Menu

Mode Gelap
Tajemtra 2025 Segera Digelar, Targetkan 17 Ribu Peserta dengan Hadiah Rp100 Juta Perempuan Kurir Pil Koplo di Lumajang Terkait Jaringan Narkoba dari Balik Penjara Residivis ini Bawa Kabur Motor saat Pemiliknya Teler, Kini Dibui Polisi Era Baru Polres Probolinggo, AKBP M. Wahyudin Latif Geser 10 Kapolsek Jatim Sinergi Kelola Pengaduan Publik, Lumajang Siap Tingkatkan Kualitas Tindak Lanjut SP4N-LAPOR Panjat Tembok, Dua Pria Gondol Sapi Warga Pasirian Lumajang

Lingkungan · 16 Jul 2025 12:26 WIB

Dari Hulu ke Hilir: Menyusun Ekosistem Mitigasi di Tengah Perubahan Iklim


					Mitigasi bencana tak bisa berdiri sendiri. Rambu hanyalah salah satu bagian dari ekosistem yang lebih besar yang mencakup edukasi, infrastruktur, pemetaan risiko, dan teknologi (Foto: Kominfo). Perbesar

Mitigasi bencana tak bisa berdiri sendiri. Rambu hanyalah salah satu bagian dari ekosistem yang lebih besar yang mencakup edukasi, infrastruktur, pemetaan risiko, dan teknologi (Foto: Kominfo).

Lumajang, – Mitigasi bencana tak bisa berdiri sendiri. Rambu hanyalah salah satu bagian dari ekosistem yang lebih besar yang mencakup edukasi, infrastruktur, pemetaan risiko, dan teknologi.

Di Kabupaten Lumajang, upaya ini mulai dijahit menjadi satu sistem yang menyatu. Perlahan namun pasti, pemerintah daerah dan warga setempat mulai membangun ketangguhan dari bawah, di tengah ancaman perubahan iklim yang kian kompleks.

Banjir yang semakin sering datang bukan hanya soal cuaca ekstrem, tapi juga pertanda sebagai tata ruang dan sistem mitigasi harus diperbarui.

BPBD Lumajang tak hanya mengandalkan insting lapangan, tapi mulai menggabungkan data curah hujan historis, prediksi BMKG, dan pola banjir tahunan untuk menyusun peta kerentanan yang lebih akurat.

“Data klimatologis menjadi dasar penting. Kita lihat korelasi antara pola hujan dan titik-titik rawan banjir. Dari situ kita bisa tahu, bukan hanya di mana harus memasang rambu, tapi juga ke mana warga harus diarahkan saat evakuasi,” kata Plt. Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Lumajang, Erry Wahyu Kartika, Rabu (16/7/25).

Di samping itu, rambu-rambu evakuasi yang dipasang di lima desa rawan bukan sekadar papan petunjuk arah. Ia menjadi representasi fisik dari rencana evakuasi yang telah disusun, diuji, dan dipahami oleh warga setempat.

“Rambu tanpa jalan yang aman bisa menyesatkan saat darurat. Inilah tantangan sinergi lintas sektor,” kata Erry. (*)

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 14 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

GOR A. Yani Kota Probolinggo Dirancang jadi Sentra Kuliner, Libatkan 117 PKL

26 Juni 2025 - 17:45 WIB

Tata Ulang Kota, Pemkot Probolinggo Mulai Bongkar Bedak GOR A. Yani

21 Juni 2025 - 20:52 WIB

Abrasi Jebol Gedung Sekolah, Gubernur Khofifah Bangun Bronjong di Kali Kertosono

19 Juni 2025 - 17:11 WIB

Pasca Yadnya Kasada, Polres Probolinggo Kerahkan Personel Bersih-bersih Bromo

14 Juni 2025 - 20:35 WIB

Lahan Pertanian di Lereng Bromo Jarang Tersentuh Pupuk Subsidi, Pemkab Probolinggo Cari Solusi

13 Juni 2025 - 19:16 WIB

Pasca Yadnya Kasada, Satu Ton Sampah Berserakan di Kawasan Bromo

12 Juni 2025 - 16:20 WIB

Gunung Raung Erupsi, Kolom Abu Setinggi 750 Meter

11 Juni 2025 - 16:19 WIB

Inovasi Desa Purworejo Lumajang Ubah Sampah Organik Jadi Makanan Magot Bernilai Ekonomis Tinggi

28 Mei 2025 - 15:59 WIB

Dinilai Rusak Lingkungan, DPRD Jember Desak Operasional Perusahaan Tambak Dihentikan

27 Mei 2025 - 18:07 WIB

Trending di Lingkungan