Menu

Mode Gelap
Cuaca Ekstrem, BPBD Jember: Waspadai Potensi Banjir dan Longsor Hingga 17 September Mengenal Gus Hafid dari Ponpes Nurul Qodim, Kiai Muda Sejuta Potensi Harapan Nahdliyin Waspada Penipuan dan Penculikan Anak, Pemkot Probolinggo Keluarkan Surat Edaran Jelang MTQ XXX Jawa Timur, Jember Optimistis Lolos Tiga Besar Terisolasi Akibat Banjir Lahar Semeru, Puluhan Siswa SD Tak Bisa Sekolah Coret ‘Police Killed People’ Dua Pemuda Dibekuk Polisi

Budaya · 20 Agu 2023 23:41 WIB

Mengenal Yadnya Karo Suku Tengger di Ranupani Lumajang berikut Prosesinya


					ADAT: Warga Suku Tengger Lumajang saat menggelar salah satu ritual dalam Yadnya Karo. (foto: Asmadi) Perbesar

ADAT: Warga Suku Tengger Lumajang saat menggelar salah satu ritual dalam Yadnya Karo. (foto: Asmadi)

Lumajang,- Hari Raya Karo atau yang lazim disebut Yadnya Karo merupakan hari raya kedua setelah Kasada alias bulan kedua dari 12 bulan menurut kalender Suku Tengger.

Perayaan Karo menjadi lambang asal mula kelahiran manusia sehingga berbagai rangkaian Upacara Karo wajib dilakukan oleh masyarakat adat Tengger di Desa Ranupani Kabupaten Lumajang.

Suku Tengger di Jawa Timur, tidak hanya bermukim di wilayah Kabupaten Lumajang. Melainkan juga tersebar di Kabupaten Pasuruan, Probolinggo dan Malang atau sekitar kawasan lereng Gunung Bromo dan Semeru.

Di Kabupaten Lumajang, Suku Tengger mayoritas tinggal di Desa Argosari, Ranupani, dan Kandangan, Kecamatan Senduro. Selebihnya, tersebar di desa-desa lain dengan skala lebih kecil.

Warga Desa Ranupani, Santoso Aji (58) mengatakan, perayaan Karo menjadi lambang asal mula kelahiran manusia sehingga rangkaian upacara Karo wajib dilakukan oleh warga Suku Tengger, tak terkecuali di Desa Ranupani.

Perayaan Karo dimulai dengan Prepekan atau pembukaan, mbesan duata dan Tayub pada malam harinya. Hari kedua dilakukan Sesanti yang diawali pemberangkatan Punden dan Mbatek Tumpeng Gede di kediaman Kepala Desa.

“Diawali dari tayub pada malam hari, paginya pemberangkatan punden dilanjutkan ke rumah kepala desa mbatek tumpeng gede setelah itu mengikuti romo dukun melakukan sesanti,” kata Aji, Sabtu (19/8/2023).

Aji menambahkan, rangkaian Perayaan Karo Suku Tengger dilanjutkan dengan Andon Mangan atau budaya saling berkunjung dan menjamu tamu dengan sajian khas Ranupani.

“Setelah sesanti tidak boleh ada hiburan agar tidak mengganggu kekhidmatan masyarakat melakukan andon mangan, masyarakat saling sowan (berkunjung, red) meskipun sesuap harus tetap dilakukan, ini diwajibkan,” terangnya.

Puncak Perayaan Karo dilakukan Nyadran atau Sadranan yang artinya ruwah syakban dalam bahasa Jawa. Dalam tradisi ini masyarakat melakukan tabur bunga ke makam leluhur yang diawali dengan pemberangkatan Sadranan dari rumah Romodukun.

“Dari rumah Romodukun lalu menuju makam yang diiringi Jaran Kencak dan Tabuan Ketepong,” ucap Aji memungkasi. (*)

 

 

Editor: Mohamad S

Publisher: Moh. Rochim

Artikel ini telah dibaca 128 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kemeriahan Maulid Nabi di Pasuruan, Warga Berebut Barang dalam Tradisi Arebbuan

5 September 2025 - 10:53 WIB

Padepokan Fashion Carnaval Probolinggo, Kuatkan Identitas Kebudayaan Indonesia

31 Agustus 2025 - 20:40 WIB

Terinspirasi Pejuang Kemerdekaan, Peserta Tajemtra Berusia 70 Tahun ini Tuntaskan Rute 30 KM

24 Agustus 2025 - 08:33 WIB

15 Ribu Peserta Semarakkan Tajemtra 2025, Termasuk WNA China

24 Agustus 2025 - 02:02 WIB

Tajemtra 2025 Siap Digelar, 15.171 Peserta Terdaftar

22 Agustus 2025 - 19:22 WIB

Dorong Wisatawan Kenali Budaya Tengger, Bupati Gus Haris Siapkan Kalender Even di Bromo

9 Agustus 2025 - 20:51 WIB

Hari Raya Karo, 3 Desa Lereng Bromo Probolinggo Gelar Ritual Tari Sodoran

9 Agustus 2025 - 18:19 WIB

Wisatawan Mancanegara Ramaikan Tradisi Jolen di Lereng Gunung Semeru

28 Juli 2025 - 19:28 WIB

Tradisi Ujung dan Ujub, Upaya Menolak Bala di Desa Kandangan

28 Juli 2025 - 18:00 WIB

Trending di Budaya