Menu

Mode Gelap
Polo’an SAE Probolinggo Dimulai, Kenduri Kebhinekaan dari Masjid untuk Rakyat Warga Pasuruan Geger, Bayi Laki-laki Ditemukan di Bekas Kolam Lele Ikon ‘I Like Lumajang’ Alun-alun Tak Tersentuh Perbaikan, DLH Beri Alasan Begini Edisi ke-12 Bromo Marathon, Ribuan Pelari Adu Cepat Taklukkan Perbukitan Tengger Alun-alun Lumajang Mulai Bersolek, PKL Tetap Nyaman Berjualan Kebakaran di Wonomerto Probolinggo Ludeskan Kandang Ayam, Ribuan Bibit Ayam Terpanggang

Pemerintahan · 7 Sep 2025 21:17 WIB

Polo’an SAE Probolinggo Dimulai, Kenduri Kebhinekaan dari Masjid untuk Rakyat


					POLO’AN: Bupati Probolinggo, Gus Haris (tengah) saat Polo’an bersama warga di Masjid Jamik Al-Abror Desa Rondokuning, Kraksaan, Probolinggo. (Foto: Sholeh Adnan). Perbesar

POLO’AN: Bupati Probolinggo, Gus Haris (tengah) saat Polo’an bersama warga di Masjid Jamik Al-Abror Desa Rondokuning, Kraksaan, Probolinggo. (Foto: Sholeh Adnan).

Probolinggo,– Dari masjid, solusi itu dicari. Dari rumah ibadah, langkah kebersamaan itu dimulai.

Minggu, 7 September 2025, besok Masjid Jamik Al Abror Desa Rondokuning, Kecamatan Kraksaan, bakal jadi saksi dimulainya salah satu program Pemkab Probolinggo Polo’an SAE.

Bukan sekadar acara. Bukan pula sekadar kumpul ramai. Polo’an SAE ini dirancang sebagai kenduri kebhinekaan. Di sinilah pemimpin duduk satu lantai dengan rakyat secara langsung. Tanpa protokol berlapis, tanpa jarak. Hanya ada sambung rasa, keakraban, dan ruang dialog yang cair.

Bupati Probolinggo, dr Muhammad Haris, menegaskan, Polo’an SAE adalah cara sederhana tapi kuat untuk merawat kebersamaan.

“Dari masjid, kita bicara tentang stunting, kemiskinan, dan solusi nyata. Masjid bukan hanya tempat ibadah, tapi pusat peradaban. Dari sinilah kita mulai gerakan besar,” ujarnya.

MENJAWAB: Bupati Probolinggo, Gus Haris, saat menjawab pertanyaan warga pada Polo’an SAE yang berlangsung di Masjid Jamik Al-Abror Desa Rondokuning, Kraksaan, Probolinggo. (foto: Sholeh Adnan).

Rembug di Masjid, Ikhtiar Menyelesaikan Masalah

Tema perdana Polo’an SAE memang menohok; “Rembug Stunting dan Kemiskinan Berbasis Masjid”. Dua masalah yang jadi pekerjaan rumah serius Kabupaten Probolinggo.

Data terakhir, angka stunting masih butuh kerja keras untuk ditekan. Begitu juga soal kemiskinan yang masih menghantui sebagian warga.

Karena itu, Gus Haris ingin rembugnya dilakukan di ruang paling akrab bagi masyarakat Probolinggo: masjid.

“Kita ingin menghadirkan solusi yang membumi, bukan hanya wacana. Di masjid, semua orang bisa bicara. Pemimpin mendengar, rakyat menyampaikan,” tegasnya.

Namun yang membuat acara ini berbeda, Polo’an SAE tidak hanya berhenti di forum dialog. Warga juga langsung mendapat manfaat nyata: khitanan massal dan pengobatan gratis.

Ada juga pemberian makanan bergizi bagi penderita stunting. Dua layanan sosial yang langsung menyentuh kebutuhan keluarga kecil di desa.

“Ini cara kami hadir di tengah rakyat. Bukan hanya bicara program, tapi juga memberi manfaat langsung. Anak-anak terbantu, orang tua lega, kesehatan warga terjamin,” ujar Khoirul Anwar, direktur Gerbang Harmoni (GH) Foundation, yang juga inisator acara ini.

Lembaga nirlaba ini akan mengawal keberlanjutan Polo’an SAE Pemkab Probolinggo. Tidak berhenti di sebuah desa, tapi bergerak ke pasar, ladang, kampung nelayan, bahkan gereja atau Pura.

“Polo’an SAE harus membumi. Dari sawah sampai pasar, dari pura sampai gereja, semua bisa jadi ruang harmoni. GH Foundation akan memastikan itu terus hidup,” tambah Badrut Taman, salah satu pengurus GH Foundation.

Kenduri Bersama Jadi Sambung Rasa

Seperti namanya, acara akan ditutup dengan makan bersama dalam satu wadah. Biasanya makanan ala kadarnya ditempatkan di daun pisang. Ada sambel terong, ikan asin, tahu, tempe, sambal pedas.

Pemimpin, tokoh agama, pemuda, hingga rakyat duduk menikmati hidangan bersama-sama. Simbol sederhana bahwa kebersamaan itu nyata, bukan slogan.

“Di sini tidak ada sekat. Yang ada hanya semangat merawat kebhinekaan,” tambah Qoidul, sesepuh GH Foundation.

Warga Rondokuning menyambut hangat rencana ini. “Alhamdulillah, ada khitanan massal gratis. Anak saya bisa ikut, kami terbantu sekali,” ujar salah satu warga setempat. Pedagang pasar pun merasa senang.

“Kalau pemimpin mau duduk bareng rakyat begini, pasti ada perubahan nyata,” kata Wuwun, salah satu warga.

Polo’an SAE akan jadi awal. Awal untuk menjahit kebersamaan di Kabupaten Probolinggo. Awal untuk menjadikan SAE (Sejahtera, Amanah Religius, Eksis Berdaya Saing) bukan sekadar jargon, tapi kenyataan.

Kini, semua itu dimulai Minggu ini, dari masjid di Rondokuning, Kraksaan, Probolinggo. (*)

 


Editor: Mohammad S

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 15 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Pemkot Probolinggo Bergeming, Pastikan Even Hari Jadi Tetap Digelar di Stadion Bayuangga

6 September 2025 - 14:07 WIB

Akademisi Sebut Istilah Penonaktifan Anggota DPR Tak Dikenal dalam UU MD3

5 September 2025 - 19:02 WIB

Bangun Simbiosis Mutualisme, Pemkab Lumajang Berikan Diskon 50 Persen Pajak Hotel dan Restoran

5 September 2025 - 16:04 WIB

Dapat Hibah, Kejari Kabupaten Probolinggo Kini Miliki Rupbasan

3 September 2025 - 16:23 WIB

Pemkab Lumajang Aktifkan Seluruh CCTV di Berbagai Wilayah Pedesaan

3 September 2025 - 15:39 WIB

Pemkab Jember Resmikan Layanan PMI, Dorong Proses Administrasi Lebih Efektif

1 September 2025 - 20:05 WIB

Bupati Pasuruan Ajak Semua Pihak Wujudkan Pasuruan Aman dan Kondusif

1 September 2025 - 17:15 WIB

Bupati Lumajang: Mahasiswa Tetap Belajar, Pekerja Jangan Terprovokasi

1 September 2025 - 16:11 WIB

Bupati Lumajang dan Ketua DPRD Kompak Jaga Harga Pangan Lewat GPM

31 Agustus 2025 - 19:27 WIB

Trending di Pemerintahan