Menu

Mode Gelap
Umat Hindu Tengger Rayakan Kuningan, Berharap Dianugerahi Kesehatan dan Keselamatan KAI Daop 9 Jember Tawarkan Sensasi Nikmati Keindahan Alam Diatas Kereta Didampingi Gus Haris, Gubernur Khofifah resmikan SMKN Sukapura di Probolinggo Pelaku Tabrak Lari Pelajar SMK di Pasuruan Ditangkap, Mengaku Takut Dimassa Haru Mardijah, Nenek Berusia 104 Tahun di Jember yang Bakal Naik Haji Kankemenag Kota Probolinggo Bakal Berangkatkan 213 Jamaah Calon Haji, Dilepas Tanggal 26 Mei

Budaya · 20 Agu 2023 23:41 WIB

Mengenal Yadnya Karo Suku Tengger di Ranupani Lumajang berikut Prosesinya


					ADAT: Warga Suku Tengger Lumajang saat menggelar salah satu ritual dalam Yadnya Karo. (foto: Asmadi) Perbesar

ADAT: Warga Suku Tengger Lumajang saat menggelar salah satu ritual dalam Yadnya Karo. (foto: Asmadi)

Lumajang,- Hari Raya Karo atau yang lazim disebut Yadnya Karo merupakan hari raya kedua setelah Kasada alias bulan kedua dari 12 bulan menurut kalender Suku Tengger.

Perayaan Karo menjadi lambang asal mula kelahiran manusia sehingga berbagai rangkaian Upacara Karo wajib dilakukan oleh masyarakat adat Tengger di Desa Ranupani Kabupaten Lumajang.

Suku Tengger di Jawa Timur, tidak hanya bermukim di wilayah Kabupaten Lumajang. Melainkan juga tersebar di Kabupaten Pasuruan, Probolinggo dan Malang atau sekitar kawasan lereng Gunung Bromo dan Semeru.

Di Kabupaten Lumajang, Suku Tengger mayoritas tinggal di Desa Argosari, Ranupani, dan Kandangan, Kecamatan Senduro. Selebihnya, tersebar di desa-desa lain dengan skala lebih kecil.

Warga Desa Ranupani, Santoso Aji (58) mengatakan, perayaan Karo menjadi lambang asal mula kelahiran manusia sehingga rangkaian upacara Karo wajib dilakukan oleh warga Suku Tengger, tak terkecuali di Desa Ranupani.

Perayaan Karo dimulai dengan Prepekan atau pembukaan, mbesan duata dan Tayub pada malam harinya. Hari kedua dilakukan Sesanti yang diawali pemberangkatan Punden dan Mbatek Tumpeng Gede di kediaman Kepala Desa.

“Diawali dari tayub pada malam hari, paginya pemberangkatan punden dilanjutkan ke rumah kepala desa mbatek tumpeng gede setelah itu mengikuti romo dukun melakukan sesanti,” kata Aji, Sabtu (19/8/2023).

Aji menambahkan, rangkaian Perayaan Karo Suku Tengger dilanjutkan dengan Andon Mangan atau budaya saling berkunjung dan menjamu tamu dengan sajian khas Ranupani.

“Setelah sesanti tidak boleh ada hiburan agar tidak mengganggu kekhidmatan masyarakat melakukan andon mangan, masyarakat saling sowan (berkunjung, red) meskipun sesuap harus tetap dilakukan, ini diwajibkan,” terangnya.

Puncak Perayaan Karo dilakukan Nyadran atau Sadranan yang artinya ruwah syakban dalam bahasa Jawa. Dalam tradisi ini masyarakat melakukan tabur bunga ke makam leluhur yang diawali dengan pemberangkatan Sadranan dari rumah Romodukun.

“Dari rumah Romodukun lalu menuju makam yang diiringi Jaran Kencak dan Tabuan Ketepong,” ucap Aji memungkasi. (*)

 

 

Editor: Mohamad S

Publisher: Moh. Rochim

Artikel ini telah dibaca 100 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Umat Hindu Tengger Rayakan Kuningan, Berharap Dianugerahi Kesehatan dan Keselamatan

3 Mei 2025 - 20:50 WIB

Kontes Domba Lumajang 2025 Diikuti 65 Peserta

24 April 2025 - 16:24 WIB

Umat Hindu Bromo Rayakan Galungan, Begini Kemeriahannya

23 April 2025 - 22:18 WIB

Pantai Mbah Drajid Jadi Jujukan Warga Mandi di Laut saat Lebaran Ketupat

7 April 2025 - 16:24 WIB

Kapolres Pasuruan Kota Terbitkan Edaran Jelang Praonan, Ini Aturannya

5 April 2025 - 16:13 WIB

Sosok Kakek Calang, Pembabat Desa Kamalkuning Probolinggo (2)

5 April 2025 - 12:41 WIB

Sosok Kakek Calang, Pembabat Desa Kamalkuning Probolinggo (1)

4 April 2025 - 20:35 WIB

Mengenal Ogoh- ogoh, Tradisi Menjelang Hari Raya Nyepi

29 Maret 2025 - 02:24 WIB

Pawai Ogoh-ogoh Meriah di Lumajang, Wujud Toleransi Menjelang Nyepi dan Lebaran

29 Maret 2025 - 02:06 WIB

Trending di Budaya