Menu

Mode Gelap
Polisi Tetapkan 2 Tersangka Kasus Ledakan Bondet di Sumber Wetan Kota Probolinggo Permudah Mobilitas Warga ke Surabaya, Pemkot Probolinggo Bakal Fasilitasi Rute KA Komuter Lempar Molotov ke Pos Polisi, Pria di Pandaan Ditangkap Aksi Pengeroyokan Terjadi di Nguling Pasuruan, Satu Pelaku Ditangkap, Dua Lainnya dalam Pencarian Impor Gula Rafinasi Bocor ke Pasar Konsumsi, Gula Petani Lokal Tak Terserap Kongres Persatuan PWI 2025 Tuntas, Menteri Komdigi Dorong Pertumbuhan Jurnalisme Berkualitas

Budaya · 14 Jul 2024 09:19 WIB

Grebeg Suro Perayaan Tahun Baru Islam, Warga Kota Probolinggo Berebut Gunungan


					REBUTAN: Warga Kelurahan Curahgrinting, Kecamatan Kanigaran, Kabupaten Probolinggo,  berebut gunungan berisi hasil bumi  dalam rangka Grebeg Suro Tahun Baru Islam 1445 H. (foto: Hafiz Rozani). Perbesar

REBUTAN: Warga Kelurahan Curahgrinting, Kecamatan Kanigaran, Kabupaten Probolinggo, berebut gunungan berisi hasil bumi dalam rangka Grebeg Suro Tahun Baru Islam 1445 H. (foto: Hafiz Rozani).

Probolinggo,- Ada tradisi unik yang digelar oleh warga Kelurahan Curahgrinting, Kecamatan Kanigaran, Kabupaten Probolinggo, untuk merayakan Tahun Baru Islam 1445 H.

Warga menggelar Grebeg Suro atau sedekah desa dengan membuat gunungan dari hasil bumi dan nasi tumpeng. Setelahb didoakan, gunungan hasil bumi dan tumpeng jadi objek rebutan.

Tradisi yang digelar tiap tahun pada saat tahun Baru Islam ini diawali dengan mengarak dua gunungan yakni gunungan berisi hasil bumi, dan gunungan nasi tumpeng sejauh sekitar 1 KM, Sabtu (13/7/24) malam.

Warga mengambil rute dari Kantor Kecamatan Kanigaran, hingga di jalan Asahan. Setibanya di titik perebutan tepatnya di Padepokan Wali Songo, iring-iringan menjalani prosesi penyambutan atau penyerahan dua gunungan.

Kemudian, dua gunungan Grebeg Suro didoakan dengan pembacaan surat yasin hingga doa bersama, dipimpin oleh tokoh agama setempat.

“Jadi makna dari acara menyambut Tahun Baru Islam, atau Grebeg Suro ini mensyukuri hasil bumi yang didapat, meskipun sejumlah masyarakat tidak memiliki ladang dan sawah namun tetao harus di syukuri,” ujar Pengasuh Yayasan Padepokan Walisl Songo, Ahmad Kusnadi.

Setelah prosesi doa bersama usai, dua gunungan tersebut diperebutkan oleh ratusan warga yang menghadiri acara. Anak kecil hingga orang dewasa, terlibat dalam rebutan tersebut.

“Harapannya, dengan tradisi ini warga dilimpahi keberkahan, rezeki, kompak, dan juga selalu hidup rukun,” pungkasnya.

Salah satu warga, Siti Rukmana mengaku sengaja datang ke acara itu karena ingin mendapatkan gunungan. Setelah berebut dengan warga lainnya, Rukmana mendapatkan pisang, jagung dan bawang prei.

“Saat mulai berebut, saya mengambil hasil bumi. Alhamdulillah dapat buah-buahan dan sayuran. Harapan saya, kedepan kita mendapat keberkahan dan keselamatan,” cetus Rukmana. (*)

 


Editor: Mohamad S
Publisher: Moch. Rochim


 

Artikel ini telah dibaca 190 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Padepokan Fashion Carnaval Probolinggo, Kuatkan Identitas Kebudayaan Indonesia

31 Agustus 2025 - 20:40 WIB

Terinspirasi Pejuang Kemerdekaan, Peserta Tajemtra Berusia 70 Tahun ini Tuntaskan Rute 30 KM

24 Agustus 2025 - 08:33 WIB

15 Ribu Peserta Semarakkan Tajemtra 2025, Termasuk WNA China

24 Agustus 2025 - 02:02 WIB

Tajemtra 2025 Siap Digelar, 15.171 Peserta Terdaftar

22 Agustus 2025 - 19:22 WIB

Dorong Wisatawan Kenali Budaya Tengger, Bupati Gus Haris Siapkan Kalender Even di Bromo

9 Agustus 2025 - 20:51 WIB

Hari Raya Karo, 3 Desa Lereng Bromo Probolinggo Gelar Ritual Tari Sodoran

9 Agustus 2025 - 18:19 WIB

Wisatawan Mancanegara Ramaikan Tradisi Jolen di Lereng Gunung Semeru

28 Juli 2025 - 19:28 WIB

Tradisi Ujung dan Ujub, Upaya Menolak Bala di Desa Kandangan

28 Juli 2025 - 18:00 WIB

Dari Tumpeng hingga Sayuran, Warga Berebut Isi Jolen Penuh Kegembiraan

28 Juli 2025 - 14:24 WIB

Trending di Budaya