Probolinggo,- Musyawarah Daerah (Musda) IV Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Probolinggo dijadwalkan berlangsung akhir pekan ini, Sabtu (6/12/25), di Auditorium Madakaripura kantor Bupati Probolinggo.

Menjelang kontestasi lima tahunan tersebut, berbagai pihak mulai menyampaikan harapan, termasuk Jaringan Intelektual Nahdliyin (JIN) Probolinggo.

Koordinator JIN Probolinggo, Lukman Sumardi menilai Musda kali ini menjadi momentum penting untuk mendorong lahirnya kepemimpinan MUI yang lebih progresif dan responsif terhadap isu-isu keumatan.

Menurutnya, tantangan sosial-keagamaan saat ini menuntut kehadiran MUI yang mampu bergerak cepat, khususnya dalam memberikan panduan dan solusi yang relevan bagi masyarakat.

“Kita butuh formula kepemimpinan MUI yang lebih progresif. Tidak hanya mengandalkan ulama sepuh, tetapi juga memberi ruang kepada ulama-ulama muda yang mumpuni dan memiliki kepekaan terhadap persoalan kekinian,” kata Lukman, Kamis (4/12/25).

Advertisement

Lukman berharap, Musda jangan hanya menjadi agenda rutinitas lima tahunan, tetapi harus menjadi ruang perumusan gagasan dan arah kerja baru bagi MUI, yang notabene pengayom umat beragama.

“Harapannya, MUI hadir dengan solusi keumatan yang lebih solutif. Kehadiran ulama muda akan mempercepat capaian kerja MUI ke depan,” ujarnya.

Sodorkan 8 Nama Ulama Muda

Lebih jauh, JIN Probolinggo menilai banyak ulama muda potensial yang layak duduk sebagai Ketua Umum MUI Kabupaten Probolinggo periode mendatang.

Mereka berasal dari berbagai pondok pesantren, dengan reputasi dan latar belakang keilmuan serta kiprah yang kuat di masyarakat. Para ulama muda tersebut yakni:

1. KH. Mohammad Hasan Naufal (Nun Boy)

Nun Boy adalah Putra KH. Hasan Saifourridzall dan merupakan salah satu pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong. Sebagai penceramah muda yang aktif membina Majelis Ta’lim wal Maulid Roudhotul Ulum (Tamru) dengan puluhan ribu jamaah, Nun Boy dikenal dekat dengan generasi muda dan memiliki pengaruh kuat di akar rumput.

2. KH. Hassan Ahsan Maliki (Nun Alex)

Dikenal sebagai intelektual muslim, Nun Alex merupakan pelopor gagasan pesantren multimedia pertama di Indonesia. Ia mengembangkan konsep integrasi teknologi informasi dalam dakwah dan pendidikan pesantren.

Selain aktif di Komisi Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat MUI Jawa Timur, ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Biro Komunikasi dan Informatika Pesantren Zainul Hasan Genggong.

Pemikiran-pemikirannya tentang sistem informasi pesantren terintegrasi menjadi salah satu penanda modernisasi lembaga keagamaan.

3. KH. Hasan Abdurrahman Wafi (Lora Abdur)

Ulama muda dari Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton ini dikenal memiliki kecerdasan menonjol sejak kecil. Ia bahkan menghafal 1.002 bait nazam Alfiyah Ibnu Malik di usia belia. Daya ingat kuat dan pemahaman mendalam terhadap ilmu alat menjadikannya salah satu aset intelektual pesantren.

4. Lora Muhammad Imdad Rabbani (Lora Imdad)

Tokoh muda yang berkiprah dalam lingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton ini dikenal aktif berdakwah dan membina masyarakat. Pemikirannya dinilai relevan dengan kebutuhan pembinaan umat terutama pada isu-isu sosial keagamaan kontemporer.

5. Muhammad Al Fayadl (Ra Fayyadl)

Akademisi sekaligus penulis produktif, Ra Fayyadl mengajar di Ma’had Aly dan Universitas Nurul Jadid Paiton. Latar belakang pendidikan internasionalnya di Prancis memperkaya wawasannya dalam filsafat, teologi, dan kajian kontemporer.

Ia pernah menjadi editor di LKiS Yogyakarta dan menghasilkan berbagai karya penting, di antaranya Pertemuan Sufi, Derrida, Teologi Negatif Ibn Arabi, serta Nailur Rohmah, kitab mengenai dalil dan amalan selawat. Selain itu, ia aktif dalam advokasi lingkungan dan isu konflik agraria.

6. KH. Asnawi Najib (Gus Najib)

Tokoh muda dari Ponpes Lubbul Labib, Desa Kedungsari, Kecamatan Maron ini dinilai memiliki jejaring kuat di kalangan pesantren dan dianggap mampu membawa perspektif baru dalam pengembangan peran MUI di tingkat daerah.

7. KH. Fathurrozi (Gus Rozi)

Seorang figur pesantren yang dikenal memiliki hubungan baik dengan berbagai kalangan. Integritas dan peran ulama muda pengasuh Ponpes Manbaul Hikam Desa Tegalmojo, Kecamatan Tegalsiwalan ini dalam pembinaan masyarakat, menjadikan namanya ikut diperhitungkan.

8. KH. M. Faisol Zaini (Gus Faisol).

Aktif dalam kegiatan dakwah dan pembinaan umat, Pengasuh Ponpes Al Ihsan Assyalafi, Desa Kerpangan, Kecamatan Leces ini dikenal dekat dengan komunitas bawah serta konsisten mengembangkan pendidikan keagamaan di wilayahnya.

“Jadi ulama-ulama muda di Kabupaten Probolinggo itu banyak dan kompeten untuk memimpin MUI. Asal mereka diberi kesempatan, saya yakin MUI akan lebih baik,” ucap Lukman. (*)

Editor: Mohammad S

Komentar Ditutup! Anda tidak dapat mengirimkan komentar pada artikel ini.