PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Menghadapi cuaca ekstrem musim kemarau, para petani di Kabupaten Probolinggo menempuh berbagai cara agar produksi garam tetap maksimal. Salah satunya, dengan menggunakan sistem ‘Katup Gadis’ di areal tambak garam.
Ketua Kelompok Petambak Garam Kalibuntu Sejahtera Suparyono menjelaskan, sistem Katup Gadis diterapkan untuk melindungi kristalisasi air laut menjadi garam dari hujan dan paparan embun. Sebab jika terkena hujan atau embun, kristal garam kembali cair.
“Kita pakai sistem Katup Gadis, jadi ada buka tutup lahan tambak garam dilapisi dengan terpal bagian bawahnya, diatasnya juga diberi terpal penutup yang bisa dibuka-tutup,” kata Suparyono, Selasa (2/7/2019).

Sistem ‘Katup Gadis’ yang diterapkan petani garam menyiasati dampak anomali cuaca. (Foto : Moh. Ahsan Faradies)
Suparyono menambahkan, saat terik matahari terpal bagian atas yang ditopang bambu dibuka. Saat matahari mulai terbenam, terpal ditutup kembali. “Kalau musim kemarau, tujuannya agar tambak tidak terpapar embun,” tutur dia.
Menurut Suparyono, dalam sebidang tambak berukuran 4X30 meter, ia menghabiskan biaya sekitar Rp. 2,5 juta. Namun akunya, tambahan biaya itu tak seberapa jika dibandingkan dengan peningkatan hasil panen garam.
“Musim hujan kemarin, dari 4 bidang tambak dengan sistem Katup Gadis, bisa panen 68 ton. Sekarang meski musim hujan, tapi kan cuaca ekstrem saat malam hari, embunnya tebal, kalau tidak pakai sistem ini hasil panen rendah,” jelasnya.
Masih menurut Suparyono, Katup Gadis ini dirintis sejak 2016 yang dikenal melalui sejumlah pelatihan. Setahun berikutnya, mulai dilakukan uji coba dan hasilnya cukup bagus. Atas dasar itu, petani berangsur menggunakan Katup Gadis untuk menyiasati pengaruh anomali cuaca.
“Sistem ini sangat bermanfaat bagi petani. Alhamdulillah harga garam juga stabil saat ini, kisaran Rp 650 per kilogram,” tandas Suparyono. (*)
Penulis : Moh. Ahsan Faradies
Editor : Efendi Muhammad
Tinggalkan Balasan