Menu

Mode Gelap
Lumajang Kawal Percepatan PPPK ke Jakarta, Ribuan Honorer Dapat Kepastian AWS dan ARG, Dua Alat Pemantau Cuaca Andalan Baru BPBD Lumajang Meriahnya Pembukaan MTQ XXXI Jatim di Jember, Diwarnai Pertunjukan Drone dan Tari Taksu Ilahi MTQ Jawa Timur XXXI di Jember Resmi Dibuka, Disebut Setara Even Nasional Pemprov Jatim Gelar Pasar Murah di Jember, Harga Jual Sembako Dibawah HET Terganjal Aturan, Pasien ‘Celebral Palsy’ di Kota Probolinggo Tidak Lagi Menerima Layanan Fisioterapi

Ekonomi · 11 Des 2021 19:05 WIB

Berhenti Bekerja di Bank, Sukses Usaha Aksesoris Mutiara


					Berhenti Bekerja di Bank, Sukses Usaha Aksesoris Mutiara Perbesar

PASURUAN, – Bekerja sebagai pegawai kantoran mungkin menjadi impian dan harapan bagi sebagian orang. Namun tidak bagi Adip Fachrizal (40).

Ia memilih berhenti dari pekerjaannya sebagai pimpinan cabang salah satu bank swasta. Ia kemudian beralih menjadi perajin aksesoris yang terbuat dari mutiara Lombok.

Dibantu istrinya dan tujuh orang karyawan, warga Jalan Sultan Agung, Kelurahan Purworejo, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan ini memproduksi beragam aksesoris yang terbuat dari mutiara laut dan mutiara tawar. Produknya mulai gelang, kalung, cincin, bros hijab, hingga konektor masker hijab.

Untuk mendapatkan mutiara laut dan tawar tersebut, Adip dan istrinya langsung memesan mutiara dari pembudidaya di Lombok. Untuk mutiara laut, Adip membeli dengan harga Rp300 ribu hingga Rp500 ribu per gramnya.

“Sementara untuk mutiara tawar, saya membeli dengan harga Rp50 ribu hingga Rp75 ribu per gramnya,” kata Adip.

Untuk harga jual dari aksesoris yang terbuat dari mutiara ini, Adip mematok harga berbeda-beda, sesuai dari jenis mutiara dan jenis aksesorisnya. Untuk satu bros, dijual Rp55 ribu hingga Rp100 ribu.

Untuk gelang dijual Rp 135 ribu hingga Rp 150 ribu. Sedangkan untuk cincin dijual dengan harga mulai Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu.

“Untuk konektor masker hijab yang dapat diubah menjadi kalung, saya jual Rp 250 ribu hingga Rp1 juta,” ujarnya.

Adib mengaku, bahwa ia tertarik menjadi perajin aksesoris setelah mengetahui istrinya banyak menerima pesanan dari teman kerjanya di bank. Dari banyaknya pesanan inilah kemudian dirinya memiliki niat untuk menekuni kerajinan aksesoris dan nekad berhenti bekerja dari bank. “Saya berhenti bekerja di bank tahun 2017,” kata Adip.

Kini, Adip pun bersyukur, karena usaha kerajinan aksesoris yang dirintisnya sejak tahun 2017 itu berkembang dan sukses hingga saat ini. Bahkan ia mampu meraup omzet sekitar Rp130-150 juta setiap bulan.

“Alhamdulillah kini penjualannya sudah hampir ke seluruh wilayah Indonesia. Mulia dari Pulau Jawa hingga ke Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan,” pungkasnya. (*)


Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Albafillah

Artikel ini telah dibaca 16 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Serapan Gula Petani tak Maksimal, Wagub Emil Tinjau PG Gending Probolinggo

9 September 2025 - 23:54 WIB

Harga Tembakau Kasturi Turun, Petani Lumajang Tetap Sumringah

9 September 2025 - 21:05 WIB

Penyerapan Pupuk Organik di Lumajang Rendah, Alokasi Berpotensi Dikurangi

8 September 2025 - 18:54 WIB

Petani Tebu Lumajang Akhirnya Sumringah, Tumpukan Gula di Gudang Terjual Rp.79,7 Miliar

5 September 2025 - 19:13 WIB

Impor Gula Rafinasi Bocor ke Pasar Konsumsi, Gula Petani Lokal Tak Terserap

4 September 2025 - 10:59 WIB

Kebanjiran Order, Persewaan Baju Karnaval di Pasuruan Raup Puluhan Juta

24 Agustus 2025 - 17:18 WIB

Dari Dapur Nenek ke Meja Milenial, Makanan Tradisional yang Menyatukan Zaman

24 Agustus 2025 - 15:15 WIB

Target Luas Tanam Tembakau di Kabupaten Probolinggo Belum Tercapai

18 Agustus 2025 - 17:22 WIB

Harga Tembakau di Probolinggo Mulai Melonjak, Tembus Rp 66 Ribu/Kg

15 Agustus 2025 - 14:48 WIB

Trending di Ekonomi