Menu

Mode Gelap
Demi Kedaulatan dan Kepentingan Rakyat, PKB Dukung RUU Pengelolaan Ruang Udara Aksi Pengeroyokan di Gondangwetan, Korban Luka, Pelaku Terjatuh Kecelakaan Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli Polres Probolinggo Gagalkan Peredaran Sabu dan Ratusan Ribu Pil Okerbaya Kemasan Vitamin Ternak Kemarau Basah di Lumajang Picu Longsor, Banjir, dan Ancaman Lahar Dingin Semeru Gunung Semeru Erupsi 2.449 Kali Sepanjang Januari Hingga September

Budaya · 5 Okt 2024 16:33 WIB

Hari Raya Kuningan, Mohon Perlindungan dan Keselamatan di Alam Semesta


					Hari Raya Kuningan di Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Lumajang. Perbesar

Hari Raya Kuningan di Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Lumajang.

Lumajang, – Hari Raya Kuningan merupakan hari suci bagi umat Hindu di Indonesia, tak terkecuali Kabupaten Lumajang.

Hari suci terebut jatuh pada setiap hari Sabtu Kliwon Wuku Kuningan, lebih tepatnya 10 hari setelah Hari Raya Galungan.

Hari Raya Galungan dan Hari Raya Kuningan sangatlah berbeda. Di mana, Hari Raya Galungan diartikan sebagai turunnya para dewa dan leluhur (Pitara) ke bumi.

Sedangkan Hari Raya Kuningan bertujuan untuk mengantarkan kembalinya para dewa dan leluhur ke istana masing-masing, sekaligus menandai akhir dari rangkaian Galungan.

Setiap enam bulan sekali, Hari Raya Kuningan atau Tumpek Kuningan ini dirayakan. Tepatnya pada penanggalan kalender Bali (210 hari), hari Saniscara (Sabtu) Kliwon, Wuku Kuningan.

Disebut Hari Raya Kuningan karena perayaannya jatuh pada Wuku Kuningan, wuku ke-12 dari 30 wuku dalam kalender Bali.

Yang membuat berbeda di acara ini adalah, sesajen atau persembahannya nasi kuning (ajengan), berbeda dengan acara suci lainnya yang kebanyakan menggunakan nasi putih untuk dipersembahkan.

Ajengan berwarna kuning tersebut, sebagai simbol kebijaksanaan serta kemakmuran.

“Selain itu juga diartikan sebagai bentuk terima kasih atas limpahan rahmat-Nya untuk kemakmuran, kesejahteraan, kesuburan, serta rezeki di dunia ini,” kata Pembimbing Masyarakat Hindu (Pembimas) dari Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Jawa Timur (Jatim), Budiono, Sabtu (5/10/24).

Di samping itu, kata Budiono, Hari Raya Kuningan ini juga dapat diartikan sebagai sesaji yang mengandung simbol tamiang dan endongan.

Sedang arti dari Tamiang menggambarkan sebagai perlindungan sekaligus mengingatkan manusia akan hukum alam semesta.

“Jika masyarakat gagal beradaptasi dengan alam atau menaati hukum alam, maka masyarakat akan tergilas oleh roda alam yang terus berputar,” ungkapnya.

Oleh karena itu, melalui perayaan Hari Raya Kuningan ini diharapkan masyarakat dapat menata kembali kehidupan harmonis (hita), yang sesuai dengan ajaran Hindu. Sedangkan Endongan sendiri sebagai pembekalan hidup di semesta alam.

“Hari Raya Kuningan ini adalah saat yang tepat untuk umat Hindu datang dan memasrahkan diri  kepada Tuhan untuk mendapatkan perlindungan,” tambahnya.

Selain itu, masyarakat Hindu agar selalu mengingat lingkungannya sendiri, agar bisa selaras dengan alam semesta.

“Dengan begitu, kedamaian, kemakmuran, serta perlindungan, dan bimbingan lahir dan batin akan menyertai kita,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, untuk melakukan sembahyang di Hari Raya Kuningan, ribuan umat Hindu Tengger di lereng Gunung Semeru memadati Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.

Umat Hindu Lumajang melakukan serangkaian upacara dan ritual untuk menghormati leluhurnya, serta memperkuat hubungan spiritual dengan alam semesta. Salah satu aspek utama dari perayaan Hari Raya Kuningan adalah pemujaan terhadap roh-roh leluhur. (*)

 

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 110 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kemeriahan Maulid Nabi di Pasuruan, Warga Berebut Barang dalam Tradisi Arebbuan

5 September 2025 - 10:53 WIB

Padepokan Fashion Carnaval Probolinggo, Kuatkan Identitas Kebudayaan Indonesia

31 Agustus 2025 - 20:40 WIB

Terinspirasi Pejuang Kemerdekaan, Peserta Tajemtra Berusia 70 Tahun ini Tuntaskan Rute 30 KM

24 Agustus 2025 - 08:33 WIB

15 Ribu Peserta Semarakkan Tajemtra 2025, Termasuk WNA China

24 Agustus 2025 - 02:02 WIB

Tajemtra 2025 Siap Digelar, 15.171 Peserta Terdaftar

22 Agustus 2025 - 19:22 WIB

Dorong Wisatawan Kenali Budaya Tengger, Bupati Gus Haris Siapkan Kalender Even di Bromo

9 Agustus 2025 - 20:51 WIB

Hari Raya Karo, 3 Desa Lereng Bromo Probolinggo Gelar Ritual Tari Sodoran

9 Agustus 2025 - 18:19 WIB

Wisatawan Mancanegara Ramaikan Tradisi Jolen di Lereng Gunung Semeru

28 Juli 2025 - 19:28 WIB

Tradisi Ujung dan Ujub, Upaya Menolak Bala di Desa Kandangan

28 Juli 2025 - 18:00 WIB

Trending di Budaya