Pasuruan, – Pemerintah Kota Pasuruan melalui Dinas Kesehatan menggelar kegiatan Penguatan Komitmen Program Prioritas Bidang Kesehatan Tahun 2025 di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Kamis (9/10/2025).
Kegiatan ini bertujuan memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam upaya menekan penyebaran penyakit menular seperti HIV, Tuberkulosis (TBC), dan Demam Berdarah Dengue (DBD).
Wakil Wali Kota Pasuruan, M Nawawi, menekankan pentingnya kerja sama semua pihak dalam pengendalian penyakit menular. Menurutnya, pemerintah tidak dapat bekerja sendiri tanpa dukungan masyarakat dan stakeholder terkait.
“Terkait HIV dan penyakit menular seperti TBC, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Dinas Kesehatan pun tidak dapat berjalan tanpa dukungan semua pihak,” ujar Nawawi.
Ia juga menyoroti rendahnya kesadaran sebagian masyarakat terhadap imunisasi anak. Masih banyak orangtua yang menolak imunisasi karena kekhawatiran terhadap efek samping atau pandangan bahwa imunisasi haram.
“Ada budaya masyarakat yang justru mengungsikan anak agar tidak diimunisasi. Ini menjadi pekerjaan rumah bersama. Sosialisasi harus terus digencarkan melalui media sosial, kader kesehatan, forum RT/RW, dan keluarga,” tegasnya.
Terkait pencegahan DBD, Nawawi mengingatkan agar masyarakat tidak hanya mengandalkan fogging. Langkah utama yang perlu dilakukan adalah menjaga kebersihan lingkungan dengan menerapkan 3M Plus menguras tempat penampungan air, menutup wadah air, dan mendaur ulang barang bekas.
“Fogging itu langkah terakhir. Yang utama adalah kebersihan lingkungan,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, dr. Shierly Marlena menyampaikan, bahwa pengendalian penyakit menular menjadi program prioritas nasional karena berdampak besar terhadap kesehatan masyarakat.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan, terdapat 467 orang dengan HIV (ODHIV) di Kota Pasuruan. Capaian penemuan kasus mencapai 116,1%, namun hanya 53,8% yang rutin menjalani pengobatan ARV, dan 55,9% di antaranya berhasil menekan kadar virus atau mencapai supresi virus.
“Penemuan kasus sudah baik, tapi kepatuhan pengobatan masih perlu ditingkatkan. Pemerataan akses layanan juga harus diperkuat agar semua ODHIV bisa hidup sehat dan tidak menularkan virusnya,” jelas Shierly. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra