Menu

Mode Gelap
Mediasi Buntu, Paguyuban Pedagang Oleh-oleh Haji Keukeh Berjualan di Sekitar Masjid Alun-alun Tinjau Pembangunan Jembatan Penghubung Condong – Brabe, Gus Haris Upayakan Akses Permanen Kesetrum Saat Kegiatan Sekolah, Siswa SMPN 3 Kota Pasuruan Tewas Tiga Direktur BUMD Lumajang Mundur, Bupati Siapkan Seleksi Visioner dan Audit PD Semeru Kesiapan Maksimal Lumajang Jaga Kesehatan Masyarakat di Tengah Tren Positif Covid-19 Nasional Sepasang Kekasih Kena Begal di Jalan Barito Kota Probolinggo, Motor Raib

Ekonomi · 10 Sep 2024 15:39 WIB

Serangan Hama Tikus Tak Menyurutkan Petani Lumajang Tetap Tanam Padi


					Di tengah serangan hama tikus yang menyerang lahan padi dan jagung. Perbesar

Di tengah serangan hama tikus yang menyerang lahan padi dan jagung.

Lumajang, – Di tengah serangan hama tikus yang menyerang lahan padi dan jagung, petani Lumajang tetap menanam padi untuk menafkahi keluarganya.

Salah satunya yakni, petani di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.

Kebanyakan petani Desa Sumberwuluh lebih memilih menanam padi. Meski ancaman masih menghantui, sebagian petani mulai memberanikan diri kembali menanam padi.

“Mata pencaharian saya dari hasil tani. Kalau tidak ditanami, kita mau peroleh pendapatan dari mana lagi,” kata Riyanto petani padi di Desa Sumberwuluh, Selasa (10/9/24).

Meski mengetahui risiko yang dihadapi, Riyanto memilih untuk terus melanjutkan usahanya di bidang pertanian padi.

“Karena baginya, berhenti bercocok tanam bukanlah pilihan yang mudah,” katanya.

Namun, tidak semua petani memiliki keberanian yang sama. Arif, petani lainnya, memilih untuk tidak menanam padi kembali tahun ini.

Trauma akibat serangan hama tikus yang merusak seluruh hasil panennya masih membekas dalam ingatannya.

“Saya akan beralih ke tanaman lainnya saja. Tahun ini saya gagal panen karena hama tikus. Selain itu, harga pupuk juga tidak sesuai yang kami harapkan,” keluh Arif.

Pandangan Arif mencerminkan keresahan sebagian besar petani di desa tersebut. Biaya produksi yang semakin meningkat, terutama harga pupuk, menjadi tantangan tambahan bagi mereka.

“Ketidakpastian hasil panen semakin memperburuk situasi, membuat banyak petani enggan mengambil risiko yang terlalu besar,” jelasnya

Namun, tantangan tidak hanya datang dari hama tikus dan hewan predator yang semakin berkurang. Perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu juga turut menyulitkan petani dalam mengelola lahan mereka.

“Kondisi tanah yang sering berubah karena faktor cuaca ekstrem, seperti banjir atau kekeringan, membuat upaya bercocok tanam semakin rumit,” pungkasnya. (*)

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 44 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Perputaran Uang Pemotongan Hewan Kurban di Probolinggo Capai Rp 30 Miliar

14 Juni 2025 - 14:23 WIB

PHRI Lumajang Nilai Kebijakan Mendagri Buka Peluang Besar Pertumbuhan Hotel dan Restoran

8 Juni 2025 - 08:58 WIB

Terjadi Deflasi, Harga Cabai di Jember Turun Drastis

4 Juni 2025 - 01:41 WIB

Gurihnya Keripik Talas Lereng Gunung Semeru Rambah Luar Daerah

29 Mei 2025 - 17:17 WIB

Laris Sebelum Hari H, Sapi Kurban di Pasuruan Hampir Habis

28 Mei 2025 - 17:14 WIB

Disporapar Probolinggo Gelar Pelatihan Digital, Dorong Pegiat Ekonomi Kreatif Kuasai Teknologi

28 Mei 2025 - 16:43 WIB

Jual Sapi Zaman Now: Offline, Online, tetapi Tetap Bikin Dompet Tebal

27 Mei 2025 - 17:16 WIB

Menjelang Idul Adha, Harga Hewan Ternak di Lumajang Merangkak Naik

24 Mei 2025 - 18:34 WIB

Pedagang Hewan Qurban Musiman Mulai Bertebaran di Kota Probolinggo

23 Mei 2025 - 18:07 WIB

Trending di Ekonomi