Lumajang, – Ketika harga pupuk kimia terus meroket dan stoknya sering langka, sebuah inovasi dari Lumajang, Jawa Timur, muncul sebagai harapan baru bagi petani Indonesia.
Pupuk berbasis teknologi biochar, hasil pengembangan pemuda asal Lumajang, Asriafi Ath Thaariq, berhasil menekan ketergantungan terhadap pupuk kimia hingga 50 persen.
Inovasi ini mengantarkan Asriafi menjadi Juara 2 Nasional Kategori Rintisan dalam ajang Talenta Wirausaha BSI (TWB) 2024-2025, yang diumumkan dalam acara puncak Awarding di International Expo 2025, Jakarta Convention Center, Kamis (26/6/2025). Penghargaan diserahkan langsung oleh Menteri Koperasi dan UKM RI, Maman Abdurrahman.
Produk inovatif ini mengolah limbah ternak dan pertanian menjadi pupuk berdaya guna tinggi yang sudah digunakan di berbagai wilayah, dari Jawa hingga Sumatera dan Kalimantan.
Biochar buatan PT Waroeng Domba Sembilan Sembilan, perusahaan rintisan yang dipimpin Asriafi, terbukti cocok untuk berbagai tanaman mulai, padi, jagung, kopi, cabai, bahkan kelapa sawit dan jeruk.
“Dengan teknologi biochar ini, petani bisa menghemat biaya pupuk jutaan rupiah setiap musim tanam. Produk ini bukan hanya ramah lingkungan, tapi juga ramah di kantong petani,” kata Asriafi, Minggu (29/6/25).
Perjalanan Asriafi bukanlah cerita sukses instan. Sejak 2016, ia mengembangkan pupuk ini dari desa, memberdayakan masyarakat akar rumput: peternak, pemulung, ibu rumah tangga, pemuda putus sekolah, hingga penyandang disabilitas.
“Ini bukan hanya bisnis. Ini gerakan sosial. Kami ingin limbah yang dulunya mencemari, kini jadi berkah bagi lingkungan dan ekonomi masyarakat bawah,” jelasnya.
Kiprah Asriafi tak hanya diakui oleh BSI. Inovasinya juga sempat meraih Juara 1 Nasional TTG Unggulan dari Kementerian Desa (Februari 2025), dinobatkan sebagai 25 Young Agricultural Ambassador Nasional oleh Kementerian Pertanian (Mei 2025), dan menjadi penerima Kalpataru kabupaten dan provinsi.
Meski telah melanglang buana di panggung nasional, Asriafi mengaku, masih menghadapi tantangan besar di tingkat lokal.
“Selama ini kami berjalan sendiri. Minim dukungan pemerintah daerah, baik dari sisi permodalan maupun pengembangan teknologi. Tapi kami tetap istiqamah. Ini bukan soal kami, ini soal manfaat bagi petani dan lingkungan,” tuturnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra