Menu

Mode Gelap
KAI Daop 9 Jember Tawarkan Sensasi Nikmati Keindahan Alam Diatas Kereta Didampingi Gus Haris, Gubernur Khofifah resmikan SMKN Sukapura di Probolinggo Pelaku Tabrak Lari Pelajar SMK di Pasuruan Ditangkap, Mengaku Takut Dimassa Haru Mardijah, Nenek Berusia 104 Tahun di Jember yang Bakal Naik Haji Kankemenag Kota Probolinggo Bakal Berangkatkan 213 Jamaah Calon Haji, Dilepas Tanggal 26 Mei Jadi Tuan Rumah Pesta Miras yang Tewaskan 2 Orang, Kades Temenggungan Ngaku Tidak Tahu

Budaya · 5 Okt 2024 16:33 WIB

Hari Raya Kuningan, Mohon Perlindungan dan Keselamatan di Alam Semesta


					Hari Raya Kuningan di Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Lumajang. Perbesar

Hari Raya Kuningan di Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Lumajang.

Lumajang, – Hari Raya Kuningan merupakan hari suci bagi umat Hindu di Indonesia, tak terkecuali Kabupaten Lumajang.

Hari suci terebut jatuh pada setiap hari Sabtu Kliwon Wuku Kuningan, lebih tepatnya 10 hari setelah Hari Raya Galungan.

Hari Raya Galungan dan Hari Raya Kuningan sangatlah berbeda. Di mana, Hari Raya Galungan diartikan sebagai turunnya para dewa dan leluhur (Pitara) ke bumi.

Sedangkan Hari Raya Kuningan bertujuan untuk mengantarkan kembalinya para dewa dan leluhur ke istana masing-masing, sekaligus menandai akhir dari rangkaian Galungan.

Setiap enam bulan sekali, Hari Raya Kuningan atau Tumpek Kuningan ini dirayakan. Tepatnya pada penanggalan kalender Bali (210 hari), hari Saniscara (Sabtu) Kliwon, Wuku Kuningan.

Disebut Hari Raya Kuningan karena perayaannya jatuh pada Wuku Kuningan, wuku ke-12 dari 30 wuku dalam kalender Bali.

Yang membuat berbeda di acara ini adalah, sesajen atau persembahannya nasi kuning (ajengan), berbeda dengan acara suci lainnya yang kebanyakan menggunakan nasi putih untuk dipersembahkan.

Ajengan berwarna kuning tersebut, sebagai simbol kebijaksanaan serta kemakmuran.

“Selain itu juga diartikan sebagai bentuk terima kasih atas limpahan rahmat-Nya untuk kemakmuran, kesejahteraan, kesuburan, serta rezeki di dunia ini,” kata Pembimbing Masyarakat Hindu (Pembimas) dari Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Jawa Timur (Jatim), Budiono, Sabtu (5/10/24).

Di samping itu, kata Budiono, Hari Raya Kuningan ini juga dapat diartikan sebagai sesaji yang mengandung simbol tamiang dan endongan.

Sedang arti dari Tamiang menggambarkan sebagai perlindungan sekaligus mengingatkan manusia akan hukum alam semesta.

“Jika masyarakat gagal beradaptasi dengan alam atau menaati hukum alam, maka masyarakat akan tergilas oleh roda alam yang terus berputar,” ungkapnya.

Oleh karena itu, melalui perayaan Hari Raya Kuningan ini diharapkan masyarakat dapat menata kembali kehidupan harmonis (hita), yang sesuai dengan ajaran Hindu. Sedangkan Endongan sendiri sebagai pembekalan hidup di semesta alam.

“Hari Raya Kuningan ini adalah saat yang tepat untuk umat Hindu datang dan memasrahkan diri  kepada Tuhan untuk mendapatkan perlindungan,” tambahnya.

Selain itu, masyarakat Hindu agar selalu mengingat lingkungannya sendiri, agar bisa selaras dengan alam semesta.

“Dengan begitu, kedamaian, kemakmuran, serta perlindungan, dan bimbingan lahir dan batin akan menyertai kita,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, untuk melakukan sembahyang di Hari Raya Kuningan, ribuan umat Hindu Tengger di lereng Gunung Semeru memadati Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.

Umat Hindu Lumajang melakukan serangkaian upacara dan ritual untuk menghormati leluhurnya, serta memperkuat hubungan spiritual dengan alam semesta. Salah satu aspek utama dari perayaan Hari Raya Kuningan adalah pemujaan terhadap roh-roh leluhur. (*)

 

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 77 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kontes Domba Lumajang 2025 Diikuti 65 Peserta

24 April 2025 - 16:24 WIB

Umat Hindu Bromo Rayakan Galungan, Begini Kemeriahannya

23 April 2025 - 22:18 WIB

Pantai Mbah Drajid Jadi Jujukan Warga Mandi di Laut saat Lebaran Ketupat

7 April 2025 - 16:24 WIB

Kapolres Pasuruan Kota Terbitkan Edaran Jelang Praonan, Ini Aturannya

5 April 2025 - 16:13 WIB

Sosok Kakek Calang, Pembabat Desa Kamalkuning Probolinggo (2)

5 April 2025 - 12:41 WIB

Sosok Kakek Calang, Pembabat Desa Kamalkuning Probolinggo (1)

4 April 2025 - 20:35 WIB

Mengenal Ogoh- ogoh, Tradisi Menjelang Hari Raya Nyepi

29 Maret 2025 - 02:24 WIB

Pawai Ogoh-ogoh Meriah di Lumajang, Wujud Toleransi Menjelang Nyepi dan Lebaran

29 Maret 2025 - 02:06 WIB

Sebelum Mengarak Ogoh-ogoh, Umat Hindu di Lumajang Gelar Upacara Tawur Agung Kesanga

28 Maret 2025 - 15:28 WIB

Trending di Budaya