Menu

Mode Gelap
Satpolairud Polres Pasuruan Kota Tempati Gedung Baru di Panggungrejo Fisik Terbatas tak Halangi Para Tunanetra Unjuk Kebolehan di MTQ Jatim XXXI Jember Parkir di Selatan Alun-alun Kota Probolinggo, Motor Matic Raib Residivis Ditangkap Usai Satroni Sekolah dan TPQ Pasca Laka Maut di Jalur Bromo, Usulan Pembangunan Jalur Penyelamat Menguat Kantor KUD di Beji Pasuruan Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

Ekonomi · 16 Des 2024 15:38 WIB

Petani Milenial Lumajang Berhasil Ekspor Ubi Jalar ke Tiga Negara Asia


					Ubi jalar yang diekspor ke tiga negara Asia. Perbesar

Ubi jalar yang diekspor ke tiga negara Asia.

Lumajang, – Moch. Maulana Malik Ibrahim (32), termasuk petani milenial ubi jalar asli Kabupaten Lumajang.  Ia berhasil menjual (mengekspor) hasil panennya ke Singapura, China dan Thailand.

Maulana sendiri berasal dari Desa Tekung, Kecamatan Tekung, Kabupaten Lumajang, sudah menekuni lima tahun menjadi petani ubi jalar.

Kata Maulana, sejak lima tahun dirinya sudah menggeluti pekerjaan yang terbilang tidak mudah dilakukan oleh seorang anak muda. Namun, siapa sangka dari perjalanan lima tahun hingga pada saat ini, akhirnya bisa mengekspor ubi jalar ke manca negara.

Menurutnya ia sempat mengalami kegagalan. Walaupun kemudian dari kegagalan tersebut ia belajar dan berhasil. Hingga kemudian banyak eksportir yang menghubunginya.

“Dulunya saya sempat mengalami kegagalan dalam melakukan penanaman ubi jalar, namun saya tidak berhenti sampai di situ. Saya terus berusaha hingga pada akhirnya sampai dengan sekarang ini,” kata Maulana, Senin (15/12/24).

Saat ini, kata dia, dirinya mampu mengekspor ubi jalar ke tiga negara dengan jumlah 20 ton.

Ia mengaku, dari 20 ton ubi yang dibutuhkannya bisa tercukupi, namun dirinya mengambil ubi dari berbagai Kabupaten di Jawa Timur (Jatim).

“Per hari sekali kirim 20 ton. Saya juga ambil ubi jalar dari Blitar, Malang, Probolinggo, Kedungjajang (Lumajang), Jember, Bondowoso, hingga Banyuwangi. Semua jenis tela,” katanya.

Meski mengambil ubi jalar dari berbagai daerah di Jatim, dirinya mengaku tidak sanggup kalau per hari mengekspor 20 ton. Hal itu dikarenakan, pasokan ubi jalar diberbagai daerah tidak banyak.

“Permintaan ekspor setiap hari 20 ton, tapi saya hanya sanggup satu minggu dua kali,” jelasnya.

Meski begitu, ubi jalar yang mau diekspor harus melalui penyortiran terlebih dahulu. Sebab, jika ingin mengekspor ubi jalar, barangnya harus benar-benar mulus dan sesuai dengan permintaan konsumen.

“Kalau mau ekspor ubi jalar nya, ubinya harus dicuci bersih. Beda dengan kalau dijual di pasar lokal, meski gak dicuci tidak masalah. Namun, kalau dijual di pasar harganya Rp800-1.000 rupiah per kilonya,” kata dia.

Sementara untuk ekspor, tambah dia, harganya jauh lebih mahal dibanding dijual secara lokal.

“Kalau diekspor harganya mencapai Rp5-6 ribu per kilonya. Banyangkan saja kalau sampai satu minggu bisa mengirim 40 ton, pendapatnya sudah luar biasa. Per bulan omset bersihnya mencapai Rp100 juta,” pungkasnya. (*)

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 136 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kue Pasar Jadi Konsumsi MTQ XXXI Jatim, Pedagang Tradisional Jember Kebanjiran Pesanan

15 September 2025 - 14:57 WIB

Serapan Gula Petani tak Maksimal, Wagub Emil Tinjau PG Gending Probolinggo

9 September 2025 - 23:54 WIB

Harga Tembakau Kasturi Turun, Petani Lumajang Tetap Sumringah

9 September 2025 - 21:05 WIB

Penyerapan Pupuk Organik di Lumajang Rendah, Alokasi Berpotensi Dikurangi

8 September 2025 - 18:54 WIB

Petani Tebu Lumajang Akhirnya Sumringah, Tumpukan Gula di Gudang Terjual Rp.79,7 Miliar

5 September 2025 - 19:13 WIB

Impor Gula Rafinasi Bocor ke Pasar Konsumsi, Gula Petani Lokal Tak Terserap

4 September 2025 - 10:59 WIB

Kebanjiran Order, Persewaan Baju Karnaval di Pasuruan Raup Puluhan Juta

24 Agustus 2025 - 17:18 WIB

Dari Dapur Nenek ke Meja Milenial, Makanan Tradisional yang Menyatukan Zaman

24 Agustus 2025 - 15:15 WIB

Target Luas Tanam Tembakau di Kabupaten Probolinggo Belum Tercapai

18 Agustus 2025 - 17:22 WIB

Trending di Ekonomi