PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Musim kemarau panjang membuat sebagian warga Desa Bulujaran Kidul, Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sebab sumber mata air seperti sumur dan hulu sungai, kering sehingga tidak dapat mengeluarkan air akibat kemarau panjang. Setiap hari, warga mengambil air dari sungai yang lazim disebut ‘Kali Bokong’ menggunakan jeriken berukuran 25 liter.
“Ya setiap hari ambil air disini (sungai, red). Sumur dan pet tidak ada airnya,” kata warga setempat, Iskandar (31) saat sedang merendam jeriken untuk mengisi air, Rabu (17/7/2019).
Namun air yang diambil dari aliran anak sungai pekalen ini, jelas Iskandar, bukan untuk dikonsumsi. Melainkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan mandi, mencuci pakaian dan minum hewan ternak.

Warga Desa Bulujaran Kidul, Kecamatan Tegalsiwalan saat mengambil air dari Kali Bokong untuk memenuhi kebutuhan air. (Foto : Moh. Rochim)
“Kalau untuk minum, kita beli seharga Rp 30 ribu untuk 20 jeriken. Kadang air sungai, juga saya beli kalau tidak sempat ambil sendiri. Hargabya Rp 20 ribu per 20 jeriken,” paparnya.
Dikatakan Iskandar, ia dan warga lain sadar bahwa air yang diambil dari sungai tak layak pakai. Selain keruh dan tak jarang bersampah, juga menjadi ‘WC’ umum bagi warga yang bermukim di sepanjang bantaran Kali Bokong.
“Ya mau gimana lagi, disini sulit cari air. Mudah-mudahan saja ada bantuan air dari pemerintah,” harap Iskandar.
Hal senada disampaikan tetangga Iskandar, Bambang (42). Menurutnya, krisis air membuatnya sangat hemat menggunakan air. Dengan 5 anggota keluarga, ia menghabiskan sedikitnya 10 jeriken berisi 25 liter air per hari.
“Itu cukup untuk mandi satu kali, cuci pakaian sama kebutuhan minum ternak. Kalau untuk minum dan masak, ya kita beli mas. Tetapi kita sudah biasa, sudah bertahun-tahun begini,” tuturnya. (*)
Penulis : Moh. Rochim
Editor : Efendi Muhammad
Tinggalkan Balasan