Lumajang, – Ratusan warga terdampak erupsi Gunung Semeru di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang kembali menempati kawasan rawan bencana (KRB) III meski sebelumnya telah direlokasi pemerintah ke hunian tetap (Huntap) Bumi Semeru Damai (BSD), Desa Sumbermujur, Candipuro, pada 2022.
Relokasi massal itu merupakan tindak lanjut dari erupsi besar Gunung Semeru pada 4 Desember 2021. Saat itu, permukiman warga Sumbersari tidak mengalami kerusakan parah selain atap rumah yang jebol akibat tak mampu menahan beban abu vulkanik bercampur hujan.
Namun karena wilayah tersebut dikategorikan sebagai zona merah, pemerintah memutuskan memindahkan ratusan jiwa ke lokasi yang dinilai lebih aman.
Dalam program relokasi tersebut, pemerintah membangun lebih dari 1.900 unit huntap lengkap dengan perabotan seperti kursi, lemari, kasur, hingga peralatan dapur.
Bahkan, data kependudukan warga turut dipindahkan ke alamat baru di BSD. Secara administratif, warga Sumbersari telah menjadi warga Sumbermujur.
Namun kenyataannya, sebagian besar warga secara bertahap kembali menghuni rumah lama mereka di zona merah. Penyebab utamanya adalah ketiadaan sumber penghidupan di kawasan relokasi.
Satumi, salah satu warga mengaku, nekat kembali ke Sumbersari karena ia tidak memiliki pekerjaan di kompleks BSD. Sejak tinggal di huntap, ia dan istrinya menghabiskan tabungan bahkan harus menjual beberapa barang berharga agar bisa bertahan hidup.
“Di BSD mau makan apa? Tidak ada pekerjaan, malah jual barang-barang,” kata Satumi, Kamis (4/12/2025).
Di Sumbersari, Satumi memiliki lahan pertanian seluas seperempat hektar yang biasa ditanami cabai. Meski tidak panen setiap hari, hasilnya cukup untuk kebutuhan hidup dan biaya sekolah anaknya.
“Di sini ada sawah sedikit. Kalau bolak-balik jauh, apalagi saat hujan atau banjir, malah bikin kepikiran rumah,” jelasnya.
Hal senada disampaikan Ahmad, petani lainnya. Ia mengatakan, biaya transportasi dari BSD ke Pronojiwo tidak sebanding dengan pendapatannya. Bahkan setelah rumahnya hancur akibat erupsi terbaru, ia masih ragu kembali ke huntap.
“Belum tahu mau ke mana kalau pengungsian ditutup,” ucapnya.
Sampai masa tanggap darurat berakhir, tercatat 319 jiwa masih berada di posko pengungsian. Hingga kini belum jelas berapa banyak di antara mereka yang sudah menerima huntap BSD maupun yang belum mendapatkan hunian. (*)













