Menu

Mode Gelap
Tajemtra 2025 Segera Digelar, Targetkan 17 Ribu Peserta dengan Hadiah Rp100 Juta Perempuan Kurir Pil Koplo di Lumajang Terkait Jaringan Narkoba dari Balik Penjara Residivis ini Bawa Kabur Motor saat Pemiliknya Teler, Kini Dibui Polisi Era Baru Polres Probolinggo, AKBP M. Wahyudin Latif Geser 10 Kapolsek Jatim Sinergi Kelola Pengaduan Publik, Lumajang Siap Tingkatkan Kualitas Tindak Lanjut SP4N-LAPOR Panjat Tembok, Dua Pria Gondol Sapi Warga Pasirian Lumajang

Lingkungan · 23 Okt 2022 19:32 WIB

Produksi Terganggu Hujan, Perajin Naikkan Harga Batu Bata


					Produksi Terganggu Hujan, Perajin Naikkan Harga Batu Bata Perbesar

Kraksaan,- Sejak awal Oktober 2022, cuaca ekstrim melanda sejumlah wilayah di Jawa Timur, tak terkecuali Kabupaten Probolinggo. Salah satu imbasnya, produksi batu bata tersendat.

Salah seorang perajin batu bata, Abdur Rahman (45) mengatakan, akibat cuaca ekstrim yang terjadi sejak awal Oktober 2022 ini, produksi batu bata yang dikelolanya menurun drastis.

“Ya mengurangi hasil produksi. Biasanya saya dibantu istri per hari bisa cetak seribu baru bata. Tapi sekarang hasilnya tidak sampai seribu, paling banyak 600 sampai 700 batu bata per hari,” kata Rahman, Minggu (23/10/22).

Kondisi cuaca yang tidak bersahabat, membuat Rahman terpaksa menaikkan harga jual. Sebab saat ini, proses pengeringan batu bata lebih lama sehingga ongkos produksi pun bertambah.

Jika cuaca cerah, imbuh Rahman, ia membanderol batu bata hasil tangannya dengan harga normal Rp370 ribu per seribu biji. Namun tidak demikian halnya saat ini.

“Lantaran proses produksi saat ini memakan waktu lama, maka harga saya naikkan Rp 390 ribu per seribu biji,” imbuh warga Desa Bulu, Kecamatan Kraksaan ini.

“Sebenarnya mau menaikkan harga itu tidak enak, karena lakunya sulit. Tapi kalau keadaannya seperti ini, kalau saya tidak menaikkan harga ya saya yang kewalahan,” curhatnya.

Keluhan senada diungkapkan perajin batu bata lainnya di Desa / Kecamatan Krejengan, Muhid (50). Ia mengaku saat ini merasa kesulitan untuk mendapatkan pembeli.

“Kalau disini harga tetap normal Rp370 ribu per 1000 biji, takut tidak laku kalau mahal. Yang penting saya dapat pembeli walaupun hasilnya tidak seberapa dan resikonya cukup berbahaya,” ujar dia.

“Sekarang bukan cuma hujan, angin juga besar. Tempat produksi saya kecil seperti ini kalau kena angin ini bisa roboh, otomatis hilang semua batu bata saya ini,” ungkapnya menambahkan. (*)

 

Editor : Efendi Muhammad

Publisher : Zainullah FT

Artikel ini telah dibaca 14 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Dari Hulu ke Hilir: Menyusun Ekosistem Mitigasi di Tengah Perubahan Iklim

16 Juli 2025 - 12:26 WIB

Genjot Produksi Susu, Kementan Tebar 1.080 Sapi Perah Bunting ke 5 Wilayah di Jatim

15 Juli 2025 - 19:20 WIB

Piodalan di Pura Mandhara Giri Semeru Agung Gerakkan Ekonomi Warga Senduro

13 Juli 2025 - 14:49 WIB

Kunjungi Jember, Wamentan Dorong Peningkatan Produksi Padi

11 Juli 2025 - 20:41 WIB

Piwadalan di Pura Senduro Lumajang Jadi Simpul Tumbuhnya Ekonomi Inklusif

11 Juli 2025 - 14:20 WIB

Serangan Wereng Meluas, 11 Kecamatan di Lumajang Terancam Gagal Panen

10 Juli 2025 - 09:39 WIB

Stok Beras di Pasar Tanjung Jember Menipis, Pedagang Hanya Andalkan Stok Sisa

9 Juli 2025 - 20:29 WIB

Tak Mampu Tekan HPP, Penggilingan Padi di Pasuruan Pilih Hentikan Produksi

3 Juli 2025 - 18:55 WIB

Pasar Maron Probolinggo Siap Tingkatkan Daya Saing, Jual Produk Olahraga Jadi Daya Tarik Baru

3 Juli 2025 - 15:12 WIB

Trending di Ekonomi