PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Puluhan warga dari tiga desa di dua kecamatan, melakukan aksi blokade jalur tol Pasuruan-Probolinggo (Paspro), di area pembanguna tol seksi tiga, di Desa Kedung Supit, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo, Rabu (25/10/2017).
Puluhan massa itu berasal dari Desa Kedungsupit Kecamatan Wonomerto, dan Desa Pakistaji serta Kedung galeng, Kecamatan Wonoasih. Warga menutup akses proyek tol dengan bergerombol dibadan jalan, bahkan menghadang kendaraan berat yang mengangkut material tol sehingga aktifitas pengerjaan poyek tol Seksi III itu lumpuh.
Rofikah (40), salah satu warga yang ikut melakukan blokade jalur mengatakan, aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes karena pembangunan jalur bebas hambatan itu merugikan mereka. Selain menyebabkan kerusakan rumah, juga menyebarkan polusi udara.
“Gara-gara tol ini, rumah saya gentengnya pecah-pecah karena serin terjadi getaran. Saya dan keluarga juga menderita gatal-gatal, sudah periksa ke dokter katanya iritasi akibat debu yang terus menerus beterbangan,” ujarnya kepada PANTURA7.com.
Rofikah menyebut, sebelum proyek tol trans jawa itu dibangun, pemukimannya asri tanpa polusi. Namun segalanya berubah saat proyek pembangunan tol dimulai sejak awal tahun 2017 lalu. “Pokoknya mereka (pengelola tol_red) harus bertanggung jawab, kami minta ganti rugi,” rengek wanita asal Desa Kedung Supit ini.
Ditempat terpisah, Panji, Humas PT. Waskita Karya selaku pelaksana proyek mengaku, belum bisa memastikan apakan tuntutan warga itu dapat dipenuhi atau tidak. “Apakah akkan ada ganti rugi, atau kompensasi seperti apa, saya tidak tahu pasti. Karena saya juga sedang rapat perihal yang lain, ujarnya singkat. (guf/ela).









