Menu

Mode Gelap
Lumajang Gagal Lindungi Anak, Proses Kasus Pemerkosaan oleh Ayah Kandung Berjalan Lamban 27 Jemaah Haji Lumajang Diberangkatkan Mendadak Penertiban Tambang Pasir Ilegal di Lereng Semeru Ricuh, Polisi Dihadang Warga Pertumbuhan Ekonomi di Jember Relatif Sehat, PHK Massal Berkurang Aparat Dinilai tak Serius, NU Bakal Kerahkan Banser Berantas Miras Pemkab Jember Bakal Buka Ribuan Lapangan Kerja Baru lewat Pasar Digital

Lingkungan · 2 Feb 2025 19:10 WIB

Pakar Geologi Sarankan Warga Terdampak Tanah Bergerak di Pasuruan untuk Pindah


					Guru Besar Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Prof. Indrasurya B. Mochtar, saat melakukan peninjauan langsung ke lokasi pergerakan tanah di Dusun Sempu, Desa Cowek, Pasuruan. Perbesar

Guru Besar Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Prof. Indrasurya B. Mochtar, saat melakukan peninjauan langsung ke lokasi pergerakan tanah di Dusun Sempu, Desa Cowek, Pasuruan.

Pasuruan, –  Guru Besar Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Prof. Indrasurya B. Mochtar menyarankan agar warga yang terdampak pergerakan tanah di Dusun Sempu, Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, segera dipindahkan.

Hal ini ia ungkapkan setelah melakukan peninjauan langsung ke lokasi pada Sabtu (1/2/2025).

Prof. Indrasurya menjelaskan, fenomena tanah bergerak ini disebabkan oleh dua faktor utama. Yakni, kemiringan tanah yang curam dan curah hujan yang tinggi.

“Kemiringan yang curam dan hujan lebat menjadi penyebab utama. Retakan-retakan di dalam tanah yang sudah ada sebelumnya semakin dalam dan luas seiring waktu. Ketika hujan deras, air yang masuk memperbesar tekanan sehingga tanah mulai bergerak,” katanya.

Menurutnya, retakan yang ada telah berkembang selama puluhan tahun dan kini semakin dalam serta meluas, berpotensi menambah bahaya bagi rumah-rumah warga.

“Jika retakan itu tipis namun kedalamannya mencapai 10 meter, tekanan air bisa mencapai 10 ton per meter persegi, yang menyebabkan tanah bergerak,” ujar Prof. Indrasurya.

Meski perbaikan teknis bisa dilakukan, ia mengingatkan, solusi tersebut hanya bersifat sementara.

“Upaya perbaikan memang memungkinkan, tetapi biayanya sangat besar dan tidak ada jaminan stabilitas tanah dalam jangka panjang. Tanah yang sudah bergerak bisa kembali bergerak dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan,” tambahnya.

Pakar geologi ini menekankan, solusi terbaik adalah relokasi warga ke lokasi yang lebih aman.

“Daripada mengeluarkan biaya besar untuk perbaikan yang belum tentu berhasil, lebih baik memindahkan warga ke area yang tidak terancam pergerakan tanah,” jelasnya.

Prof. Indrasurya juga mengingatkan, tinggal di rumah yang rusak akibat pergerakan tanah dapat berdampak buruk secara psikologis bagi penghuni.

“Jadi sebaiknya memang jika seperti ini, lebih baik pindah saja daripada melawan alam. Menghindari lebih baik daripada bertahan di tempat yang berisiko,” tutupnya.

Sebelumnya, Pj Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono, telah menugaskan Dinas PU Cipta Karya Provinsi Jatim bekerja sama dengan tim geologi dari ITS. Kajian ini akan menentukan apakah retakan tanah bersifat permanen atau masih akan terus berkembang.

Hasil kajian ini akan menjadi dasar dalam menentukan kebijakan lanjutan, termasuk opsi pemindahan warga ke lokasi yang lebih stabil.

Saat ini, ratusan warga masih mengungsi di SDN 2 Cowek. Mereka mengungsi sejak terjadinya pergerakan tanah di Dusun Sempu, Desa Cowek, Pasuruan, pada Selasa (28/1/2025), yang menyebabkan 47 rumah terdampak, 16 di antaranya rusak parah. Sebanyak 176 warga mengungsi ke SDN 2 Cowek. (*)

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 77 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Amphitheater Ranu Pani Miliaran Rupiah Tak Bermanfaat bagi Lumajang

7 Mei 2025 - 17:10 WIB

Disurvei Pemprov Jawa Timur, Pemkab Probolinggo Berharap Jembatan Rusak Segera Diperbaiki

6 Mei 2025 - 14:19 WIB

Batik dan Bordir Lumajang Unjuk Pesona di Ajang Batik Bordir Aksesoris Fair 2025

1 Mei 2025 - 16:06 WIB

Penutupan Tambak Udang Penyebab Limbah Hanya Janji, Warga Surati Pemkab dan DPRD Jember

30 April 2025 - 13:40 WIB

Tiga Terdakwa Ganja Divonis 20 Tahun Penjara

30 April 2025 - 09:46 WIB

Pemkab Probolinggo Kebut Perbaikan Jembatan Rusak, Gunakan Dana Kedaruratan

28 April 2025 - 20:00 WIB

Bromo Marathon Kembali Digelar pada September 2025, Ratusan Peserta Sudah Mendaftar

26 April 2025 - 16:21 WIB

AMSI Jatim Gelar Rakerwil, Bahas Inovasi Bisnis Media dan Keamanan Serangan Siber

24 April 2025 - 12:08 WIB

Lindungi Pengguna Jalan, KAI Jember Pasang Portal di Perlintasan Berbahaya

23 April 2025 - 04:52 WIB

Trending di Lingkungan