Menu

Mode Gelap
Tertibkan Truk ODOL, Dishub Kabupaten Probolinggo Segera Pasang Portal Jalan di Tongas KONI Desak Pemkot Probolinggo Segera Cairkan Bonus Atlet Peraih Medali PON Pemkab Lumajang Siapkan Rp36 Juta untuk Asuransi Pertanian 1.000 Hektare Ancaman di Balik Genangan Air: Leptospirosis Mengintai Warga Lumajang Jelang Pindah, AKBP Wisnu Pimpin Upacara Kenaikan Pangkat Puluhan Anggota Polres Probolinggo Ibu Rumah Tangga di Jember Disekap Suami, Korban Disiksa dan Kaki Dirantai

Budaya · 3 Mei 2025 20:50 WIB

Umat Hindu Tengger Rayakan Kuningan, Berharap Dianugerahi Kesehatan dan Keselamatan


					KHIDMAT: Suasana prosesi ibadah dalam rangka Hari Raya Kuningan di Pura Randu Agung, Desa Sapikerep, Kec. Sukapura, Kab. Probolinggo. (foto: Hafiz Rozani). Perbesar

KHIDMAT: Suasana prosesi ibadah dalam rangka Hari Raya Kuningan di Pura Randu Agung, Desa Sapikerep, Kec. Sukapura, Kab. Probolinggo. (foto: Hafiz Rozani).

Probolinggo,- Umat Hindu Suku Tengger di lereng Gunung Bromo, merayakan Hari Raya Kuningan, Sabtu (3/5/25). Kemeriahan ritual keagamaan ini salah satunya terlihat di Desa Sapikerep, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.

Hari Raya Kuningan dilaksanakan 10 hari setelah pelaksanaan Hari Raya Galungan. Umat Hindu Suku Tengger di Desa Sapikerep merayakannya dengan beribadah di Pura Randu Agung.

Sebelum masuk ke pura, umat Hindu terlebih dahulu ditetesi air suci tirta sebagai simbol bahwa mereka telah menyucikan diri dari hal-hal yang negatif.

Dukun Pinandita Umat Hindu Tengger, Karmila mengatakan, Hari Raya Kuningan ini menandai pulangnya leluhur ke alam spiritual setelah berkunjung ke bumi selama 10 hari pasca diundang saat ritual Hari Raya Galungan.

“Ritual Hari Raya Kuningan maknanya yakni sembahyang untuk memulangkan roh leluhur yang sebelumnya kita undang dan kita kembalikan ke alam spiritual,” kata Karmila.

Selain sembahyang, umat Hindu Suku Tengger juga berdoa berisi harapan-harapan setiap warga. Sebelum rangkaian Hari Raya Kuningan berakhir, umat Hindu kembali ditetesi air suci.

Salah satu doa yang dipanjatkan yakni agar merek diberi kesehatan dan keselamatan. Selain itu, juga agar lahan pertanian warga dilindungi dari berbagai hama dan penyakit.

“Doa warga tentunya agar keluarganya diberi kesehatan dan keselamatan saat beraktifitas,” imbuh Karmila. (*)

 


Editor: Mohammad S

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 44 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Jolen Simbol Kerukunan dan Warisan Budaya Desa Senduro

27 Juni 2025 - 19:02 WIB

Grebeg Suro, Warga Lumajang di Lereng Semeru Berebut Gunungan Hasil Bumi

27 Juni 2025 - 13:26 WIB

Basuh Kaki Orang Tua, Tradisi Siswa di Kota Probolinggo saat Hadapi Kelulusan

19 Juni 2025 - 14:48 WIB

Segoro Topeng Kaliwungu, Harmoni Seni dan Pelestarian Alam

19 Juni 2025 - 14:11 WIB

Dihadiri Menteri Kebudayaan, Dua Dukun Pandita Dikukuhkan di Pura Luhur Poten

11 Juni 2025 - 14:37 WIB

Mengenal Sate Lanjeng, Tradisi Tahunan Santri Bani Rancang Probolinggo saat Idul Adha

10 Juni 2025 - 06:35 WIB

Ngater Kajien Iringi Keberangkatan Belasan Jamaah Calon Haji asal Pulau Gili Ketapang

25 Mei 2025 - 13:17 WIB

Desa Senduro, Permata Lumajang dalam Program Berseri: dari Alam hingga Moderasi Beragama

19 Mei 2025 - 17:20 WIB

Pradaksina, Ritual Puncak Perayaan Waisak di Klenteng Tri Dharma Sumber Naga Probolinggo

13 Mei 2025 - 08:54 WIB

Trending di Budaya