Probolinggo,- Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kraksaan resmi dilantik, Minggu (14/12/25). Prosesi pelantikan berlangsung khidmat di halaman Pondok Pesantren Kanzus Sholawat, Kelurahan Kandangjati Kulon, Kecamatan Kraksaan.

Ketua PCNU Kraksaan terlantik, KH Chafidzul Hakiem Noer atau Nun Hafidz menegaskan, Nahdlatul Ulama merupakan organisasi keagamaan yang memiliki tanggung jawab besar dalam memperjuangkan kemaslahatan umat.

Menurutnya, peran NU tidak hanya terbatas pada aspek keagamaan, tetapi juga mencakup sektor pendidikan, kesehatan, sosial, hingga pemberdayaan masyarakat.

“NU adalah jam’iyah yang harus senantiasa hadir di tengah umat. Kita harus memikirkan dan mengupayakan kemaslahatan umat secara menyeluruh, baik melalui pendidikan, layanan kesehatan, kegiatan sosial, maupun penguatan ekonomi masyarakat,” tuturnya.

Bupati Probolinggo dr. Mohammad Haris  menekankan bahwa ruh khidmat di Nahdlatul Ulama bukan diukur dari siapa yang paling benar, melainkan siapa yang paling mampu memberi manfaat bagi sesama.

Advertisement

“Khidmat di NU itu bukan soal merasa paling benar, tetapi tentang siapa yang paling banyak memberikan manfaat. NU sejak awal berdiri telah mengajarkan nilai-nilai moderasi, persatuan, dan pengabdian untuk umat dan bangsa,” ujar bupati.

Gus Haris, panggilannya, juga mengingatkan agar seluruh warga NU tidak mudah terpancing emosi atau marah terhadap organisasi sendiri. Menurutnya, NU merupakan jam’iyah yang diberkahi dan telah terbukti berkontribusi besar dalam perjalanan bangsa Indonesia.

“Jangan pernah marah ke NU. NU ini jam’iyah yang penuh berkah. Dalam membangun daerah, peran NU sangat strategis karena NU adalah jangkar moral. Menjaga marwah NU adalah tanggung jawab kita bersama,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Katib Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Abu Yasid Al Busthami, turut memberikan pesan kepada para pengurus yang dilantik.

Ia menekankan bahwa menjadi pengurus NU merupakan amanah besar yang harus dijalankan dengan niat tulus berkhidmah.

“Tujuan utama berada di NU adalah khidmah. Menjadi pengurus itu bukan soal jabatan, tetapi tentang pengabdian,” ucapnya.

Ia kemudian menjelaskan, dalam organisasi NU terdapat tiga model pengurus. Pertama, pengurus yang sekadar menjadi penikmat jabatan, yakni mereka yang hanya mencantumkan nama dalam struktur kepengurusan.

Kedua, adalah pengurus yang menjadi pelayan jabatan. Model inilah yang benar-benar mencerminkan nilai khidmah karena bekerja, melayani, dan berjuang untuk kepentingan jam’iyah dan umat.

“Model ketiga adalah pemain jabatan. Ini yang justru sering menimbulkan keruwetan dan masalah dalam organisasi,” Kiai Yazid memungkasi. (*)

Editor: Mohammad S

Komentar Ditutup! Anda tidak dapat mengirimkan komentar pada artikel ini.