Petani Gagal Panen, Picu Mahalnya Harga Cabai

KRAKSAAN-PANTURA7.com, Sejak sepekan terakhir, stok cabai rawit merah di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Probolinggo menipis. Hal ini ini menyebabkan harga komoditas dapur itu naik drastis.

Muhammad Ridho (28), petani asal Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo menyampaikan, musim hujan yang sedang memasuki puncaknya membuat para petani cabai rawit memutar otak.

“Kalau sering hujan, sebelum panen pasti cabai banyak yang jatuh dari pohonnya. Malah bukan cuma jatuh sebelum dipanen, juga banyak yang busuk kalau sudah sering hujan,” kata Muhammad Ridho, Minggu (15/3/2020).

Hal tersebut, menurut Ridho, menjadi penyebab, menipisnya stok cabai rawit di pasaran. Sebab petani tak bisa panen cabai seperti biasanya, sehingga juga berdampak terhadap harga cabai rawit merah yang melonjak drastis.

“Kalau masih tetap dilanjutkan penanaman sampai panen, maka sudah jelas-jelas para petani tidak akan kembali modal, malah makin rugi. Karena kalau dijual ke pasar sudah pasti murah,” tuturnya.

Terpisah, Muhammad Edi (27) warga Desa Sumber Katimoho, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo mengatakan, saat ini para petani di desanya sudah kebanyakan memilih menanam padi dibandingkan dengan cabai rawit.

“Menyesuaikan dengan musim, sekarang memang sudah waktunya tanam padi. Kalau cabai rawit di sini (Sumberkatimoho, red) sudah tidak ada yang nanam lagi, sudah padi semuanya,” tutur Edi saat dikonfirmasi.

Diketahui, harga cabai rawit saat ini meroket. Sebelumnya harga cabai rawit merah Rp 18 sampai Rp 20 ribu per kilogram, namun kini menembus angka Rp 35 ribu per kilogram. Sementara harga cabai rawit hijau, tak mengalami kenaikan harga signifikan. (*)


Editor : Efendi Muhammad
Publisher : A. Zainullah FT


Baca Juga  Harga Mahal, Warga Jahit Masker Sendiri

Baca Juga

Januari-Mei, 8 Kecelakaan Terjadi di Perlintasan Sebidang Wilayah Daop 9 Jember

Probolinggo,- PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 9 Jember mencatat, sejak Januari hingga Mei 2024 …