Menu

Mode Gelap
Bupati Lumajang Tegaskan Larangan Tahan Ijazah dan Wajib Patuhi UMK Ditengah Efisiensi, Pemkot Probolinggo Digerojok Anggaran Rp40 Miliar untuk Perbaiki Infrastruktur Hari Buruh Internasional, Mahasiswa dan Pekerja Lurug Gedung DPRD Jember Futsal Gagal Melenggang, KONI Kota Probolinggo Sisakan 32 Cabor di Porprov Jatim 2025 Kuota Haji Lumajang 2025 Menurun Peringati Hari Buruh, Pemkab Probolinggo Ajak Serikat Pekerja dan Pengusaha Perkuat Kolaborasi

Budaya · 11 Mar 2024 13:01 WIB

Pawai Ogoh-ogoh di Lereng Semeru jadi Simbol Kuatnya Toleransi di Lumajang


					SIMBOL TOLERANSI: Pawai Ogoh-ogoh di Lereng Semeru Lumajang jadi simbol kuatnya toleransi antar umat beragama di kawasan tersebut. (foto: Asmadi). Perbesar

SIMBOL TOLERANSI: Pawai Ogoh-ogoh di Lereng Semeru Lumajang jadi simbol kuatnya toleransi antar umat beragama di kawasan tersebut. (foto: Asmadi).

Lumajang,- Pawai ogoh-ogoh menjelang perayaan Hari Raya Nyepi yang dilakukan oleh umat Hindu di lereng Gunung Semeru, menjadi simbol kuatnya toleransi antar umat beragama Kabupaten Lumajang.

Hal itu diungkapkan oleh Rendi (29) salah seorang muslim, yang ikut membantu mengarak ogoh-ogoh di kawasan Pura Madaragiri Semeru Agung, Desa/Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Minggu (10/3/24) malam.

Dengan adanya pawai ogoh-ogoh ini, kata Rendy, membuat sejumlah umat Islam dan penganut agama Kristen, bahu-membahu membantu kerabat dan tetangganya yang beragama Hindu mengarak ogoh-ogoh keliling desa.

“Dari sinilah, toleransi kita terlihat, disinilah kerukunan antar umat beragama terbina. Kabupaten Lumajang adalah suatu daerah yang penuh dengan toleransi antar umat beragama yang kuat,” kata Rendi.

Rendi menjelaskan, saat arak-arakan ogoh-ogoh ini, bukan hanya TNI-Pri yang membantu menjaga keamanan. Barisan Ansor Serbaguna (Banser) juga ikut menjaga keamanan dan ketertiban.

“Inilah kami, warga Lumajang yang selalu siap bahu-membahu dan bergotong-royong untuk menjaga toleransi kita,” tegasnya.

Ketua Pengurus Harian Pura Mandara Giri Semeru Agung Wira Dharma mengatakan, toleransi antar umat beragama di Kecamatan Senduro sudah lama terbangun dengan baik.

“Jadi yang ikut pawai ogoh-ogoh ada dari saudara-saudara kita yang beragama Islam, yang ikut mengarak sekaligus membuat ogoh-ogohnya,” terang Wira.

Wira mengatakan, ia melihat ada potensi penguatan sektor ekonomi dengan melalui UMKM masyarakat dalam perayaan Hari Raya Nyepi, khususnya saat ogoh-ogoh diarak berkeliling desa.

“Dengan adanya kegiatan ini, tentu harapannya ada nilai ekonomi, nilai wisata, dan juga nilai ritual,” pungkas dia. (*)

 

 

Editor: Mohamad S

Publisher: Moch. Rochim

Artikel ini telah dibaca 46 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kontes Domba Lumajang 2025 Diikuti 65 Peserta

24 April 2025 - 16:24 WIB

Umat Hindu Bromo Rayakan Galungan, Begini Kemeriahannya

23 April 2025 - 22:18 WIB

Pantai Mbah Drajid Jadi Jujukan Warga Mandi di Laut saat Lebaran Ketupat

7 April 2025 - 16:24 WIB

Kapolres Pasuruan Kota Terbitkan Edaran Jelang Praonan, Ini Aturannya

5 April 2025 - 16:13 WIB

Sosok Kakek Calang, Pembabat Desa Kamalkuning Probolinggo (2)

5 April 2025 - 12:41 WIB

Sosok Kakek Calang, Pembabat Desa Kamalkuning Probolinggo (1)

4 April 2025 - 20:35 WIB

Mengenal Ogoh- ogoh, Tradisi Menjelang Hari Raya Nyepi

29 Maret 2025 - 02:24 WIB

Pawai Ogoh-ogoh Meriah di Lumajang, Wujud Toleransi Menjelang Nyepi dan Lebaran

29 Maret 2025 - 02:06 WIB

Sebelum Mengarak Ogoh-ogoh, Umat Hindu di Lumajang Gelar Upacara Tawur Agung Kesanga

28 Maret 2025 - 15:28 WIB

Trending di Budaya