Lumajang, – Dalam kunjungan kerja di lahan tebu milik PG Djatiroto, Desa/Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menyampaikan, meskipun target awal produksi gula diperkirakan sekitar 120 ton per hektarnya, melalui kompromi dan kerja sama, angka yang disepakati akhirnya mencapai 150 ton.
Amran menegaskan, sektor perkebunan sangat dinamis dan sulit untuk memberikan angka pasti dalam produksi.
“Kami dapat 120, nah komprominya itulah kita ketemunya di 150 ton. Nah, itulah perkebunan sangat dinamis, tidak bisa mengatakan memberikan angka pasti. Sangat dinamis, tetapi ada range yang kita bisa sepakati,” kata Amran, Selasa (10/6/25).
“Target 150 ton ini sudah merupakan pencapaian yang sangat baik dan diharapkan dapat menjadi contoh bagi seluruh daerah di Indonesia,” tambahnya.
Selain itu, dirinya menyoroti jika seluruh Indonesia mampu mencapai produksi gula sebesar 150 ton, maka produksi gula nasional akan meningkat hampir 100 persen.
“Bayangkan kalau 150 ton seluruh Indonesia, gula, itu hampir naik 40 persen ya? Hampir, oh iya hampir 100 persen, hampir 100 persen,” jelasnya.
Amran menekankan keberhasilan sektor pertanian dan perkebunan tidak bisa dicapai oleh satu pihak saja, melainkan membutuhkan kerja sama dan kolaborasi dari berbagai elemen, mulai dari petani, pengusaha, hingga aparat pemerintah.
“Ini tugas kita semua, bukan tugasnya dirut saja. Tugas kita semua, TNI, Pori, kajari, ini tugas kita semua. Di Republik ini harus diselesaikan dengan kolaborasi. Tidak mungkin dengan ada ego sektoral, kita bisa menyelesaikan dengan ada ego sektoral, nggak mungkin,” tegasnya.
Ia memberikan analogi yang mudah dipahami bahwa keberhasilan seperti sebuah mobil yang tidak bisa berjalan dengan kecepatan tinggi jika bannya kempes.
“Kalau ada satu ibaratkan mobil, bannya saja kempes, itu tidak bisa jalan mobilnya, tidak bisa dengan kecepatan tinggi. Jadi ini satu kesatuan semua yang hadir tanpa kecuali,” tambah Amran.
Menteri Pertanian juga mengingatkan pentingnya memberikan ruang dan keuntungan bagi petani plasma dan perkebunan, Menurutnya, jika petani mengalami kerugian, maka negara juga akan mengalami kerugian.
“Kalau mau berhasil beri ruang petani, plasma, pekebun untuk untung, mereka rugi, negara rugi. Itu pesan saya, tolong para direktur, GM, manager, mandor, tolong jaga saudara kita. Jangan biarkan mereka menangis, jangan biarkan mereka merugi, karena kalau mereka rugi, berarti negara rugi,” pungkasnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra