Lumajang, – Ketika kalender beralih ke bulan September, ada sesuatu yang berbeda terasa di udara Lumajang. Seperti ada semilir angin baru yang membawa warna dan harapan. Jalan Gubernur Suryo yang akrab disebut warga sebagai Embong Kembar berubah rupa.
Deretan pohon tabebuya yang ditanam sepanjang ruas jalan itu mulai menampakkan pesonanya. Mekar serempak, menebar warna-warni yang seolah melukis kanvas alami sepanjang jalan kota.
Tak berlebihan jika warga menyebutnya sebagai musim semi ala Lumajang. Mirip dengan pemandangan ikonik di Jepang saat bunga sakura mekar, namun tabebuya membawa identitas tersendiri.
Bila sakura dikenal dengan dominasi merah muda, tabebuya di Lumajang hadir lebih beragam putih bersih, merah muda lembut, kuning cerah, merah menyala, hingga violet yang menenangkan.
Bunga-bunga itu tidak hanya membuat kota ini terlihat lebih hidup, tapi juga menggugah hati siapa saja yang melintas. Setiap sudut jalan Embong Kembar kini menjadi spot dadakan untuk berfoto, seakan semua ingin mengabadikan momen langka yang hanya berlangsung tak lebih dari dua minggu.
“Mirip bunga sakura. Suasananya beda banget jadi kayak di Jepang gitu mungkin ya. Yang jelas bunganya cantik,” ungkap Irma (21), seorang pengguna jalan yang terlihat sedang berswafoto dengan latar pohon tabebuya bermekaran, Jumat (12/9/25).
Bukan hanya Irma. Banyak pengendara motor dan pejalan kaki tampak sengaja memperlambat laju mereka. Bahkan, tak sedikit yang memarkir kendaraan sejenak hanya untuk menikmati panorama ini, menyaksikan bunga-bunga yang perlahan-lahan berguguran tertiup angin, menciptakan efek hujan kelopak yang memikat hati.
Toni, warga Lumajang lainnya, mengatakan, waktu terbaik menikmati keindahan tabebuya adalah saat senja.
“Kalau sore, tepatnya pas lagi senja gitu lebih indah ya. Bunganya juga biasanya banyak yang berguguran, jadi berasa banget suasananya. Romantis,” katanya sambil tersenyum.
Fenomena tahunan ini bukan hadir tanpa alasan. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Lumajang secara konsisten menanam dan merawat pohon-pohon tabebuya di berbagai sudut kota.
Sekretaris DLH Lumajang, Agus Rokhman Rozaq, mengatakan, bulan ini memang menjadi waktu mekar terbaik tabebuya.
“Sekarang sudah bersemi. Memang waktunya dan memang bagus. Apalagi pas sore hari, sudah banyak yang berfoto di sana. Suasana di Embong Kembar itu enak, dingin, dan ditambah lagi dengan keindahan bunga yang bermekaran,” kata Agus.
Ia menambahkan, ke depan, kawasan Embong Kembar akan ditata lebih rapi dan estetis. DLH menargetkan kawasan ini menjadi ruang publik yang bukan hanya nyaman untuk dilalui, tapi menjadi tujuan wisata kota.
“Kami sedang rancang agar kawasan ini bisa lebih tertata. Bukan cuma dari segi pohon, tapi juga penataan kawasan secara keseluruhan. Karena sekarang banyak juga kuliner yang mulai tumbuh di sepanjang jalan ini. Malam hari juga cantik, lampu-lampunya sudah mulai diperbaiki, tinggal bagaimana kita bersama menjaga keamanannya dan terutama kebersihannya,” jelasnya.
Agus juga menyampaikan, merawat keindahan kota bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan baik warga, pemilik toko, hingga pelaku usaha.
“Kebersihan dan kenyamanan kawasan ini adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha harus bersinergi. Kalau semua sadar, kita bisa punya kota yang cantik dan ramah untuk siapa saja,” katanya.
“Masyarakat harus punya rasa memiliki, dengan tidak membakar sampah disekitar area tersebut dan juga memelihara pohon untuk menjaga asupan oksigen, serta jangan membakar pohon,” sambungnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra