Menu

Mode Gelap
MUI Tolak Perubahan Perda Retribusi Tempat Hiburan Malam, Sesalkan Kebijakan Pemkot Probolinggo Jaringan Narkoba Keluarga di Jember Terbongkar, Ibu dan Anak Ditangkap Polisi Lumajang Targetkan Penurunan Kemiskinan hingga 6,86% pada 2026 Perubahan Perda Menyuburkan Tumbuhnya Tempat Hiburan Malam di Kota Probolinggo, Polemik Bermunculan Menuju 2026, Lumajang Fokus pada Lima Prioritas Strategis Pembangunan Danau Ranu Pani Menyusut Drastis, Luas Badan Air Tinggal Separuhnya

Budaya · 14 Agu 2018 14:35 WIB

Tari Rerere, Simbol Akulturasi Budaya di Bromo


					Tari Rerere, Simbol Akulturasi Budaya di Bromo Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Apel akbar Hari Pramuka dan penancapan ribuan bendera merah putih di kaldera Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo, Selasa (14/8/2018) tak hanya menjadi momentum perayaan hari besar nasional. Lebih jauh, acara patriotis itu menjadi simbol akulturasi budaya di Kabupaten Probolinggo.

Akulturasi budaya terlihat saat Tari Rerere disuguhkan sesudah apel besar dan pembentangan bendera merah putih raksasa. Tarian yang ditampilkan oleh 325 pelajar Sekolah Dasar (SD) se-Kabupaten Probolingggo itu memukau peserta apel dan wisatawan Gunung Bromo selama sekitar 20 menit.

Tari Rerere merupakan tarian khas Kabupaten Probolinggo, yang ditampilkan dalam sebuah acara penyambutan tamu atau dalam acara besar. Tarian diperankan oleh dua penari atau dilakukan berkelompok. Ciri khas dari tarian ini adalah lagunya, yaitu alunan musik semacam gamelan dengan nyanyian yang hanya berlirik re rerere rere rerere.

Menariknya, Tari Rerere dipentaskan di kawasan penduduk warga Suku Tengger Bromo, yang dikenal kaya budaya dan banyak menonjolkan kearifan lokal. Hamparan pasir dan bekunya udara tengger, tak membuat penari terusik. Para penari tetap asyik berlenggok mengikuti irama gamelan.

“Ini bukti bahwa masyakarat tengger bisa hidup rukun dan mampu menjalin persaudaraan dengan warga lain. Tari Rerere menjadi simbol akulturasi budaya di Bromo, meski disini gudangnya seni dan budaya,” kata Camat Sukapura, Yulius Christian.

Tari Rerere sekaligus menjadi pembuka penancapan 2018 bendera merah putih di kawasan Kaldera Gunung Bromo. Tak sekedar menjadi simbol akulturasi budaya, Tari Rerere mengawal sejarah penancapan ribuan bendera yang baru pertama kali dilakukan di lautan pasir.

“Saya senang bisa menampilkan tarian ini di lautan pasir. Awalnya kesulitan, apalagi latihan yang kami lakukan hanya semingguan. Namun alhamdulillah semuanya berjalan lancar,” tutur Agustina Abelia, salah satu penari Rerere. (*)

 

 

 

Penulis : Mohamad Rochim

Editor : Efendi Muhammad

Artikel ini telah dibaca 855 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Festival Kue Bulan di TITD Pay Lien San, Tradisi Tionghoa yang Terus Dilestarikan

7 Oktober 2025 - 17:21 WIB

Pengurus PWI Pusat Dikukuhkan di Solo, Semangat Persatuan jadi Kunci

4 Oktober 2025 - 21:02 WIB

Menkeu Sambut Aspirasi Lumajang, Siap Kaji Kebijakan Pro Daerah

3 Oktober 2025 - 17:27 WIB

Tumpak Sewu, Niagaranya Indonesia yang Bangkit dari Pronojiwo

3 Oktober 2025 - 16:18 WIB

Antisipasi Keracunan, Wali Kota Probolinggo Tinjau SPPG dan MBG di Sekolah

2 Oktober 2025 - 14:56 WIB

Sarbumusi Serahkan 3 Draf Pokok Pikiran RUU ke DPR untuk Perkuat Perlindungan Pekerja

1 Oktober 2025 - 19:26 WIB

Musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk, Timpa Seratusan Santri

29 September 2025 - 20:38 WIB

Prestasi Membanggakan, Siswi MA di Pasuruan Juara Satu Pencak Silat Internasional

28 September 2025 - 17:21 WIB

Ratusan Warga Berebut Gunungan Ketan dan Hasil Bumi di Festival Desa Darungan

28 September 2025 - 11:14 WIB

Trending di Budaya