Menu

Mode Gelap
Cuaca Ekstrem, BPBD Jember: Waspadai Potensi Banjir dan Longsor Hingga 17 September Mengenal Gus Hafid dari Ponpes Nurul Qodim, Kiai Muda Sejuta Potensi Harapan Nahdliyin Waspada Penipuan dan Penculikan Anak, Pemkot Probolinggo Keluarkan Surat Edaran Jelang MTQ XXX Jawa Timur, Jember Optimistis Lolos Tiga Besar Terisolasi Akibat Banjir Lahar Semeru, Puluhan Siswa SD Tak Bisa Sekolah Coret ‘Police Killed People’ Dua Pemuda Dibekuk Polisi

Budaya · 28 Jul 2025 18:00 WIB

Tradisi Ujung dan Ujub, Upaya Menolak Bala di Desa Kandangan


					Tradisi ujung di Desa Kandangan, Kecamatan Senduro, Lumajang. (Foto: Asmadi). Perbesar

Tradisi ujung di Desa Kandangan, Kecamatan Senduro, Lumajang. (Foto: Asmadi).

Lumajang, – Tradisi tahunan sedekah desa yang digelar di Desa Kandangan, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang bukan sekadar ritual budaya biasa. Bagi masyarakat setempat, prosesi ini adalah bagian penting dari warisan leluhur dan dipercaya sebagai bentuk tolak bala untuk menjaga keselamatan warga.

Kepala Desa Kandangan, Jumanang menyampaikan, rangkaian tradisi seperti ujub, romodukun, ujung, remok, dan keleweran merupakan unsur wajib dalam sedekah desa.

“Itu memang adatnya seperti itu. Kalau tidak ada ujung, nanti kadang-kadang ada yang kesurupan,” ujarnya, Senin (28/7/25).

Ritual ujung yang biasanya melibatkan adu kekuatan dengan senjata tradisional dianggap sebagai simbol pembersihan dan penjagaan spiritual desa.

Sementara ujub dan promodukun merupakan doa-doa dan laku spiritual yang dipimpin oleh tokoh adat atau dukun desa untuk memohon keselamatan dan perlindungan dari gangguan gaib. Menurut Jumanang, kepercayaan ini telah hidup sejak lama.

“Biar katanya orang Jawa itu sekirwala selamat lah, intinya. Tradisi ini juga dimaknai sebagai bentuk penghormatan terhadap para leluhur, termasuk nenek moyang yang disebut nenek musyahidat,” katanya.

Setiap tahun, warga dari berbagai penjuru desa turut serta dan menyaksikan jalannya prosesi yang berlangsung khidmat dan penuh simbolisme. Tak sedikit juga yang datang dari luar desa untuk menyaksikan langsung, bahkan turut serta dalam tradisi spiritual tersebut.

“Bukan hanya warga sini saja yang datang, warga dari luar desa ini juga datang untuk menyaksikan serta ikut serta dalam pertunjukan ini,” pungkasnya. (*)

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 32 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kemeriahan Maulid Nabi di Pasuruan, Warga Berebut Barang dalam Tradisi Arebbuan

5 September 2025 - 10:53 WIB

Padepokan Fashion Carnaval Probolinggo, Kuatkan Identitas Kebudayaan Indonesia

31 Agustus 2025 - 20:40 WIB

Terinspirasi Pejuang Kemerdekaan, Peserta Tajemtra Berusia 70 Tahun ini Tuntaskan Rute 30 KM

24 Agustus 2025 - 08:33 WIB

15 Ribu Peserta Semarakkan Tajemtra 2025, Termasuk WNA China

24 Agustus 2025 - 02:02 WIB

Tajemtra 2025 Siap Digelar, 15.171 Peserta Terdaftar

22 Agustus 2025 - 19:22 WIB

Dorong Wisatawan Kenali Budaya Tengger, Bupati Gus Haris Siapkan Kalender Even di Bromo

9 Agustus 2025 - 20:51 WIB

Hari Raya Karo, 3 Desa Lereng Bromo Probolinggo Gelar Ritual Tari Sodoran

9 Agustus 2025 - 18:19 WIB

Wisatawan Mancanegara Ramaikan Tradisi Jolen di Lereng Gunung Semeru

28 Juli 2025 - 19:28 WIB

Dari Tumpeng hingga Sayuran, Warga Berebut Isi Jolen Penuh Kegembiraan

28 Juli 2025 - 14:24 WIB

Trending di Budaya