Probolinggo,- Setelah prosesi memandikan Rupang Budha Kecil, umat Budha di Klenteng Tri Dharma Sumber Naga, pada Senin malam (12/5/25), umat melaksanakan peribadatan Hari Raya Waisak.
Salah satu prosesi peribadatan Waisak yakni Pradaksina atau mengelilingi klenteng sebanyak 3 kali, yang merupakan puncak ritual.
Perayaan Hari Raya Waisak yang dilaksanakan di Klenteng Tri Dharma Sumber Naga ini diikuti oleh sekitar 100 jemaat umat Budha. Perayaan diawali dengan sembahyang bersama yang dilaksanakan pada pukul 19.00 WIB.
Kemudian, tepat pukul 20.15 WIB prosesi dilanjutkan dengan ritual Pradaksina, atau mengelilingi klenteng sebanyak 3 kali. Ritual ini memiliki makna sebagai penghormatan yang dilakukan bersama dengan meditasi sambil berjalan searah jarum jam mengelilingi klenteng.
“Jadi ritual Pradaksina ini rutin kami laksanakan menjelang detik-detik Waisak. Dulu saat prosesi Pradaksina, saat mengelilingi klenteng kami membawa lilin, namun pasca kebakaran, kami tidak membawa lilin,” kata Ketua 2 Klenteng Tri Dharma Sumber Naga, Erfan Sujianto.
Sebagai gantinya, selama berkeliling klenteng sebanyak 3 kali, umat Budha membawa lampu lampion serta bunga sedap malam. Lampion ini melambangkan penerangan, sedangkan bunga sedap malam menjadi simbol ketidakkekalan.
Dulu, ritual Pradaksina dianggap sebagai ritual untuk mengusir roh jahat. Namun saat ini ritual dimaknai sebagai penghormatan tertinggi dalam ajaran Budha.
“Setelah Pradaksina, dilanjutkan dengan pembacaan Paritta Suci menjelang detik-detik Waisak pada pukul 23.54 WIB. Dalam hal ini, kita memperingati 3 momen penting yakni lahirnya Budha, Budha mencapai kesempurnaan, dan wafatnya Budha,” imbuh Erfan.
Salah satu umat Budha asal Probolinggo, Riki mengaku bersyukur bisa mengikuti ritual 3 momen penting dalam Waisak meski hujan deras mengguyur selama prosesi berlangsung.
“Bersamaan dengan perayaan Hari Raya Waisak, saya berharap seluruh makhluk hidup dapat berbahagia,” harap Riki. (*)
Editor: Mohammad S
Publisher: Keyra