenteng sebanyak 3 kali. Ritual ini memiliki makna sebagai penghormatan yang dilakukan bersama dengan meditasi sambil berjalan searah jarum jam mengelilingi klenteng.

“Jadi ritual Pradaksina ini rutin kami laksanakan menjelang detik-detik Waisak. Dulu saat prosesi Pradaksina, saat mengelilingi klenteng kami membawa lilin, namun pasca kebakaran, kami tidak membawa lilin,” kata Ketua 2 Klenteng Tri Dharma Sumber Naga, Erfan Sujianto.

Sebagai gantinya, selama berkeliling klenteng sebanyak 3 kali, umat Budha membawa lampu lampion serta bunga sedap malam. Lampion ini melambangkan penerangan, sedangkan bunga sedap malam menjadi simbol ketidakkekalan.

Dulu, ritual Pradaksina dianggap sebagai ritual untuk mengusir roh jahat. Namun saat ini ritual dimaknai sebagai penghormatan tertinggi dalam ajaran Budha.

“Setelah Pradaksina, dilanjutkan dengan pembacaan Paritta Suci menjelang detik-detik Waisak pada pukul 23.54 WIB. Dalam hal ini, kita memperingati 3 momen penting yakni lahirnya Budha, Budha mencapai kesempurnaan, dan wafatnya Budha,” imbuh Erfan.

Salah satu umat Budha asal Probolinggo, Riki mengaku bersyukur bisa mengikuti ritual 3 momen penting dalam Waisak meski hujan deras mengguyur selama prosesi berlangsung.

“Bersamaan dengan perayaan Hari Raya Waisak, saya berharap seluruh makhluk hidup dapat berbahagia,” harap Riki. (*)

 


Editor: Mohammad S

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 72 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk, Timpa Seratusan Santri

29 September 2025 - 20:38 WIB

Prestasi Membanggakan, Siswi MA di Pasuruan Juara Satu Pencak Silat Internasional

28 September 2025 - 17:21 WIB

Ratusan Warga Berebut Gunungan Ketan dan Hasil Bumi di Festival Desa Darungan

28 September 2025 - 11:14 WIB

Tingkatkan Kualitas, Gus Hilman Tekankan Pentingnya Digitalisasi Pendidikan di Probolinggo

27 September 2025 - 14:53 WIB

Parade Ancak di Jember Pecahkan Rekor MURI, Catat 449 Gunungan Hasil Bumi

24 September 2025 - 19:26 WIB

Ada Festival Ancak Agung di Jember, Diwarnai 500 Gunungan Hasil Bumi

24 September 2025 - 16:37 WIB

Demi Kedaulatan dan Kepentingan Rakyat, PKB Dukung RUU Pengelolaan Ruang Udara

18 September 2025 - 09:21 WIB

Tak Hanya Belanja, Gubernur Khofifah Bagikan Sembako untuk Pedagang Pasar

17 September 2025 - 16:52 WIB

Pemprov Jatim Gelar Pasar Murah di Jember, Harga Jual Sembako Dibawah HET

13 September 2025 - 20:44 WIB

Trending di Nasional