Menu

Mode Gelap
Mediasi Buntu, Paguyuban Pedagang Oleh-oleh Haji Keukeh Berjualan di Sekitar Masjid Alun-alun Tinjau Pembangunan Jembatan Penghubung Condong – Brabe, Gus Haris Upayakan Akses Permanen Kesetrum Saat Kegiatan Sekolah, Siswa SMPN 3 Kota Pasuruan Tewas Tiga Direktur BUMD Lumajang Mundur, Bupati Siapkan Seleksi Visioner dan Audit PD Semeru Kesiapan Maksimal Lumajang Jaga Kesehatan Masyarakat di Tengah Tren Positif Covid-19 Nasional Sepasang Kekasih Kena Begal di Jalan Barito Kota Probolinggo, Motor Raib

Sosial · 17 Mar 2025 12:22 WIB

Kasus Perceraian di Jember Meningkat, Ada 5.613 Janda Baru selama 2 Bulan


					Ilustrasi perceraian pasangan suami istri (pasutri). (foto: freepik.com)
Perbesar

Ilustrasi perceraian pasangan suami istri (pasutri). (foto: freepik.com)

Jember,- Dalam dua bulan pertama tahun 2025 ini, Jember mencatatkan lonjakan signifikan dalam kasus perceraian, dengan ribuan janda baru bermunculan.

Fenomena ini dipicu oleh beragam faktor, namun masalah ekonomi masih menjadi penyebab utama yang mendominasi.

Pada bulan Januari 2025, Pengadilan Agama (PA) Jember mencatat 599 pengajuan perceraian, dengan 319 permohonan yang berhasil dikabulkan.

Angka tersebut terus meningkat pada bulan Februari, di mana 522 perkara diajukan dan 647 di antaranya disetujui. Secara keseluruhan, jumlah perceraian di Jember selama tahun 2024 mencapai 6.489 kasus, dengan 5.613 permohonan yang dikabulkan.

Humas PA Jember, Mohammad Hosen, mengatakan, masalah ekonomi menjadi akar permasalahan yang paling sering dihadapi pasangan suami istri (pasutri).

“Masalah ekonomi ini kompleks dan beragam, menjadi pemicu utama ketidakstabilan dalam rumah tangga,” kata Hosen, Senin, (17/3/25).

Selain faktor ekonomi, beberapa pasangan juga mengaku merasa terpaksa menikah.

Hal ini sering kali terjadi pada pasangan yang menikah di usia muda, di mana kurangnya kesabaran menyebabkan mereka memilih untuk bercerai.

Kondisi ini menunjukkan bahwa permasalahan dalam rumah tangga tidak hanya berkisar pada aspek ekonomi, tetapi juga melibatkan dinamika emosional dan sosial yang perlu diperhatikan.

“Banyak yang merasa tidak bahagia dalam pernikahan, terutama ketika baru menikah. Karena kurang sabar akhirnya mengajukan perceraian. Namun, permohonan itu tidak secara pasti bisa dikabulkan tanpa alasan yang tepat,” tutupnya. (*)

 


Editor: Mohammad S

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 76 kali

Baca Lainnya

Mediasi Buntu, Paguyuban Pedagang Oleh-oleh Haji Keukeh Berjualan di Sekitar Masjid Alun-alun

16 Juni 2025 - 16:36 WIB

Pasuruan Siap Terapkan Aturan Rekrutmen Tanpa Batasan Usia Kerja

14 Juni 2025 - 16:22 WIB

Kontroversi Kebijakan Dishub Lumajang: Dari Penertiban ke Kolaborasi dengan Jukir Liar

13 Juni 2025 - 18:26 WIB

Tolak Relokasi ke TWSL, Pedagang Oleh-oleh di Alun-alun Kota Probolinggo Demo

13 Juni 2025 - 18:16 WIB

Eksekusi Bangunan di Lumajang, Termohon Kecewa tanpa Pemberitahuan

12 Juni 2025 - 07:23 WIB

Pupuk Indonesia Hentikan Kerjasama dengan Kios Pupuk Pelanggar Aturan HET di Lumajang

11 Juni 2025 - 07:02 WIB

Polres Probolinggo dan PWI Sepakati Kolaborasi Pencegahan Hoaks

10 Juni 2025 - 21:02 WIB

Momentum Idul Adha, Kejari Kabupaten Probolinggo Tebar 800 Paket Daging Kurban

9 Juni 2025 - 20:00 WIB

Hama Tikus di Lumajang Merajalela, HKTI Sarankan Ditangani Terpadu

9 Juni 2025 - 13:46 WIB

Trending di Sosial