Menu

Mode Gelap
Mediasi Buntu, Paguyuban Pedagang Oleh-oleh Haji Keukeh Berjualan di Sekitar Masjid Alun-alun Tinjau Pembangunan Jembatan Penghubung Condong – Brabe, Gus Haris Upayakan Akses Permanen Kesetrum Saat Kegiatan Sekolah, Siswa SMPN 3 Kota Pasuruan Tewas Tiga Direktur BUMD Lumajang Mundur, Bupati Siapkan Seleksi Visioner dan Audit PD Semeru Kesiapan Maksimal Lumajang Jaga Kesehatan Masyarakat di Tengah Tren Positif Covid-19 Nasional Sepasang Kekasih Kena Begal di Jalan Barito Kota Probolinggo, Motor Raib

Budaya · 5 Okt 2024 16:33 WIB

Hari Raya Kuningan, Mohon Perlindungan dan Keselamatan di Alam Semesta


					Hari Raya Kuningan di Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Lumajang. Perbesar

Hari Raya Kuningan di Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Lumajang.

Lumajang, – Hari Raya Kuningan merupakan hari suci bagi umat Hindu di Indonesia, tak terkecuali Kabupaten Lumajang.

Hari suci terebut jatuh pada setiap hari Sabtu Kliwon Wuku Kuningan, lebih tepatnya 10 hari setelah Hari Raya Galungan.

Hari Raya Galungan dan Hari Raya Kuningan sangatlah berbeda. Di mana, Hari Raya Galungan diartikan sebagai turunnya para dewa dan leluhur (Pitara) ke bumi.

Sedangkan Hari Raya Kuningan bertujuan untuk mengantarkan kembalinya para dewa dan leluhur ke istana masing-masing, sekaligus menandai akhir dari rangkaian Galungan.

Setiap enam bulan sekali, Hari Raya Kuningan atau Tumpek Kuningan ini dirayakan. Tepatnya pada penanggalan kalender Bali (210 hari), hari Saniscara (Sabtu) Kliwon, Wuku Kuningan.

Disebut Hari Raya Kuningan karena perayaannya jatuh pada Wuku Kuningan, wuku ke-12 dari 30 wuku dalam kalender Bali.

Yang membuat berbeda di acara ini adalah, sesajen atau persembahannya nasi kuning (ajengan), berbeda dengan acara suci lainnya yang kebanyakan menggunakan nasi putih untuk dipersembahkan.

Ajengan berwarna kuning tersebut, sebagai simbol kebijaksanaan serta kemakmuran.

“Selain itu juga diartikan sebagai bentuk terima kasih atas limpahan rahmat-Nya untuk kemakmuran, kesejahteraan, kesuburan, serta rezeki di dunia ini,” kata Pembimbing Masyarakat Hindu (Pembimas) dari Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Jawa Timur (Jatim), Budiono, Sabtu (5/10/24).

Di samping itu, kata Budiono, Hari Raya Kuningan ini juga dapat diartikan sebagai sesaji yang mengandung simbol tamiang dan endongan.

Sedang arti dari Tamiang menggambarkan sebagai perlindungan sekaligus mengingatkan manusia akan hukum alam semesta.

“Jika masyarakat gagal beradaptasi dengan alam atau menaati hukum alam, maka masyarakat akan tergilas oleh roda alam yang terus berputar,” ungkapnya.

Oleh karena itu, melalui perayaan Hari Raya Kuningan ini diharapkan masyarakat dapat menata kembali kehidupan harmonis (hita), yang sesuai dengan ajaran Hindu. Sedangkan Endongan sendiri sebagai pembekalan hidup di semesta alam.

“Hari Raya Kuningan ini adalah saat yang tepat untuk umat Hindu datang dan memasrahkan diri  kepada Tuhan untuk mendapatkan perlindungan,” tambahnya.

Selain itu, masyarakat Hindu agar selalu mengingat lingkungannya sendiri, agar bisa selaras dengan alam semesta.

“Dengan begitu, kedamaian, kemakmuran, serta perlindungan, dan bimbingan lahir dan batin akan menyertai kita,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, untuk melakukan sembahyang di Hari Raya Kuningan, ribuan umat Hindu Tengger di lereng Gunung Semeru memadati Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.

Umat Hindu Lumajang melakukan serangkaian upacara dan ritual untuk menghormati leluhurnya, serta memperkuat hubungan spiritual dengan alam semesta. Salah satu aspek utama dari perayaan Hari Raya Kuningan adalah pemujaan terhadap roh-roh leluhur. (*)

 

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 84 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Dihadiri Menteri Kebudayaan, Dua Dukun Pandita Dikukuhkan di Pura Luhur Poten

11 Juni 2025 - 14:37 WIB

Mengenal Sate Lanjeng, Tradisi Tahunan Santri Bani Rancang Probolinggo saat Idul Adha

10 Juni 2025 - 06:35 WIB

Ngater Kajien Iringi Keberangkatan Belasan Jamaah Calon Haji asal Pulau Gili Ketapang

25 Mei 2025 - 13:17 WIB

Desa Senduro, Permata Lumajang dalam Program Berseri: dari Alam hingga Moderasi Beragama

19 Mei 2025 - 17:20 WIB

Pradaksina, Ritual Puncak Perayaan Waisak di Klenteng Tri Dharma Sumber Naga Probolinggo

13 Mei 2025 - 08:54 WIB

Pariwisata Lumajang Butuh Inklusi Pelaku Lokal, Bukan Sekadar Panggung untuk EO Luar

11 Mei 2025 - 16:10 WIB

Batu Badar Besi Semeru, Ikon Langka dari Lumajang

11 Mei 2025 - 10:26 WIB

Harjakabpro ke-279, Ada Selametan Bumi di Alun-alun Kraksaan

10 Mei 2025 - 06:34 WIB

Umat Hindu Tengger Rayakan Kuningan, Berharap Dianugerahi Kesehatan dan Keselamatan

3 Mei 2025 - 20:50 WIB

Trending di Budaya