Menu

Mode Gelap
Jalur Gumitir Dibuka Lebih Awal, DPRD Jember Ingatkan Pengguna Jalan Soal Hal ini Satu Pelaku Pembacokan di Jalur Bromo Ditangkap, Aroma Cinta Segitiga Menguap Komplotan Curanmor di Lumajang Bobol Garasi dan Gondol Pick Up Tolak Balapan, Pemuda Lumajang Jadi Korban Kekerasan di Jalan Status WhatsApp Berujung Maut, Dendam Cinta Lama Berakhir Tragis di Lumajang Kabar Baik! Jalur Gumitir Jember-Banyuwangi Bisa Dilintasi Mulai 4 September 2025

Lingkungan · 16 Jul 2025 12:26 WIB

Dari Hulu ke Hilir: Menyusun Ekosistem Mitigasi di Tengah Perubahan Iklim


					Mitigasi bencana tak bisa berdiri sendiri. Rambu hanyalah salah satu bagian dari ekosistem yang lebih besar yang mencakup edukasi, infrastruktur, pemetaan risiko, dan teknologi (Foto: Kominfo). Perbesar

Mitigasi bencana tak bisa berdiri sendiri. Rambu hanyalah salah satu bagian dari ekosistem yang lebih besar yang mencakup edukasi, infrastruktur, pemetaan risiko, dan teknologi (Foto: Kominfo).

Lumajang, – Mitigasi bencana tak bisa berdiri sendiri. Rambu hanyalah salah satu bagian dari ekosistem yang lebih besar yang mencakup edukasi, infrastruktur, pemetaan risiko, dan teknologi.

Di Kabupaten Lumajang, upaya ini mulai dijahit menjadi satu sistem yang menyatu. Perlahan namun pasti, pemerintah daerah dan warga setempat mulai membangun ketangguhan dari bawah, di tengah ancaman perubahan iklim yang kian kompleks.

Banjir yang semakin sering datang bukan hanya soal cuaca ekstrem, tapi juga pertanda sebagai tata ruang dan sistem mitigasi harus diperbarui.

BPBD Lumajang tak hanya mengandalkan insting lapangan, tapi mulai menggabungkan data curah hujan historis, prediksi BMKG, dan pola banjir tahunan untuk menyusun peta kerentanan yang lebih akurat.

“Data klimatologis menjadi dasar penting. Kita lihat korelasi antara pola hujan dan titik-titik rawan banjir. Dari situ kita bisa tahu, bukan hanya di mana harus memasang rambu, tapi juga ke mana warga harus diarahkan saat evakuasi,” kata Plt. Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Lumajang, Erry Wahyu Kartika, Rabu (16/7/25).

Di samping itu, rambu-rambu evakuasi yang dipasang di lima desa rawan bukan sekadar papan petunjuk arah. Ia menjadi representasi fisik dari rencana evakuasi yang telah disusun, diuji, dan dipahami oleh warga setempat.

“Rambu tanpa jalan yang aman bisa menyesatkan saat darurat. Inilah tantangan sinergi lintas sektor,” kata Erry. (*)

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 24 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Perkuat Jalur Gumitir, Pemasangan Beronjong di Tikungan Khokap Dikebut

27 Agustus 2025 - 03:35 WIB

Cuaca Ekstrem, BPBD Lumajang Ingatkan Hindari Kawasan Rawan Longsor dan Banjir

21 Agustus 2025 - 20:20 WIB

TRC dan Loader Dikerahkan, BPBD Lumajang Buka Akses Jalan Tertimbun Longsor

20 Agustus 2025 - 14:16 WIB

Jelang Perayaan HUT Kemerdekaan RI, Warga Protes Kerusakan Hutan di Kawasan Proyek Tol Probowangi

16 Agustus 2025 - 19:55 WIB

Ingat! Mulai 10 Agustus 2025, Pasar Minggu Kota Probolinggo Pindah ke Jalan Suroyo

8 Agustus 2025 - 19:52 WIB

Portal Jalan Tambakrejo–Lumbang Ditata Ulang, Mobil Damkar Jadi Tolak Ukur

2 Agustus 2025 - 18:04 WIB

Jalur Lumajang-Malang via Piket Nol Tertutup Longsor di Enam Titik

31 Juli 2025 - 19:36 WIB

Cuaca Ekstrem, BPBD Lumajang Imbau Penambang Waspada Banjir di Aliran Sungai Semeru

31 Juli 2025 - 16:05 WIB

Bakal Dipercantik, Alun-alun Kota Probolinggo Ditutup 5 Bulan

30 Juli 2025 - 16:31 WIB

Trending di Lingkungan