Menu

Mode Gelap
Miris! Jalan Rusak di Plalangan Jember Baru Diperbaiki setelah 20 Tahun Fenomena Penahanan Ijazah Karyawan, Disperinaker: Zero Kasus di Kota Probolinggo Bupati Jember Ajukan Bantuan Listrik Gratis untuk 7 Ribu Warga Miskin, ini Kata PLN Dituding Sebarkan Ujaran Kebencian disertai Intimidasi, Warga Probolinggo Dipolisikan Kecelakaan Beruntun di Semambung, Dump Truck Seruduk Motor di Lampu Merah Menikmati Gurihnya Ketan Kratok, Jajanan khas Kota Probolinggo

Kesehatan · 23 Feb 2022 19:00 WIB

Rifka Dina Aulia, Bocah Yatim-piatu Penderita Gizi Buruk ini Butuh Bantuan


					Rifka Dina Aulia, Bocah Yatim-piatu Penderita Gizi Buruk ini Butuh Bantuan Perbesar

Besuk,- Malang nian nasib Rifka Dina Aulia (7), warga Dusun Krajan, RT/010 RW/003, Desa Sindetlami, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo. Jika bocah seusianya sedang asyik bermain dengan teman sebaya, namun ia justru tergolek lemah di ranjang.

Ya, Dina, begitu dia disapa, setiap hari sejak dilahirkan hanya bisa tidur di ranjang bambu dalam bilik kamar rumah ditemani neneknya, Suto Sari (69). Tubuhnya ringkih, suaranya parau dan sesekali menangis tanpa alasan jelas.

Saat ditemui PANTURA7.com di rumahnya, Rabu (23/2/22), Dina mengenakan kaos pink bergambar hello kitty dipadu celana pendek dengan warna senada. Seperti biasa, ia terkulai lemah di ranjang. Ia tidak bisa berdiri, apalagi berjalan.

Dina tinggal di kamar berukuran 2×2,5 meter. Rumah semi permanen berdinding kayu yang sudah mulai lapuk, membuat bilik kamar Dina mudah tertebus cahaya dari luar. Atap rumah yang tanpa plafon, menambah kesan kumuh terhadap rumah yang tepat berada di pinggir area persawahan itu.

“Sudah sejak lahir sudah tidak normal kondisinya, biasanya bayi itu memiliki berat sekitar 2,5 kilogram tapi Dina hanya 1,1 kilogram. Sehingga kondisinya sekarang seperti ini, tidak bisa jalan, setiap harinya hanya minum susu saja,” kata paman Dina, Salehuddin (36) saat mendampingi Dina di pembaringan.

Selain gizi buruk yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan anak atau stunting, penderitaan Dina tidak sampai disitu saja. Sekitar 4 tahun lalu atau sejak Dina berumur 3 tahun, dia tidak dapat merasakan belaian dan kasih sayang dari orang tuanya yang memutuskan bercerai.

Penderitaan Dina kian lengkap setelah di 8 bulan lalu, Babur Rahma, ibu kandungnya yang meninggal dunia. Alhasil, hak asuh diambil alih sang nenek nenek dibantu Salehuddin, kakak kandung Babur Rahma.

“Bapak kandungnya namanya Hasan, warga Desa Betek Taman, Kecamatan Gading yang juga meninggal dunia, 6 bulan lalu. Dia meninggal dunia setelah pisah dengan adik saya,” ujar Salehuddin.

Semenjak itulah, lanjut Salehuddin, perawatan Dina kian terbengkalai. Dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan, membuat keluarga mati-matian untuk memenuhi kebutuhan Dina, seperti susu, pampers, bubur dan sebagainya.

Sejak lahir, menurutnya Salehuddin, Dina tidak makan nasi seperti bocah kebanyakan. Dina sejatinya sudah memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS), namun tetap hal itu belum cukup karena terkendala kebutuhan keluarga yang kian mendesak.

“Punya kalau kartu sehat, tapi tidak bisa dipakai, karena kami tidak tahu cara mengurusnya. Jadi untuk perawatan Dina, hanya sebatas di bidan desa saja, paling banter di Puskesmas Besuk. Bantuan lainnya dapat, tapi sejak tahun 2022 tidak dapat sama sekali,” tutur Salehuddin.

TAK BERDAYA: Rifka Dina Aulia selalu terbaring di ranjang karena tidak bisa berjalan meski sudah berusia 7 tahun. (foto: Moh. Ahsan Faradies)

Sementara itu, Sekretaris Desa (Sekdes) Sindetlami, Jamaluddin mengatakan, Dina sejatinya sudah menerima bantuan dari program disabilitas, yang disalurkan setiap 3 bulan sekali.

“Satu bulan itu Rp 300 ribu, tapi dicairkan ketika 3 bulan sekali jadi Rp 900 ribu. Untuk tahun 2022 ini, masih belum dapat karena belum genap 3 bulan dan bantuan ini dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur langsung yang diserahkan secara tunai kepada yang bersangkutan,” ungkap Jamal.

Selain bantuan tersebut, lanjut Jamal, Pemerintah Desa (Pemdes) Sindetlami melalui bidan desa, sering memantau dengan datang langsung ke rumahnya. Jamal menjamin, kondisi Dina tetap dalam pengawasan.

“Biasanya kalau dirawat di luar, itu menggunakan kartu KIS-nya. Masih, masih tetap aktif kartunya. Kami dari pihak desa sebenarnya sudah berusaha untuk kesembuhan, tapi tetap kendala utama ada di ekonomi,” tutur Jamal. (*)


Editor : Efendi Muhammad
Publisher : Albafillah

Artikel ini telah dibaca 113 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kisah Haru Siti Aminah, Balita 3 Tahun di Lumajang, Berjuang Melawan Penyakit Berat

7 Mei 2025 - 20:13 WIB

Jelang Idul Adha, DPKPP Kota Probolinggo Dapat Tambahan 1.400 Dosis Vaksin PMK

6 Mei 2025 - 18:10 WIB

Kasus PMK di Probolinggo, 51 Ekor Sapi Terpapar, 2 Mati, 9 Sembuh

2 Mei 2025 - 19:10 WIB

Penderita TBC di Lumajang Menurun, Dinkes Lumajang Klaim Upaya Pencegahan Efektif

28 April 2025 - 14:47 WIB

Pasien dan Keluarga Keluhkan Pelayanan RSUD dr. Haryoto Lumajang

28 April 2025 - 12:33 WIB

Tiga Bulan, Pemkot Probolinggo Vaksin 3 Ribu Ekor Sapi

18 April 2025 - 18:40 WIB

Pemkab Jember Luncurkan UHC Prioritas, Seluruh Warga Kini Bisa Berobat Gratis

10 April 2025 - 22:31 WIB

Jaga Tubuh Tetap Bugar, ini Tips Memilih Makanan saat Lebaran

30 Maret 2025 - 14:35 WIB

Tips Sehat Selama Ramadan, ini Cara Menjaga Pola Makan saat Buka Puasa

15 Maret 2025 - 07:23 WIB

Trending di Kesehatan